Untung Surapati: Kisah Budak yang Memberontak
Untung Surapati, dulu banyak dikisahkan dalam buku legenda dan cerita rakyat. Nyatanya, beliau menjadi salah satu pahlawan yang berhasil membuat VOC geram karena kecerdikannya. Seperti apa kisah perjalanan perjuangannya? Simak penjelasannya berikut ini.
—
Tahun 1660 di Pulau Dewata, lahir seorang putra bernama Surawiroaji. Catatan sejarah tidak mengenal siapa ayah dan ibunya. Ia menjadi yatim piatu saat berusia 7 tahun. Kedua orang tuanya meninggal saat ada pemberontakan VOC di daerahnya.
Ia tidak dibunuh oleh VOC, melainkan diambil oleh seorang perwira VOC, van Baber. Kala itu van Baber mengambil Surawiroaji menjadi budak dan menjualnya kepada Moor saat berada di Makassar. Uniknya, setelah Moor mengambil budak itu, karir militernya di VOC berkembang pesat. Dalam waktu singkat, pangkatnya dari kapten menjadi mayor. Tak lama ia dipromosikan menjadi penasihat Gubernur Jenderal.
Untung dibawa ke kediamannya di Batavia dan mendapat tugas menjadi tukang kebun dan melayani putrinya, Suzzane.
“Witing Tresno Jalaran Soko Kulino” pepatah Jawa tersebut kalau diartikan menjadi “Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba”.
Untung menaruh rasa pada Suzzane yang ternyata rasa yang dimiliki Untung pun dibalas oleh Suzzane. Mereka saling mencintai dan menjalin hubungan asmara dan menikahinya.
Jangan baper…!
Hubungan asmara mereka diketahui oleh Moor yang kala itu sudah menjabat sebagai penasihat Gubernur Jenderal. Daripada malu dilihat orang, masa’ seorang penasihat Gubernur punya menantu seorang budak, Moor memerintahkan agar Untung dipenjara.
Penjara ngga membuat Untung merasa menyesali perbuatannya. Ia malah menggalang kekuatan dengan para tahanan lainnya sehingga bisa melarikan diri dan hal itulah yang menyebabkan Untung menjadi buronan.
Di tahun 1683, Untung yang terus kucing-kucingan dengan aparat VOC akhirnya ditemukan. Bukannya dihukum, malah ditawari masuk militer VOC. Ngga sampai disitu, Untung diberikan jabatan letnan dan diberi tugas khusus menjemput putra dari Sultan Ageng Tirtayasa, Pangeran Purbaya.
Kala itu, Pangeran Purbaya ingin menyerahkan diri ke VOC karena Kesultanan Banten dihancurkan oleh VOC. Untung berhasil menjemput Pangeran Purbaya di Gunung Gede. Dalam perjalanan, Untung melihat Pangeran Purbaya diperlakukan tidak baik dan akhirnya Untung memberontak dalam rombongan tersebut.
Sayangnya, Pangeran Purbaya tetap ingin menyerah pada VOC karena tidak ingin ada pertumpahan darah lagi. Tapi istrinya, Raden Ayu Gusik Kusuma, menolak ikut suaminya.Ia lebih memilih pulang ke rumah ayahnya di Kartasura. Akhirnya, mereka berpisah jalan. Pangeran Purbaya menuju benteng VOC di Karawang, Untung dan Ayu Gusik Kusuma ke Kartasura untuk pulang.
Sepanjang perjalanan, Ayu Gusik Kusuma ternyata menaruh hati kepada Untung, dan rasa cintanya pun dibalas oleh Untung. Perjalanan menuju Kartasura pun dihiasai kucing-kucingan dengan tentara VOC yang ingin menangkap Untung. Sampai akhirnya Untung berkelahi dengan Raden Surapati, anak sultan Cirebon kala itu yang bertindak sewenang-wenang.
Usut punya usut, ayah dari Ayu Gusik Kusuma, Patih Nerangkusuma, ternyata orang yang anti dengan VOC. Punya satu tujuan yang sama dengan Untung dan diketahui bahwa anaknya juga mencintai Untung, maka diresmikanlah hubungan Untung dengan Ayu Gusik Kusuma (yang telah memutuskan berpisah dengan Purbaya) dalam ikatan pernikahan.
Untung yang mendapat dukungan dari mertuanya, melakukan siasat untuk melawan VOC kala itu. Saat itu, Untung dan Nerangkusuma berada di keraton Surakarta yang dipimpin Amangkurat II. VOC mendesak Amangkurat II supaya Untung diserahkan. Amangkurat II menyanggupinya dan VOC pun masuk dalam perangkap Untung.
Baca Juga: Laksamana Malahayati, Srikandi Tanah Rencong
8 Februari 1686, 200 personel VOC dengan komando Kapten Francois Tack masuk ke istana Amangkurat II dan inilah yang terjadi….
Terbunuhnya Kapten Tack dalam peristiwa tersebut membuat VOC geram dan menjadi salah satu peristiwa kelam bagi VOC. Setelah tahu Tack tewas di tangan Untung,VOC menggerakkan armada tentara dari Madiun, Madura, dan Surabaya untuk menyerang ke Pasuruan.
Ada apa di Pasuruan?
Ternyata ada raja baru atau dulu sih disebutnya Adipati. Bukan Adipati Dolken ya…
Ya, Adipati Aria Wiranegara yang tidak lain ialah Untung Surapati. Setelah insiden tewasnya Kapten Tack, Amangkurat II meminta Untung untuk menyerang Pasuruan yang kala itu masih dibawah kekuasaan Mataram.
Setelah menaklukan Pasuruan, Untung Surapati dinobatkan menjadi raja (kalau sekarang namanya bupati) di daerah tersebut. Tahun 1706, tepatnya tanggal 17 Oktober, terjadi pertempuran di wilayah kekuasaan Untung Surapati. Pasukan gabungan VOC menyerbu benteng Bangil dan Untung tewas dalam pertempuran tersebut.
Sesaat sebelum meninggal, Untung berpesan kepada prajuritnya agar makamnya dirahasiakan. Namun, rencana itu gagal. Setahun setelah Untung wafat, VOC menemukan makam Untung dan membongkarnya. Jenazah Untung dibakar dan abunya kemudian di buang ke laut. Butuh waktu lebih dari 250 tahun untuk menetapkan Untun Surapati sebagai pahlawan nasional, sebelum pada akhirnya pemerintah mengumumkan pada tanggal 3 November 1975.
Perjuangan Untung Surapati melawan VOC memang luar biasa ya teman-teman. Kamu bisa cari tahu lho tentang perjuangan pahlawan-pahlawan lainnya dengan belajar lewat video animasi di ruangbelajar. Gabung sekarang yuk.