Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), Latar Belakang dan Jalannya Perjanjian | Sejarah Kelas 12
Artikel ini akan membahas tentang pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda serta dampak dan pengaruhnya bagi Indonesia.
—
Guys, kamu familiar sama Konferensi Meja Bunda (KMB) gak sih? Konferensi Meja Bundar bisa dibilang merupakan perundingan yang menarik.
Kenapa tuh? Karena setelah perundingan ini terselenggara, untuk pertama kalinya, Belanda mengakui kedaulatan negara Indonesia. Ulala~
Seperti apa sih latar belakang dari terjadinya Konferensi Meja Bundar?
Latar Belakang Konferensi Meja Bundar
Seperti yang kita ketahui bersama-sama ya guys, kalau Indonesia sudah merdeka dari 17 Agustus 1945. Tapi ya gitu deh. Belanda gengsi dan gak mau langsung mengakui kemerdekaan Indonesia. Mereka malah masih berambisi untuk menguasai Indonesia.
Tidak hanya itu saja, Belanda bahkan sempat melakukan dua kali agresi militer pada tahun 1947 dan 1948. Agresi ini secara tidak langsung menunjukkan ketidakpatuhan Belanda terhadap beberapa perundingan yang pernah disepakati sebelumnya, seperti Perundingan Linggajati dan Perundingan Renville.
Bahkan, dunia internasional juga mengecam tindakan Belanda. Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB sampai membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk memediasi dan mengawasi Belanda dan Indonesia.
Selain itu, setelah Agresi Militer II terjadi, Dewan Keamanan (DK PBB) juga mengeluarkan Resolusi 67 yang berisi seruan untuk gencatan senjata, pembebasan tokoh-tokoh Indonesia yang ditahan Belanda, serta pembentukan United Nations Commission for Indonesia (UNCI).
Dalam hal ini, UNCI bertugas memulihkan pemerintahan Indonesia dan melaksanaan perundingan lanjutan. Perundingan yang terselenggara adalah Perundingan Roem-Royen pada 17 April-7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Nah, dalam Perundingan Roem-Royen inilah, disepakati tentang adanya perundingan lanjutan yang akan membahas tentang kedualutan Republik Indonesia. Perundingan lanjutan ini yang kita kenal sebagai Konferensi Meja Bundar.
Baca Juga: Begini Pengakuan India atas Kemerdekaan Indonesia
Jalannya Konferensi Meja Bundar
Pelaksanaan KMB (Sumber: okezone.com)
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Konferensi meja bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda.
Dalam rangka mempercepat penyerahan kedaulatan, pemerintah Indonesia yang kala itu diasingkan di Bangka, bersedia mengikuti KMB. Pada tanggal 2 November 1949, persetujuan KMB berhasil ditandatangani.
Saat itu, delegasi atau perwakilan dari Indonesia diketuai oleh Mohammad Hatta, delegasi Belanda dipimpin oleh Van Maarseven, delegasi BFO diwakili oleh Sultan Hamid II, dan delegasi UNCI selaku mediator diwakili oleh Tom Crichley.
Oiya, BFO itu adalah semacam majelis yang didirikan oleh Van Mook dengan tujuan untuk mengelola Republik Indonesia Serikat (RIS).
Lalu, Konferensi Meja Bundar menghasilkan apa aja ya?
Baca Juga: Pemberontakan Republik Maluku Selatan
Hasil Konferensi Meja Bundar
Pada 2 November 1949, Konferensi Meja Bundar menghasilkan beberapa keputusan, antara lain sebagai berikut.
- Belanda mengakui Indonesia dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
- Status Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan kedaulatan.
- RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang bersifat longgar, berdasarkan kerjasama, sukarela, dan sederajat.
- RIS akan memberikan izin baru kepada perusahaan-perusahaan Belanda untuk beroperasi di Indonesia.
- RIS harus membayar semua utang Hindia-Belanda sejak 1942.
- RIS akan membentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang terdiri dari TNI dan mantan tentara KNIL.
Pada tanggal 27 Desember 1949, diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda. Pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen.
Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi Mahkota AH.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia berubah bentuk negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat (RIS).
Akhirnya, Belanda mengakui juga kedaulatan Indonesia. Tapi, apakah setelah Konferensi Meja Bundar semuanya berjalan dengan mulus? Eits, ternyata tidak semudah itu, Ferguso! Masih ada beberapa masalah yang terbilang sulit untuk dipecahkan. di antaranya adalah:
- Masalah istilah pengakuan kedaulatan dan penyerahan kedaulatan. Indonesia menghendaki penggunaan istilah pengakuan kedaulatan, sedangkan Belanda menghendaki istilah penyerahan kedaulatan.
- Masalah Uni Indonesia-Belanda. Indonesia menginginkan agar sifatnya hanya kerjasama yang bebas tanpa adanya organisasi permanen. Sedangkan Belanda menginginkan kerjasama yang luas dengan organisasi yang luas pula
- Masalah utang. Indonesia hanya mengakui utang-utang Hindia-Belanda sampai menyerahnya Belanda kepada Jepang. Sebaliknya, Belanda berpendapat bahwa Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia-Belanda sampai saat itu, termasuk biaya perang kolonial terhadap Indonesia.
Baca Juga: Tokoh yang Berjuang Mempertahankan Kemerdekaan NKRI
Dampak dan Pengaruh Konferensi Meja Bundar (KMB)
Kamu boleh simak dampak dan pengaruh dari Konferensi Meja Bundar pada inforgafis di bawah ini, ya!
—
Gimana, kamu sudah tahu kan kisah dari Konferensi Meja Bundar, mulai dari latar belakang, jalannya perundingan, hasil, serta dampak dan pengaruhnya bagi Indonesia?
Kamu juga bisa lho baca-baca topik tentang Perjuangan Indonesia Dalam Mempertahankan Kemerdekaan di artikel Sejarah Kelas 12. Gak cuman itu saja, kamu juga bisa belajar langsung dengan Master Teacher yang daebak dalam Sejarah lewat video-video interaktif hanya di ruangbelajar!
Sumber Foto:
Foto ‘Konferensi Meja Bundar’ [Daring]. Tautan: https://news.okezone.com/read/2016/08/23/18/1470586/sejarah-dunia-pahlawan-skotlandia-digantung-hingga-konferensi-meja-bundar?page=3 (Diakses: 30 November 2020)
Artikel diperbarui pada 7 Agustus 2022 oleh Tedy Rizkha Heryansyah, kemudian diperbarui lagi pada 22 Februari 2024 oleh Laras Sekar Seruni.