Pendekatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas | Sosiologi Kelas 12

Pendekatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas | Sosiologi Kelas 12

Di artikel Sosiologi Kelas 12 kali ini, kita akan belajar mengenai kearifan lokal, dan perannya dalam pemberdayaan komunitas. Simak artikel ini hingga selesai ya!

 

Hai hai, kamu pernah nggak  mendengar sebuah istilah bernama kearifan lokal? Secara umum, kearifan lokal  atau local wisdom, dipandang sebagai salah satu topik dalam ilmu masyarakat atau sosiologi nih!

Kearifan lokal juga merupakan subjek penting yang bisa dimanfaatkan dalam membangun masyarakat, salah satunya dengan cara memberdayakan komunitas. Eh tapi, bingung ga dengan istilah-istilah tersebut? Kita bahas satu persatu dulu aja ya!

Baca Juga: Teori Ketimpangan Sosial Klasik & Modern

 

Pengertian Kearifan Lokal

Apa yang dimaksud kearifan lokal? Kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami dari istilahnya. Local wisdom -> local berarti setempat, dan wisdom artinya kebijaksanaan atau arif.

Jadi, kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, bernilai, tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya secara turun-temurun.

Terus kira-kira, apa sih fungsi dari kearifan lokal?

 

Fungsi Kearifan Lokal

Kearifan lokal ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

 

1. Fungsi Pencegahan dan Penyelesaian Konflik

Secara tidak langsung, kearifan lokal menjadi alat kontrol sosial. Artinya, kearifan lokal dapat mencegah terjadinya konflik pada masyarakat setempat. Selain itu kearifan lokal juga bisa menjadi penyelesaian ketika terjadi konflik di masyarakat.

Contohnya seperti pelaksanaan tradisi meron pada masyarakat Desa Sukolilo, Kabupaten Pati. Tradisi ini sebenarnya merupakan ritual yang dilaksanakan pada setiap bulan maulud. Tapi, jika merujuk pada asal katanya, meron dalam bahasa Jawa Kawi berarti ngamuk atau marah yang diejawantahkan dalam perang masal.

 

2. Fungsi Pengembangan Sumber daya Manusia dan Ekonomi

Kearifan lokal juga dapat difungsikan untuk memajukan potensi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Contohnya pada Desa Wisata Baduy di Banten yang tetap mempertahankan kearifan lokal di desanya, yang justru menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke sana.

 

3. Fungsi Pelestarian Alam dan Budaya

Dalam fungsi pelestarian alam dan budaya, kearifan lokal dapat mempertahankan kondisi alam dan budaya yang ada agar tidak hilang. Contohnya seperti sistem subak di Bali. Pada sistem subak, masyarakat Bali masih melestarikan hukum adat dengan sistem pengairan.

Hal ini terccermin dari semangat gotong royong pada masyarakat dalam memperoleh air untuk memenuhi kebutuhan pengairan padi dan palawija. Jadi bisa dibilang, kearifan lokal ini bukan cuma sekedar gagasan maupun nilai-nilai setempat yang bijaksana aja ya!

Contoh lainnya seperti tradisi rewang alias gotong royong jika ada salah satu warga yang melaksanakan pernikahan di Jawa Tengah. Nah, tradisi rewang ini dilakukan secara bersama-sama dan bersifat sukarela. Tujuan dari tradisi rewang adalah agar antar masyarakat saling memudahkan dan peduli terhadap satu sama lain.

Makanya nih, tradisi rewang ini di beberapa tempat masih dilakukan sampai sekarang! Apakah di wilayah rumahmu masih ada tradisi tersebut masih dilakukan di sekitar rumahmu? Keren banget ya solidaritas antar warganya!

Baca Juga: Pengertian Globalisasi, Karakteristik, dan Prosesnya

Kalau kamu ingin tau salah satu contoh kearifan lokal, coba simak infografis dibawah ini!

Contoh Kearifan Lokal

 

Ciri-Ciri Kearifan Lokal

Ciri-ciri dari kearifan lokal antara lain:

  • Mampu bertahan dari masifnya  budaya luar yang masuk.
  • Mampu mengakomodasi budaya luar yang masuk.
  • Mampu mengintegrasi budaya luar dengan budaya asli Indonesia.
  • Mampu mengendalikan dan memberi arah pada perkembangan budaya.

 

Jenis-Jenis Kearifan Lokal

Kearifan lokal dibagi menjadi dua jenis, yaitu tangible dan intangible. Seperti apa ya pembahasan lengkapnya?

 

1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata atau Tangible

Jenis Kkarifan lokal ini memiliki wujud kebendaan, terlihat nyata dan bisa disentuh oleh setiap orang. Berikut wujud dari kearifan lokal tangible:

  • Tekstual, penuangan kearifan lokal pada bentuk catatan tertulis. Contoh:  Prasi adalah lukisan pada daun lontar yang ditulis pada aksara Bali.
  • Bangunan, kearifan lokal yang mencerminkan nilai dan budaya masyarakat setempat yang berwujud rumah, candi hingga lumbung padi.  Contoh: Rumah Tongkonan di Toraja yang dibangun dengan kaidah lokal dan sebagai simbol martabak keluarga Toraja.
  • Karya Seni, kearifan lokal yang merupakan ciptaan dan ekspresi perasaan manusia. Contoh: Wayang yang memiliki cerita dengan nilai-nilai yang dapat diambil oleh masyarakat.

 

2. Kearifan Lokal Tidak Berwujud Nyata atau Intangible

Kearifan lokal intangible adalah kearifan lokal yang tidak terlihat nyata dan tidak bisa disentuh oleh setiap orang. Contoh dari kearifan lokal intangible:

  • Gagasan atau ide
  • Nilai-nilai
  • Cerita rakyat yang disebarkan secara lisan

 

Dimensi Kearifan Lokal

Oke, sekarang kita sudah tahu nih tentang pengertian, fungsi, jenis, dan ciri-ciri dari kearifan lokal. Nah, pembahasan kearifan lokal ini ternyata juga sangat luas, karena kearifan lokal sendiri terdiri dari beberapa dimensi guys!

Dalam kearifan lokal juga ada beberapa dimensi yang perlu kamu tau. Tapi sebelumnya, kamu harus pahami dulu nih, kalau dimensi-dimensi kearifan lokal ini nggak bersifat tunggal ya! Jadi dalam satu wujud kearifan lokal, bisa aja tuh ada lebih dari satu atau dua dimensi. Dimensi tersebut diantaranya:

 

1. Dimensi Pengetahuan Lokal 

Kearifan lokal dilihat sebagai kemampuan masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan lokal warga ini menjadi manfaat bagi kehidupan mereka.

Misalnya deh, dalam mengelola hasil pertanian dan menghadapi musim pancaroba, ada kearifan lokal dari masyarakat kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi, Jawa Barat. Mereka terkenal memiliki kearifan lokal yaitu leuit. Apa itu leuit? Leuit adalah lumbung padi yang digunakan untuk menyimpan hasil panen mereka.

 

2. Dimensi Nilai Lokal 

Pada dimensi pengetahuan lokal, kearifan lokal dipandang sebagai kemampuan masyarakat setempat untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan pada dimensi nilai lokal, kearifan lokal dipandang tingkah laku yang ditaati dan disepakati bersama oleh seluruh  masyarakat setempat.

Pahami lagi ya, pengetahuan lokal mengacu pada cara adaptasi, sedangkan nilai lokal berkaitan dengan tingkah laku bersama.

 

3. Dimensi Keterampilan Lokal

Kita lanjut dimensi ketiga nih, yaitu dimensi keterampilan lokal. Yang berkaitan dengan kemampuan masyarakat setempat untuk bertahan hidup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Contohnya masih pada masyarakat Kasepuhan Ciptagelar dengan sistem lumbung padinya atau leuit nih. Kemampuan masyarakat dalam menciptakan, mengelola, dan menjalankan leuit hingga sekarang, membuat mereka tetap bisa bertahan hidup dan memiliki cadangan pangan apabila musim tidak menentu maupun jika ada krisis pangan nih, misalnya kayak pandemi sekarang deh.

 

4. Dimensi Sumber Daya Lokal

Selanjutnya, dimensi sumber daya lokal. Hal ini berhubungan sama kemampuan masyarakat setempat untuk memanfaatkan sumber daya alam dan manusia sesuai kebutuhannya demi tercipta keseimbangan.

Jadi, dimensi ini fokus pada peran manusianya dalam mengelola alam maupun hubungan antarwarga ya!

Contohnya misal dari beberapa daerah yang punya sumber daya unik yang hanya dimiliki di daerahnya, misal provinsi Riau yang kaya akan minyak kelapa sawit, yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber penghasilan dan menggerakkan ekonomi mereka.

 

5. Dimensi Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal

Kita lanjut lagi, dimensi mekanisme pengambilan keputusan lokal. Yakni berkaitan dengan kemampuan dalam menentukan keputusan suatu perkara atau memberikan kebijakan sosial lainnya. Konteks dari keputusan lokal ini, misalnya terjadi situasi dimana dibutuhkan keputusan maupun menentukan hukum adat. Keputusannya ditetapkan oleh lingkungan sosial atau masyarakatnya itu sendiri.

 

6. Dimensi Solidaritas Kelompok Lokal

Nah yang terakhir, yaitu dimensi solidaritas kelompok lokal yang bisa menyatukan masyarakat setempat dalam menjaga kekompakan, kebersamaan, serta rasa senasib sepenanggungan sebagai makhluk sosial.

Oke, sekarang udah mulai paham, kan? Tentang apa itu kearifan lokal. Setelah belajar tentang kearifan lokal. Lanjut nih, kita akan bahas tentang pemberdayaan komunitas! Soalnya dua materi ini tuh ada hubungannya lho, nanti kita juga akan bahas pemberdayaan komunitas berdasarkan kearifan lokal nih.

Baca Juga: Mengenal Teori Evolusi dalam Perubahan Sosial

 

Pengertian Pemberdayaan Komunitas 

Berdasarkan definisinya, pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang artinya kekuatan atau kemampuan nih.  Jadi pemberdayaan bisa kita pahami sebagai proses atau rangkaian tindakan untuk mengubah masyarakat yang tadinya kurang atau belum berdaya menjadi berdaya.

Terus, komunitas itu apa dong? Komunitas adalah kelompok yang berinteraksi atau menjalin hubungan sosial dan dibatasi oleh persamaan kehidupan seperti tempat, nilai sosial (value), dan minat (interest).

Jadi, pemberdayaan komunitas adalah proses atau rangkaian tindakan untuk mengubah suatu kelompok sosial menjadi berdaya. Nah, ini nih kata kuncinya, kelompok menjadi berdaya ya!

Contohnya gini, ada satu masyarakat yang tadinya gak bisa nih mengolah potensi alamnya. Padahal kaya banget. Berarti, nggak berdaya tuh mereka sebelumnya.

Nah, lewat pemberdayaan, mereka jadi terlatih dan punya keterampilan untuk bisa mengolah potensi alamnya. Dari yang gak berdaya, jadi berdaya deh. Oke?

Baca Juga: Modernisasi dan Segala Sesuatu Tentangnya

Kearifan Lokal - Tahukah kamu?

 

Pendekatan Pemberdayaan Komunitas 

Apakah kamu pernah melihat pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah setempat? Kalau ada, tentu pendekatan yang dilakukan untuk memberdayakan masing-masing kelompok pasti berbeda dong. Setiap daerah pasti memiliki strategi dengan pendekatan kearifan lokal. Untuk lebih jelasnya, pahami materi di bawah ini ya!

Menurut Eliot (dalam I.N. Sumaryadi, 2005:150), ada tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau masyarakat, antara lain adalah:

 

1. Pendekatan kesejahteraan (the welfare approach)

Yakni pendekatan dengan cara terjun langsung untuk memberi bantuan dengan sasaran kelompok-kelompok tertentu. Contohnya, jika ada bencana alam terjadi, maka akan ada penyaluran bantuan langsung ke daerah yang terkena bencana alam tersebut.

 

2. Pendekatan pembangunan (the development approach)

Memusatkan perhatian pada pembangunan untuk meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keberdayaan masyarakat.

 

3. Pendekatan pemberdayaan (the empowerment approach)

Yakni pendekatan dengan cara memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk mengatasi ketidakberdayaan khususnya di bidang ekonomi akibat dari kemiskinan dari proses politik.

Baca Juga: Pengertian dan Bentuk-bentuk Ketimpangan Sosial

1024px-Humanitarian_Aid_DVIDS246498

Membantu korban bencana alam sebagai contoh pendekatan kesejahteraan. (Sumber: Wikimedia Commons)

 

Selain itu, sebagai anggota masyarakat yang mayoritas masih memegang teguh nilai dan norma leluhur, perlu dilakukan strategi pemberdayaan komunitas melalui nilai-nilai kearifan lokal.

Kearifan itu sendiri dipahami sebagai seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi.

Sementara itu, pengertian lokal merujuk pada ruang lingkup kejadian yang cakupannya tidak luas atau hanya berada di satu tempat saja.

Secara terminologi, kearifan lokal (local wisdom) dapat dimaknai sebagai pandangan hidup dan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang disampaikan dari generasi ke generasi di komunitas tersebut.

Baca Juga: Mengisi Liburan Sekolah dengan Ikut Memberdayakan Komunitas Lokal

 

Fokus Pemberdayaan Komunitas 

Oh iya, kamu tau nggak apa alasan dari dilakukannya pemberdayaan?  Dasar dari tujuan pemberdayaan komunitas adalah untuk menjadikan masyarakat semakin cinta dengan lingkungannya, taat hukum, mengerti akan hak dan kewajiban, dan juga mensejahterakan secara mandiri masyarakatnya.

Nah, ada 5 hal yang bisa dijadikan fokus dalam pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan ala kearifan lokal, yakni:

  1. Menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia;
  2. Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konvensi yang diselenggarakan oleh ILO;
  3. Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan;
  4. Meniadakan diskriminasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional; dan
  5. Melakukan proses penghubungan kearifan masyarakat lokal dengan desain kebijakan serta kegiatan pemecahan masalah-masalah sosial.

 

Fokus pendekatan pemberdayaan komunitas melalui kearifan lokal

 

Nilai-­nilai tersebut juga meliputi kegotongroyongan, kekerabatan, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi. Jika pemberdayaan komunitas berbasis nilai­-nilai kearifan lokal yang dilakukan secara konsisten, di kemudian hari akan menciptakan masyarakat yang berdaya.

Hal ini penting, karena untuk menghadapi tantangan di abad ke 21 perlu adanya pemberdayaan komunitas agar tercipta komunitas yang unggul.

Gimana? Mudah kan! Terima kasih ya udah belajar hari ini. Kalau kamu ingin belajar lebih banyak tentang materi ini, boleh banget cek di aplikasi ruangbelajar, ya! Di aplikasi ini, kamu bisa dapetin semua materi dan persiapan yang kamu butuhkan untuk belajar materi ini dan materi Sosiologi Kelas 12 lainnya.

Ruangguru-Ruangbelajar

Sumber Referensi:

Mulyadi, Yad dkk. (2014) Sosiologi SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira.

Akbar, F. (2017) ‘Pengertian dan Contoh Kearifan Lokal’, 1 Maret 2017 [Daring]. Tautan: https://www.infokekinian.com/pengertian-dan-contoh-kearifan-lokal/#more-640 (Diakses: 27 November 2020)

Sumber Foto:

Humanitary Aid [Daring]. Tautan:  upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/09/Humanitarian_Aid_DVIDS246498.jpg/1024px-Humanitarian_Aid_DVIDS246498.jpg  (Diakses: 3 Februari 2022)

 

Artikel ini diperbarui pada 9 Desember 2024 oleh Laras Sekar Seruni.

Leo Bisma