Belajar Sejarah Konflik Asia Timur dari Drama Korea | Sejarah Kelas 12
Artikel ini menjelaskan sejarah terjadinya perang antara Korea Selatan dan Korea Utara. Perang kedua negara merupakan Konflik Asia Timur yang sampai saat ini belum selesai.
—
Siang itu di kantin sekolah, Marla terlihat fokus memandangi layar smarthphone-nya. Ia seperti menolak matanya yang hendak berkedip. Es teh di gelasnya sudah hampir habis. Dan benar, sedotan terakhir, “Sluurrrpp, sroot, sroot, sroot”.
Temannya yang bernama Diki sudah selesai makan, sambil memperhatikan Marla yang sedari tadi fokus dengan layar smartphone-nya, ia sudah menduga kalau Marla sedang menonton drama Korea.
“Apa serunya sih nonton drama Korea?” Lima jari Marla mengangkat dan mengarah ke muka Diki. Diki mengerti kalau Marla akan menjawab setelah ia selesai menonton.
Marla mencopot headset dan menaruh smartphone-nya di meja. Ia siap menjawab pertanyaan Diki. Menurut Marla, drama Korea itu seru dan keren, berbeda dengan sinetron-sinetron yang ada di channel tv kita. Lewat Drama Korea, Marla bisa tahu seperti apa kehidupan di Korea itu.
Hal yang menarik buat Marla, dalam drama Korea itu setiap pemeran selalu menggunakan produk-produk asli Korea, seperti mobil yang digunakan pasti yang mereknya Hyundai, dan itu buatan Korea. Terus handphone, mereka selalu menggunakan merek Samsung, yang mana itu juga produk Korea. Begitu juga dengan produk-produk Korea lainnya, selalu saja dimunculkan.
“Sekalian promosi dong?” Tanya Diki.
“Tul! Itulah kerennya Korea. Itu semua juga ada campur tangan pemerintah di sana lho, yaa tujuannya biar masyarakat Korea tetap cinta dan memakai produk asli negaranya, selain itu juga biar produk mereka dikenal oleh negara lain, jadinya bisa mandiri deh,” kata Marla.
Diki tiba-tiba kagum terhadap Marla, ternyata karena sering menonton drama Korea yang selama ini dia anggap tidak penting, Marla jadi tahu banyak hal tentang negara itu. Marla yang sadar kalau Diki mulai kagum terhadapnya, semakin bersemangat untuk menceritakan kembali pengetahuannya tentang Negara Korea. Mungkin niatnya Marla biar Diki tambah kagum kali ya.
Marla memberi tahu kepada Diki bahwa Korea itu terbagi menjadi dua, ada Korea Selatan dan juga Korea Utara. Nah, drama Korea yang selama ini ditonton oleh Marla adalah buatan Korea Selatan, segala hal yang digambarkan di dalamnya tentang sosial kebudayaan masyarakat Korea Selatan. “Di Korea Selatan itu, semua pria mulai dari yang usia 19 sampai 35 tahun itu harus ikut wajib militer Dik.”
“Semua-muanya?” Diki memajukan mukanya mendekat ke Marla.
“Yaa yang udah dipastiin siap mental dan sehat fisik pastinya lah Diik,” lima jari Marla mengarah ke muka Diki yang secara perlahan mendorongnya sampai pada posisi semula.
Marla menceritakan ke Diki kalau wamil itu dilakukan karena sampai hari ini, secara teknis Korea Selatan masih berperang dengan Korea Utara, negara tetangganya yang terkenal sangat tertutup. Korea Selatan menginginkan semua masyarakatnya dalam kondisi siap ketika sewaktu-waktu terjadi perang kembali.
Kedua negara ini mulai berperang pada tahun 1950, kira-kira sampai 1953. Akhirnya para 27 Juli 1953, Korea Selatan dan Korea Utara melakukan gencatan senjata.
“Meskipun dua-duanya udah gencatan senjata, tapi diam-diam mereka tetap bermusuhan Dik. Yaa baru tahun ini sih, kalo gue nggak salah bulan April kemarin masing-masing kepala negara ketemuan dan ngomongin perdamaian.” Marla coba memberitahu Diki.
Diki menengok ke belakang sambil mengangkat tangannya, “Es teh 2 ya Mba. Terus-terus Mar?”
Baca juga: Konflik Asia Tenggara: Kasus Peperangan Indocina
Kalau dilihat dari sejarahnya, perang antara Korea Selatan dan Korea Utara ini dilatarbelakangi oleh adanya pelanggaran yang dilakukan oleh tentara Korea Utara, pada batas garis lintang 38° yang membatasi kedua negara.
Nah, tentara Korea Utara beralasan kalau pelanggaran yang dilakukan itu karena sebelumnya pasukan Republik Korea (Korea Selatan) di bawah pimpinan Syngman Rhee, juga telah menyeberangi batas garis lintang 38°. Karena itulah pihak tentara Korea Utara ingin menangkap Syngman Rhee untuk dieksekusi.
“Wah mati dong berarti si Syngman Rhee-nya?” Dikit yang penasaran coba memastikan ke Marla.
“Hampir Dik, tapi ngga jadi. Soalnya Dewan Keamanan PBB langsung mengecam Korea Utara lewat Resolusi No. 83 yang isinya tuh, merekomendasikan negara anggota PBB segera memberikan bantuan kepada Republik Korea.” Kata Marla.
“Lah terus Korea Utara siapa yang bantuin?” Tanya Diki.
“Kalo Korea Utara itu didukung sama Uni Soviet dan Tiongkok (Cina) Dik,” Marla pun melanjutkan ceritanya. Ia sempat meminum terlebih dahulu es teh yang dipesan Diki. Mungkin Marla seret sedari tadi bercerita.
Nah, setelah pasukan PBB yang berasal dari 16 anggotanya terbentuk, Dewan Keamanan PBB memberi mandat kepada Amerika Serikat untuk memimpin pasukan PBB ke Korea. Di bawah komando Jenderal Douglas Mc Arthur, pasukan PBB berhasil mendesak pasukan Korea Utara sampai melewati garis lintang 38°.
Bahkan nih, pasukan PBB berhasil menduduki Pyongyang, ibu kota Korea Utara. Hal tersebut dilakukan karena menurut Mc Arthur, keamanan di Semenanjung Korea bisa terjadi ketika kedua negara tersebut disatukan.
Akan tetapi, tindakan tersebut mendapat penolakan nih dari Tiongkok yang memiliki hubungan diplomatik dan ideologi dengan Korea Utara. Bagi Tiongkok, pendudukan Korea Utara itu merupakan strategi Amerika Serikat untuk memperluas pengaruhnya di Korea. Maka dari itu, Tiongkok mengirim pasukannya untuk membantu pertahanan Korea Utara.
Tindakan yang diambil oleh Tiongkok sempat membuat Mc Arthur dan beberapa politisi Amerika mengusulkan untuk menyerang Tiongkok dan menghancurkan markas Tentara Rakyat China yang memasok kebutuhan perang Korea Utara. Akan tetapi keputusan itu ditolak oleh Presiden Truman. Truman justru memerintahkan Mc Arthur untuk tidak melewati perbatasan Tiongkok-Korea.
Apakah karena keputusan Truman itu akhirnya perang kepentingan di Korea selesai?
Tentu saja tidak. Pada tanggal 4 Januari 1951, pasukan gabungan Tiongkok-Korea Utara menyerang pasukan PBB sampai terdesak dan membuat ibu kota Korea Selatan, Seoul jatuh ke tangan pasukan Tiongkok-Korea Utara.
“Nah gara-gara itu, Dewan Keamanan PBB sidang lagi Dik. Hasil sidangnya itu mutusin kalo tindakan Tiongkok salah, terus konsekuensinya diterapin embargo ekonomi deh buat Negara Tiongkok,” ucap Marla.
Pada tanggal 12 Maret 1951, pasukan PBB yang telah mengkonsolidasikan diri berhasil merebut kembali Kota Seoul, Korea Selatan. Nah perang itu terus berlanjut sampai tahun 1953.
Keduanya terus saling serang, saling rebut merebut wilayah. Akan tetapi, dalam pertempuran ini Korea Utara lebih lemah dari segi teknologi persenjataan, dibandingkan dengan Amerika Serikat yang membantu Korea Selatan.
Tapi disini juga setelah gencatan senjata tahun 1953 ada itikad baik dari kedua pihak. Korea Selatan dan Korea Utara sering mengadakan kunjungan untuk mengurangi ketegangan yang terjadi. Pernah nih pada tanggal 4 Juli tahun 1972 Ketua Badan Intelejen Nasional dari Korea Selatan saat itu yakni Lee Hu Rak melakukan kunjungan rahasia ke Pyongyang Korea Utara dan melakukan dialog langsung dengan pihak Korea Utara untuk mengumumkan Deklarasi Bersama 4 Juli.
Engga cuma itu tau Dik, ada lagi pertemuan bersama antar Korea pada tahun 1994 pada bula Juli presiden Presiden Kim Young Sam merencanakan KTT dengan pemimpin KTT Korea Utara yang dijabat oleh Kim Il Sung saat itu, tapi gagal karena Kim Il Sung yang mengalami kematian secara mendadak. Nah karena ga jadi, pertemuan ini akhirnya dilakukan pada tahun 2000 dengan pembahasan yang sama di Pyongyang Korea Utara.
Nah pertemuan tahun 2000 itu membahas tentang penuntasan masalah unifikasi secara mandiri berlandaskan hubungan kerjasama antara sesama bangsa Korea. Kedua negara sepakat mengakui kesamaan antara rancangan koalisi Korea Selatan dengan Rancangan Federasi Korea Utara untuk mencapai unifikasi nasional. Penuntasan masalah kemanusian, Pengaktifan pertukaran ekonomi dan peningkatan rasa saling percaya antara kedua negara dan yang terakhir Pembukaan dialog instansi untuk melaksanakan kesepakatan.
Bukan itu saja Dik, pada tahun 2007 Pemerintah Seoul mengusulkan kontak tingkat tinggi untuk membahas kemungkinan KTT antar Korea putaran kedua dan pada tangga 29 Juli 2007 pemerintah Korea Utara mengundang Kim Man-bol ke Korea Utara untuk bertemu. Nah akhirnya pada bulan April 2018, orang yang paling tinggi dari kedua negara saling bertemu nih, Kim Jong Un sebagai pemimpin Korea Utara bertemu dengan Moon Jae-In mendeklarasikan kedamaian di Semenanjung Korea. Begitu Dik ceritanya.
Sambil geleng-geleng dan tangan kanannya menggaruk kepala, Diki bilang “Gila pinter banget si lu Mar.”
“Ya itu gara-gara awalnya gue cuma nonton drama Korea sama dengerin K-Pop. Dari situ gue mulai tertarik buat nyari tau tentang Korea lebih dalem lagi Dik. Dan gue juga langganan ruangbelajar, buat belajar materi sejarah di sela-sela nonton drama Korea.” Kata Marla sambil mengangkat smartphonenya dan menunjukkan layar yang memperlihatkan sederet episode drama Korea.
Smarthphone Diki tiba-tiba berbunyi. “Woy lo di mana Dik?” Tanya teman kelas Diki.
“Lagi belajar ini,” jawab Diki dengan santainya.
“Mana? Lo nggak ada di kelas, dicariin Bu Dewi tadi lo di kelas.” Nada suara teman Diki sedikit khawatir.
“Lah ini gua lagi belajar sama guru gua yang baru,” jawab Diki sambil melirik ke Marla dan tersenyum.
Tanpa terasa, obrolan mereka di kantin membuat mereka meninggalkan satu jam mata pelajaran. Tapi itu bukan jadi masalah bagi kedua anak kelas 12 SMA itu. Mereka nampak santai sambil terus melanjutkan obrolan mereka di kantin sambil sesekali tertawa berdua.
Referensi:
Hapsari, Ratna dan Adil M. Sejarah untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga.
(Artikel terakhir diperbarui pada 27 Oktober 2020)