Haruskah Mainan Anak Dipilihkan Sesuai Gender?
Haruskah mainan anak dipilihkan sesuai gender? Yuk, simak informasi selengkapnya di artikel berikut ini!
—
Tahukah Anda jika tak seperti toko pakaian yang memberi penanda antara perempuan dan laki-laki, toko mainan anak justru tidak memberi kategori gender? Permainan anak-anak yang dijual hanya dikelompokkan pada rak-rak berdasarkan jenis kategorinya seperti boneka, board games, atau hot wheels. Lalu, kenapa orang tua justru menentukannya harus berdasarkan gender ya? Sama halnya seperti memilih warna biru untuk anak laki-laki dan merah muda untuk anak perempuan? Haruskah seperti itu?
Menurut Katie Hurley—seorang parenting expert, warna maupun jenis mainan bukanlah masalah. Pengartian orang-orang yang terlalu melekatkan hal tersebut dengan gender anak adalah masalahnya. Biasanya bukan anak-anak yang berpikir harus membeli jenis mainan apa, tetapi orang tuanya. Sekalipun anak sudah diberi kesempatan untuk memilih sebelumnya. Benar, nggak? Padahal, kepentingan anak-anak hanya ingin bisa bermain. Tidak peduli apakah itu harus untuk perempuan atau laki-laki.
Baca juga: 5 Strategi Optimalkan Jam Tidur Terbaik untuk Anak
Namun, orang tua sering kali berasumsi tentang risiko yang bisa berdampak ‘mengubah’ anak jika ia bermain tidak sesuai dengan yang dipilihkan. “Contohnya boneka, bisa saja dimainkan anak laki-laki karena fungsinya tidak hanya sebagai bayi yang harus diurus,” kata Hurley, yang dikutip dari Parenting.com. Imajinasi anak-anak sangatlah luas. Contoh lainnya lagi seperti, anak perempuan yang justru memberi makan mainan truk mereka, atau menggunakan buah-buahan yang dijadikan sebagai telepon. Sangat tidak bisa ditebak, kan?
Imajinasi anak pada buah-buahan (Sumber: petercostello.me)
Fungsi permainan anak hanya menjadi alat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan mempelajari dunianya. Maka, kalau toko mainan anak saja sudah menjauhkan stigma tersebut, mengapa orang tua tidak bisa dan biarkan anak menggali keinginannya sendiri. Mengatur jenis permainan anak yang didasarkan pada gendernya hanya menjadi pesan negatif bagi anak. Ia akan merasa tidak mendapat kesempatan—bahkan sekadar untuk mencobanya, nantinya justru akan membahayakan keinginannya di masa depan.
Lebih lanjut, Hurley menyarankan para orang tua untuk memahami kebutuhan individu masing-masing anak. Beberapa di antaranya ada yang senang bermain tanpa suara, bermain dengan binatang, berlari-larian, atau justru campuran dari semua jenis permainan. Memberi kebebasan pada anak untuk bermain tanpa harus diprotes ini dan itu menjadi sangat penting. Nah, untuk mengendalikan hal ini lebih baik lagi jika dapat membuat kamar bermain baginya. Bebaskan ia bermain apapun dan biarkan ia mencoba beragam peran yang ada di imajinasinya. Itulah cara bagaimana mereka belajar di usia dini.
Dua anak bermain peran (Sumber: wescoireland.com)
Jika anak perempuan Anda memiliki ketertarikan pada figur Star Wars, jangan khawatir. Sebaliknya, perlakukan juga hal yang sama jika anak laki-laki Anda tiba-tiba menggambar My Little Pony. Pada dasarnya ketertarikan anak pada mainan akan mudah dan cepat berganti. Jadi untuk apa terlalu menganalisis kesukaan mereka saat bermain, karena hal tersebut hanya sia-sia saja. Hal yang paling penting dilakukan ialah, sediakan mainan dan waktu untuknya bermain, lalu biarkan ia tenggelam dalam imajinasi dan pola pikir kreatifnya.
Dalam pengalaman Hurley, mainan anak terbaik yang bias gender adalah lego, binatang-binatangan, orang-orangan, dan juga alat transportasi. Selain itu, penitng juga untuk banyak melibatkan mainan yang termasuk dalam kategori Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM). Sebab, berdasarkan data bahwa peran perempuan dewasa pada bidang ini baru terwakili sekitar 26% pada lapangan pekerjaan. Masih sangat jauh dari seimbang dengan laki-laki bukan, Smart Parents?
Jenis mainan STEM untuk anak (Sumber: parade.com)
Apabila sejak usia dini, anak perempuan dikenalkan dengan STEM, maka tidak ada anggapan lagi ketika ia dewasa bahwa pelajaran/program studi tersebut bukan bagi perempuan. Begitu pula saat mereka memasuki dunia perkuliahan. Beruntungnya saat ini, posisi saintek khususnya sains seperti kedokteran, farmasi, biologi memang sudah cukup didominasi dengan perempuan. Walau fakultas teknik masih cukup jauh dari seimbang, persentase untuk perempuan sekitar 39% dan laki-laki 61%.
Christie Pearson, Koordinator Program untuk SMU Lyle School of Engineering menjelaskan, perempuan dan laki-laki memang berbeda tetapi kesempatan mereka tidak. Bagi anak-anak, ruang bermain adalah kelas pertama mereka, mainan adalah buku pelajarannya, dan imajinasi yaitu kurikulumnya. Sistem pendidikan saat ini meminta partisipasi baik dari siswa laki-laki maupun perempuan untuk sama-sama mengambil kelas utama seperti pelajaran STEM sejak di sekolah dasar. Demi mempersiapkan kesuksesan mereka di ruang kelas saat bersekolah nantinya, Anda disarankan membiarkan anak bermain apapun ya.
Orang tua tidak dapat mengajarkan anak untuk menghadapi perbedaan jika hanya terpaku pada kotak dan menginstruksikan apa saja yang harus jadi mainan mereka. Buat proses bermain mereka menjadi menyenangkan, seperti di ruangbelajar dari Ruangguru. Video belajar beranimasi dari kelas 1 SD-12 SMA dengan latihan soal dan kurikulum lengkap! Download sekarang!