Pengertian Resensi, Manfaat, Struktur & Cara Menyusunnya | Bahasa Indonesia Kelas 11
Artikel Bahasa Indonesia kelas 11 ini membahas materi resensi secara lengkap, mulai dari pengertian, manfaat, unsur, dan strukturnya, yang disertai contoh serta cara membuat resensi.
—
Eh … eh …kamu nyadar nggak sih, Guys! Kalau akhir-akhir ini sering muncul ulasan novel “Laut Bercerita” karya Leila S. Chudori di lini masa Twitter atau TikTok? Kira-kira kamu sudah baca bukunya belum? Kalau belum, yuk baca artikel ini biar kamu tahu ulasannya.
Novel “Laut Bercerita” yang berlatar belakang era orde baru ini menceritakan tentang Biru Laut si tokoh utama dan teman-temannya sebagai pejuang aktivis mahasiswa untuk mencapai Indonesia yang lebih demokratis.
Gaya bahasa yang digunakan penulis “Laut Bercerita” ini mengandalkan daya imajinasi pembaca sehingga novel ini dipercaya mampu membawa kesedihan dan memberi kesan yang mendalam perihal kehilangan dan kehampaan bagi para pembacanya. Manteep ga tuh!
Gimana, kamu masih penasaran nggak sama isi novel “Laut Bercerita”? Tenang aja, kamu bisa baca sendiri untuk merasakan kesan yang berbeda dari novel tersebut, lalu tulis deh, ulasan versi terbaik kamu!
Eits, sebelum kamu mulai mengulas, kamu harus tau dulu nih apa yang dimaksud resensi atau ulasan dan seluk- beluknya. Yuk, kita mulai!
Pengertian Resensi
Ulasan atau yang biasa dikenal dengan resensi, secara etimologi berasal dari bahasa Belanda, yaitu resentie dan bahasa Latin recentsio, recensere, atau revidere, yang artinya mengulas kembali atau melihat kembali. Nah, kalau dalam bahasa Inggris, resensi dikenal dengan istilah review.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa resensi adalah tulisan yang berisi penilaian suatu karya, seperti film, buku, drama, lagu, hingga karya sastra dan seni lainnya, baik dari segi isi maupun unsur kebahasaannya.
Dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), resensi artinya pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau disebut dengan ulasan buku. Jadi, ulasan itu sama dengan resensi, ya!
Baca Juga: Teks Eksplanasi: Pengertian, Ciri, Struktur, dan Contohnya
Manfaat Resensi
Manfaat utama resensi, yaitu memberi gambaran singkat kepada pembaca mengenai karya yang dibaca. Kalau dilihat dari subjek penggunaannya, resensi memiliki empat manfaat.
- Bagi penulis buku, resensi dibutuhkan sebagai sarana mendapatkan feedback atau umpan balik agar ia dapat membuat karya yang lebih berkualitas. Selain mendapatkan kemudahan dalam mengevaluasi karyanya yang sudah terbit, resensi juga memudahkan penulis mengetahui antusiasme dan tanggapan masyarakat terhadap buku yang dibuatnya.
- Bagi penerbit, resensi dapat menjadi bahan pertimbangan untuk menindaklanjuti kerjasama dengan penulis atau pengarang. Apakah mau lanjut atau cukup sampai di sini? Nah, salah satu cara penerbit menilai karya penulis, yaitu dengan membaca resensi buku yang dibuat oleh peresensi.
- Setelah penulis dan penerbit, media massa juga membutuhkan resensi dalam proses produksi buku. Hal ini karena media massa berperan sebagai media untuk memperkenalkan buku kepada publik atau yang biasa dikenal dengan promosi. Melalui resensi buku tentu saja membantu media massa untuk mengetahui kualitas dari buku yang akan/sedang dipromosikan.
- Bagi pembaca khusus, resensi dapat dijadikan media dalam menguji atau mengembangkan suatu topik bagi para penulis novel, cerpen, naskah, atau bahkan peneliti. Sementara itu, bagi pembaca umum, resensi menjadi sumber informasi untuk mengetahui kualitas sebuah buku atau karya. Dengan mengetahui informasi tersebut, pembaca bisa mengetahui kelayakan karya yang diresensi tersebut.
Struktur resensi yang harus kamu perhatikan saat ingin meresensi buku.
Langkah-Langkah Menyusun Resensi
Ini dia part yang ditunggu-tunggu! Kamu udah tahu pengertian, manfaat, dan struktur resensi kan? Sekarang kita akan membahas cara menyusun sebuah resensi.
Baca Juga: Mengupas Cerpen: Ciri, Struktur, Contoh, dan Analisisnya
1. Mengenali latar belakang penulisan buku
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah membaca bagian pengantar yang ditulis oleh penulis buku, penerbit, atau seorang pakar yang terdapat di bagian awal buku.
Dengan begitu, penulis resensi dapat memiliki pengetahuan lebih dalam mengenai buku yang akan diresensi dari kacamata penulis buku, penerbit atau pakar sehingga dapat membantu menyampaikan pesan buku kepada pembaca dengan baik.
2. Membaca isi buku
Pada tahap ini kamu membaca isi buku dari awal hingga akhir untuk mendapatkan intisari dari buku tersebut. Kamu dapat membaca menggunakan teknik scanning atau membaca semua, bisa juga menggunakan teknik membaca cepat atau skimming sehingga kamu tidak perlu menghabiskan waktu untuk membacanya. Setelah itu catat dan susun bagian penting yang akan disampaikan dalam resensi.
Baca Juga: Skimming dan Scanning: Rahasia Membaca dengan Cepat
3. Membuat ringkasan atau sinopsis buku
Membuat ringkasan dari bagian penting yang sudah kamu susun tadi menjadi sebuah sinopsis. Susunan sinopsis ini kemudian nantinya dikembangkan sehingga semua aspek buku diulas secara detail namun tetap singkat. Nah, dengan ini pembaca resensi dapat mengetahui gambaran cerita dari buku yang akan dibacanya.
4. Melakukan penilaian buku
Cara melakukan penilaian buku adalah dengan melihat keunggulan dan kelemahan buku. Bagian yang ditulis lebih dulu merupakan keunggulan, kemudian diikuti oleh kelemahan buku.
Nah, untuk menentukan keunggulan dan kelemahan buku, kamu nggak bisa asal, ya! Ada aspek-aspek tertentu yang menjadi sebuah penilaian resensi yaitu aspek tema, penokohan atau pembangunan karakter oleh penulis, gaya bahasa yang digunakan penulis, alur cerita dan sebagainya. Hal ini sebagai informasi kepada pembaca lain untuk dapat mengetahui seberapa bagus kualitas buku yang diresensi.
5. Menulis sasaran pembaca buku
Sasaran pembaca adalah orang-orang yang menjadi sasaran dari tujuan dibuatnya buku yang ditulis. Hal ini penting untuk menginformasikan kalangan yang cocok membaca buku dalam sebuah resensi. Tujuannya untuk memperluas jangkauan si penulis agar karya yang ditulis dapat memberikan pengaruh yang baik dan mudah diterima oleh pembaca yang tepat.
6. Membuat kerangka resensi
Sebelum menulis resensi, penulis dapat membuat kerangka resensi dengan menampilkan unsur-unsur pada struktur resensi. Kerangka resensi perlu dibuat agar peresensi memiliki arahan dalam menyelesaikan resensi.
Baca Juga: Ketahui Syarat dan Cara Menulis Proposal Kegiatan
Jenis-Jenis Resensi
Dalam mengulas karya sastra, kita bisa mengambil beberapa sudut pandang. Bisa lebih mengkritisi, mengevaluasi, atau hanya memberikan informasi secara umum aja. Nah, inilah yang membuat resensi itu ada banyak macamnya. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis resensi:
1. Resensi Deskriptif
Resensi deskriptif akan memberikan penjelasan atau deskripsi mengenai karya yang sedang ditinjau. Bisa penjelasan mengenai cover-nya, ukurannya, fitur-fiturnya, dan lain sebagainya. Jenis resensi deskriptif tidak mencantumkan penilaian apapun terhadap karya yang ditinjau.
2. Resensi Informatif
Resensi informatif akan memberikan informasi secara rinci mengenai karya yang ditinjau, serta memberikan evaluasi singkat. Tujuannya, agar pembaca dapat mengetahui gambaran menyeluruh terhadap karya tersebut, meliputi kelebihan dan kekurangannya.
3. Resensi Evaluatif
Nah, sesuai namanya nih, resensi evaluatif akan memberikan evaluasi atau penilaian yang lebih mendalam mengenai karya yang ditinjau. Ciri khas dari resensi evaluatif, penulis akan memberikan rating/skor/peringkat dengan skala angka. Hal ini bertujuan untuk membantu pembaca melihat kualitas dan nilai dari suatu karya.
4. Resensi Kritis
Terakhir ada resensi kritis. Maksudnya, jenis resensi ini akan memberikan penilaian secara kritis terhadap karya yang ditinjau. Resensi kritis cenderung mendorong pembaca untuk mempertimbangkan kembali asumsi atau pandangan mereka terhadap karya tersebut. Resensi kritis biasanya dibuat untuk menilai karya yang terkesan kontroversial.
Contoh Resensi
Nah, setelah mengetahui unsur-unsur dan struktur teks resensi, sekarang kamu harus tahu bagaimana langkah-langkah dalam membuat resensi buku. Yuk lihat contohnya sebagai referensi untuk membuat resensimu sendiri!
Identitas Buku
Judul Buku: Laut Bercerita
Penulis Buku: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun Terbit: 2017
Jumlah Halaman: 379
Harga Buku: Rp100.000
ISBN: 978-602-424-694-5
Pendahuluan
Dalam buku ini, Leila S. Chudori mengundang kita untuk menyelami kasus penghilangan orang secara paksa. Buku ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama mengambil sudut pandang seorang mahasiswa aktivis bernama Laut, menceritakan bagaimana Laut dan kawan-kawannya menyusun rencana, berpindah-pindah dalam pelarian, hingga tertangkap oleh pasukan rahasia. Sedangkan bagian kedua dikisahkan oleh Asmara, adik Laut. Bagian kedua mewakili perasaan keluarga korban penghilangan paksa, bagaimana pencarian mereka terhadap kerabat mereka yang tak pernah kembali. Berusaha mencari secercah harapan tentang saudara; jika masih hidup, dia disekap dimana. Pun jika sudah mati, dimana mereka menguburkannya. Juga tentang perasaan para korban selamat, bagaimana terpenjara nya mereka atas kejadian tersebut.
Penulis fiksi historis tersebut mampu membuat tema kelam dalam novel ini menyenangkan dibaca. Drama dan tragedi yang kental dan bernada nostalgik memberi perasaan pilu dan melankolis bagi pembaca. Pembawaan yang mengambil dua sudut pandang berbeda membuat kita dapat berempati dan memahami posisi berbagai pihak yang terlibat dalam kasus-kasus penghilangan orang secara paksa. Demi membentuk akurasi pendalaman emosi yang baik bagi pembaca saat membaca buku ini, penulis sendiri mewawancara langsung korban dan kerabat yang terlibat tragedi penculikan aktivis tahun 1998. Bahkan buku ini ditulis sebagai bentuk tribute bagi para aktivis yang diculik, yang kembali, dan yang tak kembali; dan keluarga yang terus menerus sampai sekarang mencari jawab.
Isi cerita
“Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali…”
Begitulah dua larik puisi yang menyambut kita di lembar pertama. Biru Laut Wibisono mulai bercerita kepada kita bagaimana ia menemui kematian setelah tiga bulan disekap.
“Bapak, Ibu, Asmara, Anjani, dan kawan-kawan… dengarkan ceritaku…”
Ia memulai kisah di tahun 1991 pada sebuah tempat bernama Seyegan, Yogyakarta. Seyegan tak lain merupakan markas Wirasena (organisasi mahasiswa) untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menurut pemerintah adalah sebuah aktivitas terlarang. Terkisahlah kehidupan persahabatan antara Laut, Alex, Sunu, Daniel, Kinan, Julius, Dana, dan Gusti, serta aktivis-aktivis lainnya. Pada bab Seyegan, Laut bercerita tentang ketertarikan untuk meruntuhkan ketidakadilan yang dilakukan rezim pemerintahan saat itu. Terkadang ia berkisah bagaimana indahnya keluarga dan rindunya pada Asmara (adik semata wayang) dan Anjani (kekasih) tiba-tiba hadir bersama aroma tengkleng buatan Ibu dalam imajinasinya.
Peristiwa Blangguan, demi membela petani-petani jagung yang lahannya akan dirampas pemerintah, menjebloskan Laut ke dalam penjara. Ia dipukuli habis-habisan, diinjak dengan sesuatu bergerigi, dan disetrum. Setelah mereka tak mendapat jawaban, Laut dan kawan-kawannya dibuang begitu saja di Bungurasih.
“Di kampus kita hanya belajar disiplin berpikir, tetapi pengalaman yang memberi daya dalam hidup adalah di lapangan.” –Bram
Seringnya aktivitas-aktivitas mereka bocor kepada intel, seperti peristiwa Blangguan, demo di Surabaya, aktivitas di Klender dan acara seminar untuk membahas unjuk rasa yang gagal, membuat Laut dan kawan-kawannya mencurigai Naratama sebagai agen ganda. Hingga pada sepertiga ujung cerita, terkuaklah siapa sebenarnya agen ganda tersebut. Laut pun bercerita bagaimana sakitnya ia dikhianati dari orang yang tak pernah terduga sebelumnya.
“Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita. Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.” –Bram
Bulan Maret 1998 giliran mereka (para aktivis Wirasena) diculik, disiksa, dan diinterogasi dengan tidak manusiawi. Laut, Sunu, Kinan, Bram, Sang Penyair, dan beberapa kawan hilang tanpa jejak setelah disekap. Merek, yaitu Alex, Daniel, Naratama, Coki, Hamdan, dan lima orang lainnya dikembalikan masih dalam keadaan hidup. Hingga saat rezim itu runtuh di Mei 1998, mereka mulai mampu bersuara atas kekejaman yang mereka terima.
“Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi atau 20 tahun lagi, tapi apapun yang kamu alami di Blangguan dan Bungurasih adalah sebuah langkah. Sebuah baris dari puisimu, sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu.” –Kinan
Cerita kemudian berlanjut dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut dan kekasih Alex. Sebagai keluarga yang ditinggalkan sang kakak secara misterius, mereka sangat kehilangan. Kisah Asmara pun dimulai tahun 2000-an. Bersama keluarga aktivis-aktivis lainnya, Asmara bergabung dengan Aswin dan mencoba mencari keadilan pada pemerintah yang dirasa lebih peduli. Duka kehilangan membuat banyak keluarga hidup dalam penyangkalan. Mereka hidup dalam imajinasi dimana keluarga mereka yang hilang masih tetap ada dalam keseharian. Ayah mereka masih tetap menyiapkan empat piring dalam ritual makan malam bersama di hari Minggu. Memutar lagu yang menandai kehadiran Laut, membersihkan buku-buku dan kamar milik Laut, seolah-olah Laut akan datang secara tiba-tiba kelak.
Keunggulan Buku
Sebagai orang awam yang hanya mempelajari HAM lewat buku cetak PPKn di sekolah, dari buku inilah mendapat perspektif baru. Bagaimana banyaknya orang yang hilang itu bukan sekedar angka, tetapi pembuktian bahwa kasus mereka belum tuntas. Setiap kata yang tertulis di surat demi surat membuat para pembaca dapat merasakan emosi dari si pengirim surat. Bahasa yang digunakan di novel ini mudah dipahami dalam mengulas sejarah Indonesia yang tidak tercatat di buku sekolah.
Kekurangan Buku
Isi novel ini masih memiliki ejaan yang salah seperti “menganalisa” yang seharusnya “menganalisis”, kata “praktek” yang seharusnya “praktik”. Juga ada beberapa kata yang salah ketik. Serta penggunaan bahasa Jawa dalam dialog yang kurang dimengerti beberapa pembaca luar Jawa.
Penutup
Menurut saya, ketika membaca novel ini ada perasaan kalut dan sedih bercampur marah. Tokoh-tokohnya memang fiktif, tetapi ada hal yang menginspirasi terciptanya buku ini. Reformasi 1998 itu nyata, penculikan aktivis itu benar-benar terjadi, dan peristiwa 1965 itu masih menghantui. Membaca novel “Laut Bercerita” terasa seperti sedang membaca sejarah yang hilang. Yang diceritakan dari sisi lain, sisi yang kelam.
Novel ini cocok dibaca bagi para mahasiswa, organisasi-organisasi kampus, para politikus, atau para orang-orang yang bercerita tentang kebebasan. Pembaca akan terus terseret dalam permainan emosi karakter-karakternya hingga akhir cerita. Kisah dalam buku ini merupakan sepenggal dari kisah kita bersama, menjadi bagian yang tak pernah terjelaskan dan tak akan terlupakan.
—
Gimana, guys, materi kali ini sudah cukup membantu kamu belum dalam memahami materi resensi? Semoga setelah baca artikel ini, kamu jadi paham ya mengenai struktur resensi dan cara membuatnya. Bahasan resensi ini bisa kamu pelajari lebih lengkap dan interaktif, tentunya di aplikasi Ruangguru, lho! Yuk, instal aplikasinya di PC kamu, supaya bisa belajar lebih leluasa.
Referensi:
Kosasih, E. (2017) Jenis-jenis teks dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung. Yrama Widya.
Mulyadi, Y. (2020). 1700 Bank Soal Bahasa Indonesia. Bandung, Yrama Widya
Gema. (2022). Referensi Novel “Laut Bercerita”. [online]. Available at:
https://gema.unesa.ac.id/2022/03/07/resensi-novel-laut-bercerita/ (Accessed: 08 Juni 2022)
Artikel ini dipublikasikan pada 17 Juni 2022, kemudian diperbarui pada 12 Februari 2024