Tak Ada Lagi Penghalang Belajar, Meski Bersekolah di Ujung Utara Indonesia
Artikel ini bercerita tentang Oksalin, siswa dari ujung utara Indonesia dengan usahanya untuk terus belajar.
—
Menetap dan bersekolah di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara bukanlah hal yang mudah. Wilayah yang berada dekat dengan negara Filipina itu ternyata kerap menemui keterbatasan, khususnya di bidang pendidikan. Begitu teman kita Oksalin, siswa Sekolah SMA Negeri 1 Manganitu bercerita pada Ruangguru. Lalu, bagaimana sih ia bisa menikmati proses belajarnya selama ini di tengah segala tantangan. Penasaran? Simak ceritanya, yuk!
Kondisi belajar di kelas, ternyata yang menjadi alasan utama siswa kelas 12 ini dan teman-temannya merasa tidak bersemangat belajar. “Kalau di kelas itu biasa banyamuk. Kong, bikin torang nyandak nyaman belajar. Terus kalo siang itu kadang panas, kong so bikin bosan torang mo belajar. Kadang, keadaan so begitu, kita so malas belajar. Baru, kita so bosan di kelas, kita so rasa tidor, kita so suka mo pulang,” ucapnya.
(Artinya: Kalau di kelas itu biasa banyak nyamuk. Lalu, membuat kami nggak nyaman belajar. Terus, kalau siang itu kadang panas, lalu membuat kami bosan mau belajar. Kalau keadaan sudah begitu, aku sudah malas belajar. Terus, bosan di kelas, mengantuk, aku suka mau pulang.)
Oksalin bersama teman-teman sekolahnya (Sumber: dok. pribadi)
Selain masalah itu, Oksalin juga mengaku ia terkendala dengan tidak cukup mengerti dengan baik mengenai materi pelajaran. Oleh karenanya, ia menjadi dua kali lipat lebih sulit memahami pelajaran tersebut. Sempat ia ingin belajar sendiri di rumah, melalui internet. Namun sayangnya, siswa jurusan IPS ini merasa koneksi jaringan di daerahnya sangat lambat.
Kegelisahan itu pun, ia sampaikan pada ibunya untuk mencarikan guru les Matematika. Tetapi, hambatan lagi-lagi terjadi, infrastruktur jalan di sana belum terlalu baik. Jarak tempuh antara satu dan yang lain, masih terlalu jauh. “Medannya di sini masih susah, kalau perjalanan dari rumah berangkat menuju tempat guru les, itu nanti sampainya di sana sudah malam”, ujar Ibu Selvia.
Baca juga: Dayat: Anak di Pedalaman Aceh yang Lulus SNMPTN untuk Gelar Ganda
Seolah semua pilihan jalan keluar yang ada, jadi serba salah. Padahal, Oksalin tidak punya banyak waktu untuk menunggu, ia harus segera belajar untuk bisa mendapatkan bangku impiannya di Fakultas Hukum, UGM di tahun ini. Dunia pengacara memang sudah jadi minatnya sejak kecil dan ditambah dengan kualitas kampus yang sudah terbukti, membuatnya tidak akan menyia-nyiakan waktu untuk melepas cita-citanya begitu saja. Ia mencari-cari rekomendasi untuk belajar, dan sempat melihat salah satu hingga bertemu dengan Ruangguru On-The-Go, yang bisa membantunya memperoleh akses belajar tambahan tanpa perlu terkoneksi dengan internet.
Oksalin dan piala kemenangannya (Sumber: dok. pribadi)
“Aku suka lihat jaringan di sini jaha (tidak baik), jadi kalau mau persiapan SBMPTN, lebih baik aku pakai yang Ruangguru OTG,” tutur siswa yang kerap mengikuti Olimpiade Astronomi dan Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ini. “Aku lebih ngerti kalo belajar matematika di Ruangguru, karena penjelasan tutornya jelas sekali, singkat, dan nggak bikin bosan,” lanjutnya. Ia bercerita dulu nilai yang diperoleh berkisar 60, 70, dan paling tinggi 75. Namun, sekarang deretan nilainya terus meroket hingga 80, 90, dan 100. Ibunya menambahkan, ia tidak lagi perlu guru les. “Semangatnya semenjak pakai Ruangguru, dia jadi luar biasa belajarnya sampai malam”.
Meski masih di usia sangat muda, ia sadar bahwa pendidikan adalah sarana utamanya untuk memajukan daerah Sangihe, membanggakan orang tua, dan juga membantu orang-orang di sekitar. Satu pedoman yang terus dipegang Oksalin hingga kini. Kuatkanlah hatimu. Jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu. Semoga, ia tidak pernah berhenti mengejar cita-citanya ya!
Begitu juga untukmu, kalau Oksalin aja mau pantang menyerah, kenapa kamu harus masih malas-malasan belajar? Yuk, giatkan lagi belajarnya dengan ruangbelajar.