Bingung Menghadapi Siswa Disleksia? Atasi dengan Metode Pembelajaran Berikut!
Artikel ini membahas tentang metode pembelajaran yang tepat untuk menghadapi siswa penderita disleksia.
—
Menjadi guru berarti siap menghadapi berbagai macam huru-hara siswa. Mulai dari siswa yang melawan, sulit diajak belajar, hiperaktif, hingga siswa berkebutuhan khusus. Guru pun harus bisa menentukan metode pembelajaran mana yang sesuai agar semua dapat di-handle dengan baik. Tidak heran sebutan pahlawan tanpa tanda jasa disematkan untuk profesi mulia ini.
Di bulan Oktober yang merupakan bulan peringatan disleksia, Ruangguru.com akan mengulasnya untuk bapak/ibu guru. Yuk simak beberapa kiat untuk menghadapi siswa disleksia agar mencapai kesuksesannya.
Disleksia merupakan salah satu jenis gangguan atau kesulitan belajar yang pada umumnya mempengaruhi kemampuan membaca dan mengeja seseorang. Kebanyakan orang beranggapan bahwa siswa yang mengalami disleksia dapat mempengaruhi tingkat intelegensia. Pada kenyataannya, siswa dengan kecerdasan tinggi maupun rendah bisa menderita disleksia. Sebut saja tokoh terkenal yang mengidap disleksia, Albert Einstein, John Lennon, Agatha Christie, dan masih banyak lagi. Jadi, jangan salah kaprah lagi ya.
Disleksia ini sudah ada sejak lama dan banyak ditemui di kalangan masyarakat umum. Bahkan di Amerika Serikat, 80% orang yang tidak mampu membaca dengan baik dipercaya menderita disleksia. Salah satu faktor penyebabnya adalah keturunan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki anggota keluarga atau kerabat yang disleksia, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi tersebut.
Bagaimana penanganan untuk siswa disleksia? Biasanya, teknik belajar harus melibatkan indra pendengaran, penglihatan, dan perasa. Contohnya, mendengarkan pelajaran atau cerita melalui rekaman audio supaya siswa bisa mendengarnya berulang kali. Dengan demikian, siswa dapat menunjuk huruf serta kata-kata yang didengar pada kertas. Berikut ada 3 metode pembelajaran bagi siswa disleksia:
1. Metode Multisensori
Metode ini mendayagunakan kemampuan visual atau kemampuan penglihatan siswa, auditori atau kemampuan pendengaran, kinestetik atau kesadaran pada gerak dan juga taktil atau perabaan pada siswa. Untuk praktiknya, siswa diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan. Dengan demikian, akan memudahkan otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
2. Metode Fonik (Bunyi)
Metode yang memanfaatkan kamampuan visual dan auditori anak dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyi bacaannya. Contoh, huruf B yang dibunyikan eb, huruf C dibunyikan ec, dan lain sebagainya.
3. Metode Linguistik
Metode yang mengajarkan siswa disleksia mengenal kata secara utuh. Metode ini menekankan pada kata-kata yang mirip. Dengan adanya penekanan, diharapkan bisa membuat siswa mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf dan juga bunyinya.
Menurut Mulyono Abdurrahman pada bukunya Pendidikan Pada Anak Berkesulitan Belajar, ada beberapa metode pengajaran membaca bagi anak berkesulitan belajar, yaitu:
4. Metode Fernald
Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh siswa, dan setiap kata diajarkan secara utuh. Ada empat tahapan dalam metode ini. Pertama, guru menulis kata yang hendak dipelajari di atas kertas dengan krayon. Selanjutnya, siswa akan menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya (tactile and kinesthetic). Ketika menelusuri tulisan tersebut, siswa melihat tulisan (visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses semacam ini dilakukan secara berulang sehingga siswa dapat menulis kata tersebut dengan benar tanpa melihat contoh. Apabila siswa sudah berhasil menulis dan membaca dengan benar, bahan bacaan tersebut disimpan.
Di tahap kedua, siswa mempelajari tulisan guru dengan melihat cara guru menulis, sambil mengucapkannya. Pada tahapan ketiga, siswa mulai mempelajari kata-kata baru dengan melihat tulisan pada papan tulis atau tulisan cetak. Lalu, dilanjutkan dengan mengucapkan kata tersebut sebelum menuliskannya. Di tahapan ini siswa mulai membaca tulisan dari buku. Pada tahap terakhir, siswa mampu mengingat kata-kata yang dicetak atau bagian dari kata yang sudah dipelajari.
5. Metode Gillingham
Metode ini memerlukan lima jam pelajaran selama kurun waktu dua tahun. Aktivitas pertama diarahkan pada belajar berbagai bunyi huruf serta perpaduan huruf-huruf tersebut. Siswa akan menjiplak untuk mempelajari berbagai huruf. Dari bunyi-bunyi tunggal huruf, selanjutnya dikombinasikan ke dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan kemudian program fonik diselesaikan.
6. Analisis Glass
Melalui metode Analisis Glass, siswa dibimbing untuk mengenal kelompok-kelompok huruf sambil melihat kata secara keseluruhan. Metode ini menekankan pada latihan auditorik dan visual yang terpusat pada kata yang sedang dipelajari. Guru dapat menyiapkan materi yang diperlukan untuk belajar mengenal kelompok-kelompok huruf pada kartu berukuran 3×15 cm.
Di setiap kartu, guru menuliskan secara baik kata-kata terpilih yang telah menjadi perbendaharaan kata siswa. Kelompok kata didefinisikan sebagai dua atau lebih huruf yang merupakan satu kata utuh, menggambarkan suatu bunyi yang relatif tetap. Dalam bahasa Indonesia kelompok huruf yang merupakan satu kata yang hanya terdiri dari satu suku kata sangat jarang. Misalnya kata “tak” yang sebenarnya merupakan kependekan dari kata “tidak”. Kemudian, kata “pak” atau “bu” yang merupakan kependekan dari kata “bapak” dan “ibu”. Dengan demikian, penerapan metode analisis Glass dalam bahasa Indonesia akan berbentuk suku kata, misalnya kata “bapak” terdiri dari dua kelompok huruf “ba” dan “pak”. Metode ini bisa mengurangi waktu untuk menyelesaikan bacaan dengan cara meningkatkan perhatian terhadap bacaan.
7. Metode Hegge-Kirk-Kirk
Metode ini dikembangkan oleh Hegge, Kirk dan Kirk pada tahun 1972. Diutamakan untuk meneliti kemampuan auditori siswa dengan memadukan bunyi huruf, menuliskan perpaduan bunyi huruf menjadi kata, lalu menyebutkan kata tersebut. Selanjutnya, menunjukkan kata pada siswa dan memintanya menyebutkan bunyi huruf yang ada dalam kata tersebut. Selanjutnya, siswa diminta untuk menuliskan kata tersebut di atas kertas.
8. Neurological Impress
Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Guru dan siswa yang kesulitan membaca duduk berhadapan sambil membaca.
- Suara guru dibisikkan ke telinga siswa.
- Guru dan siswa menunjuk pada kalimat yang dibaca oleh guru.
- Dalam kondisi tertentu, guru membaca lebih cepat atau sebaliknya.
Metode ini tidak mengharuskan guru untuk menyiapkan bahan bacaan secara khusus. Juga, tidak harus menekankan pada latihan pengucapan fonem, pengenalan kata, dan isi bacaan yang dibaca. Tujuan utamanya adalah untuk membiasakan siswa membaca secara otomatis. Untuk memudahkan siswa mengikuti program ini, proses pembelajaran dimulai dari tingkat yang rendah dari kemampuan yang dimiliki siswa. Jika sudah mengetahui tingkat kemampuan siswa telah diketahui, maka ia diberi tugas untuk membaca beberapa halaman buku dalam sehari. Metode ini akan lebih efektif apabila digabungkan dengan metode membaca ulang.
Sebagai tambahan, bapak/ibu guru bisa menggunakan beberapa cara di bawah:
- Gunakan pulpen atau pensil berwarna agar tulisan lebih terlihat. Tandai dengan highlighter kata penting dalam satu kalimat atau paragraf yang panjang.
- Hindari penggunaan kalimat yang terlalu panjang.
- Jika ada buku teks yang memiliki paragraf panjang, ringkas menjadi pokok bahasan dalam format “bullet” atau urutan 1,2,3.
- Padukan pembelajaran dengan video, agar siswa lebih mudah memahami.
- Jika siswa terlihat mulai jenuh atau pusing, berikan waktu untuk beristirahat dengan menggambar atau mendengarkan lagu, atau berlari-lari bersama teman.
- Siswa disleksia suka bereksplorasi. Berikan satu topik yang disukai, lalu biarkan siswa melakukan riset sesuka hati mengenai topik tersebut.
Nah, demikianlah beberapa metode dan kiat pembelajaran yang bisa bapak/ibu guru terapkan pada siswa disleksia. Sebaiknya, siswa disleksia ditangani secara khusus, salah satu caranya dengan guru privat agar lebih fokus. Mari dukung mereka sesuai kemampuan dan bakat masing-masing. Siswa bisa memilih sendiri guru privat atau Ruangguru akan memilihkan guru yang tepat lewat ruangles. Karena di ruangles #BelajarJadiHebat. Happy teaching! 🙂 (TN)