Mengenal Teori Sosiologi Klasik Hingga Modern dari Berbagai Tokoh | Sosiologi Kelas 10
Artikel Sosiologi kelas 10 ini menjelaskan tentang teori-teori sosiologi klasik hingga modern dari berbagai tokoh sosiologi, mulai dari pengertian hingga bagaimana kontekstualisasi teori tersebut untuk menganalisis fenomena sosial saat ini.
—
Guys, siapa disini yang pernah mendengar nama Auguste Comte? Yups, Auguste Comte adalah bapak Sosiologi atau orang yang pertama kali menyebut ilmu ini sebagai ‘Sosiologi’. Nah, apa sih sebenarnya sosiologi itu?
Sosiologi secara etimologi berasal dari kata Socius dan Logos. Socius berarti teman atau kawan, sedangkan logos adalah ilmu. Berarti, Sosiologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari interaksi sosial atau hubungan sosial di dalam suatu masyarakat tertentu ya guys.
Ilmu sosiologi sendiri memiliki banyak sekali keunikan dikarenakan masyarakat terus berkembang. Bahkan karena setiap detik pasti akan ada pergerakkan di dalam masyarakat, maka teori di dalam sosiologi juga terus berkembang sesuai dengan bentuk masyarakat atau fenomena yang terjadi.
Berarti, teori sosiologi ini banyak dong? Tentu saja! Teori sosiologi ada banyak banget. Tapi biar gampang, artikel ini akan membagi teorinya jadi dua masa, ada Teori Sosiologi Klasik dan Teori Sosiologi Modern.
Mau tau apa saja teorinya? Mari kita sama-sama belajar!
A. Teori Sosiologi Klasik
Sekarang kita masuk ke pembahasan teori sosiologi klasik atau teori yang menjadi landasan teori untuk teori yang lahir di masa setelahnya ya guys.
Teori ini dicetuskan oleh banyak pemikir besar, salah satunya oleh bapak sosiologi yakni Auguste Comte dan Emile Durkheim yang membuat Sosiologi menjadi ilmu pengetahuan saat ini.
Selain dua orang tersebut masih banyak tokoh yang menjadi bagian dari teori sosiologi klasik ini. Yuk, kita kenalan dengan beberapa tokoh penting Sosiologi, beserta teori-teori yang mereka cetuskan!
Auguste Comte
Tokoh pertama ada Auguste Comte. Isidore Marie Auguste François Xavier Comte atau yang lebih dikenal dengan Auguste Comte ini lahir pada tanggal 1798 di Prancis, guys.
Comte sebenarnya adalah seorang fisikawan yang percaya bahwa masyarakat bisa dianalisis sama seperti ilmu pasti lainnya. Ia pertama kali menyebut Sosiologi sebagai “Fisika Sosial” yang selanjutnya ia menyebut fisika sosial sebagai Sosiologi.
Aguste Comte (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte#/media/File:Auguste_Comte.jpg)
Saat itu, Comte menulis buku berjudul Cours De Philosophie Positive, dan memperkenalkan istilah “Sosiologi” kepada khalayak luas. Karena itulah Comte disebut sebagai The Father of Sociology.
Comte memiliki pandangan yang menarik, karena ia berpikiran bahwa Sosiologi adalah ilmu positif juga yang bisa digunakan untuk memahami dan mempelajari fenomena-fenomena sosial dalam kehidupan di dalam masyarakat.
Menurutnya, kita bisa menggunakan analisis logika yang rasional dan ilmiah untuk dapat membaca dan menganalisis gejala sosial yang terjadi di sekitar kita.
Baca Juga: Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli & Objek Kajiannya
Comte juga menyebutkan tiga hukum yang ia jelaskan dalam pembentukan masyarakat. Menurutnya, masyarakat itu tercipta atas tiga tahapan ya guys. Berikut ini adalah tahapan menurut Comte.
1. Teologis
Tahap teologis adalah tahap pertama dalam perkembangan masyarakat. Pada tahap ini, masyarakat sangat percaya pada kekuatan-kekuatan supranatural atau ilahi untuk menjelaskan fenomena alam dan sosial di sekitar mereka ya guys.
Menurut Comte, masyarakat yang ada di tahap ini biasanya masih primitif, penuh dengan takhayul, dan cara berpikirnya tidak rasional. Ada tiga fase penting dalam tahap teologis ini, yaitu Fetisisme, Politeisme, dan Monoteisme.
2. Metafisis
Pada tahap metafisis, masyarakat mulai beralih dari kepercayaan terhadap dewa-dewa dan kekuatan supranatural ke pemikiran yang lebih rasional dan logis. Jadi, kalau sebelumnya orang-orang berpikir bahwa semua kejadian di dunia ini karena ulah para dewa, di tahap metafisis ini mereka mulai mencari penjelasan yang lebih masuk akal, guys.
Pada tahap metafisis, masyarakat mulai menggunakan akal budi dan rasionalitas untuk mencari penyebab-penyebab abstrak dari fenomena alam dan sosial. Ini artinya, mereka tidak lagi puas dengan jawaban-jawaban mitologis dan mulai bertanya-tanya tentang esensi, hakikat, dan tujuan dari segala sesuatu. Misalnya, mereka mulai berpikir tentang apa yang sebenarnya menjadi penyebab terjadinya gempa bumi atau mengapa manusia berperilaku dengan cara tertentu.
3. Positivis
Nah, pada tahap positivis, masyarakat sudah berada di puncak kemajuan dan peradaban yang tinggi nih, guys. Apa sih yang membuat tahap ini begitu istimewa?
Jadi, di tahap ini, masyarakat mulai menggunakan metode ilmiah dan empiris untuk memahami dan menemukan hukum-hukum yang mengatur fenomena alam dan sosial.
Bayangkan, guys, di tahap ini, orang-orang tidak lagi mengandalkan mitos atau keyakinan tak berdasar untuk menjelaskan dunia di sekitar mereka. Mereka mulai melakukan eksperimen, pengamatan, dan analisis yang sistematis untuk mencari tahu bagaimana alam semesta bekerja dan bagaimana interaksi sosial terjadi. Inilah yang membuat masyarakat pada tahap positif bisa mencapai tingkat kemajuan yang luar biasa.
Metode ilmiah yang diterapkan di tahap ini memungkinkan masyarakat untuk membuat penemuan-penemuan besar dan inovasi yang membawa perubahan signifikan dalam kehidupan sehari-hari ya, dari teknologi canggih hingga pemahaman mendalam tentang ilmu sosial, semuanya berkembang pesat di tahap positif ini.
Harriet Martineau
Harriet Martineau adalah seorang penulis dan sosiolog asal Inggris yang hidup pada abad ke-19. Ia Lahir pada 12 Juni tahun 1802 di Inggris. Martineau diakui sebagai salah satu perempuan pertama yang memberikan kontribusi besar dalam bidang sosiologi lho guys. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah “Illustrations of Political Economy.“
Harriet Martineau (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Harriet_Martineau#/media/Berkas:Harriet_Martineau_by_Richard_Evans.jpg)
Martineau juga dikenal karena usahanya memajukan isu-isu perempuan dan reformasi sosial. Dia menulis tentang pentingnya pendidikan untuk perempuan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan. Dia membuka jalan bagi banyak perempuan lain di dunia akademis dan literatur, dan warisannya tetap dikenang hingga hari ini sebagai salah satu pionir dalam ilmu sosiologi dan penulisan sosial nih guys.
Karl Marx
Karl Marx lahir di Jerman pada tahun 1818. Dia terkenal karena ide-idenya yang kemudian dikenal sebagai Marxisme nih guys. Marxisme adalah dasar dari banyak gerakan sosial dan politik di seluruh dunia, terutama yang berhubungan dengan sosialisme dan komunisme ya.
Nah, Karl Marx ini memiliki beberapa teori yang membantu berkembangnya sosiologi, berikut adalah beberapa teori Karl Marx yang ia sumbangsihkan untuk sosiologi.
1. Teori Kelas Sosial
Teori kelas sosial Karl Marx menyatakan bahwa masyarakat terbagi menjadi dua kelas utama yakni kelas pemilik (bourgeoisie) dan kelas pekerja (proletariat). Menurut Marx, kelas pemilik mengendalikan alat produksi dan memiliki kekuasaan ekonomi, sedangkan kelas pekerja hanya memiliki tenaga kerja yang mereka jual untuk bertahan hidup saja ya guys.
Konflik antara kedua kelas ini berasal dari perbedaan kepentingan dan eksploitasi. Marx percaya bahwa perjuangan kelas akan mendorong transformasi sosial yang akhirnya akan mengarah pada masyarakat tanpa kelas, di mana alat produksi dimiliki bersama dan tidak ada eksploitasi.
Karl Marx (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx#/media/File:Karl_Marx_001_(rotated).jpg)
2. Teori Konflik Sosial
Marx punya pandangan bahwa sejarah manusia itu penuh dengan konflik antara kelas-kelas sosial atau berhubungan erat dengan teori konflik sosial.
Teori konflik menurut Karl Marx melihat bahwa di dalam masyarakat kapitalis, ada dua kelas utama yakni, kaum borjuis (pemilik modal) dan kaum proletar (buruh). Kaum borjuis ini menguasai produksi dan memiliki kekayaan, sementara kaum proletar bekerja untuk mereka tetapi hidupnya pas-pasan.
Menurut Marx, sistem kapitalis ini ngga adil karena kaum borjuis terus mengumpulkan kekayaan, sedangkan kaum proletar tetap miskin.
Dia percaya kalau akhirnya, kaum proletar akan menyadari ketidakadilan ini dan bangkit melawan kaum borjuis untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan tanpa kelas sosial, yang ia sebut dengan komunisme ya guys.
Marx berharap, kesetaraan dan keadilan sosial dapat tercapai. Menurutnya konflik harus tercipta untuk mendapatkan kesetaraan dalam memiliki alat produksi bersama.
3. Teori Alienasi
Alienasi menurut Marx adalah perasaan keterasingan atau keterpisahan yang dialami oleh pekerja di sistem kapitalis. Marx menjelaskan bahwa di bawah kapitalisme, pekerja menjadi terasing dari hasil kerja mereka sendiri, dari proses kerja, dari diri mereka sendiri, dan dari sesama manusia.
Menurut Marx, alienasi ini adalah konsekuensi dari sistem kapitalis di mana pemilik modal mendapatkan keuntungan dari kerja keras pekerja, sementara pekerja sendiri merasa kehilangan kontrol dan kepuasan dari pekerjaan mereka.
Cara mengatasi alienasi ini, Marx percaya bahwa perlu adanya perubahan dalam sistem ekonomi, seperti menuju sosialisme di mana pekerja memiliki kontrol lebih besar atas hasil kerja dan proses produksinya ya guys.
Émile Durkheim
Émile Durkheim adalah salah satu sosiolog paling berpengaruh dalam sejarah ilmu sosial. Dia lahir pada tahun 1858 di Prancis dan meninggal pada tahun 1917. Durkheim dikenal sebagai salah satu pendiri sosiologi sebagai disiplin akademik yang terpisah dari filsafat dan psikologi, atau bisa dibilang dia adalah yang membuat Sosiologi menjadi ilmu pengetahuan.
Émile Durkheim (Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim#/media/File:%C3%89mile_Durkheim.jpg)
Durkheim punya banyak kontribusi penting dalam sosiologi, dan beberapa konsep kuncinya dan teori Emile Durkheim bisa kita pelajari di bawah ini ya.
1. Teori Fungsi Sosial
Durkheim percaya bahwa setiap aspek masyarakat memiliki fungsi yang mendukung stabilitas dan keberlanjutan di dalam masyarakat. Misalnya, institusi seperti pendidikan dan agama berfungsi untuk menjaga kohesi sosial dan stabilitas sosial di dalam masyarakat tertentu.
2. Teori Solidaritas Sosial
Durkheim membedakan antara dua jenis solidaritas, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik terjadi di masyarakat tradisional yang sederhana, di mana individu memiliki nilai dan norma yang sama contohnya, di dalam masyarakat pedesaan.
Sementara, solidaritas organik terjadi di masyarakat modern yang lebih kompleks, di mana ada spesialisasi pekerjaan dan saling ketergantungan. Kita bisa melihat contohnya di dalam masyarakat perkotaan yang berkumpul bukan karena ikatan darah, mereka berkumpul karena kebutuhan yang lain seperti bekerja dan sebagainya.
3. Teori Emile Durkheim tentang Fakta Sosial
Durkheim menganggap fakta sosial sebagai elemen-elemen masyarakat yang mempengaruhi perilaku individu dan harus dipelajari sebagai entitas yang objektif.
Fakta sosial meliputi norma, nilai, dan institusi yang ada dalam masyarakat yang ada di luar individu itu sendiri. Contohnya, kita harus berkendara di sebelah kiri, bisa saja kita berjalan di sebelah kanan, namun kita akhirnya akan mendapat sanksi sosial atau mungkin sanksi hukum seperti ditilang ya guys.
Baca Juga: Jenis-Jenis Kelompok Sosial Berdasarkan Cara Pembentukannya
Max Weber
Max Weber adalah seorang sosiolog Jerman yang sangat berpengaruh dalam ilmu sosial juga nih guys. Ia lahir di Jerman pada tanggal 21 April 1864.
Weber dikenal karena teori-teorinya tentang masyarakat, ekonomi, dan agama, terutama dalam sosiologi mikro seperti tindakan sosial. Berikut adalah beberapa poin penting dari teori Max Weber dan konsep dari Max Weber yang bisa kita pelajari.
1. Teori Verstehen
Weber mengembangkan konsep “Verstehen,” yang dalam bahasa Jerman berarti “pemahaman“. Dia percaya bahwa untuk memahami tindakan sosial, kita perlu melihat dari sudut pandang orang yang melakukannya. Ini membantu kita memahami makna dan motivasi di balik perilaku sosial.
Sebagai contoh, seorang peneliti menurutnya harus ikut menjadi bagian dari subjek penelitiannya, seperti jika ingin meneliti seorang gelandangan, peneliti harus juga mencoba menjadi gelandangan karena menurutnya data yang akan didapat akan lebih dalam dan legit. Gimana kamu tertarik melakukan verstehen?
Max Weber (https://en.wikipedia.org/wiki/Max_Weber#/media/File:Max_Weber,_1918.jpg)
2. Konsep Etika Protestan dan Spiritualitas Kapitalisme
Salah satu karya terkenalnya adalah “The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism.” Dalam buku ini, Weber menghubungkan etika kerja keras dan disiplin yang dijunjung oleh kaum Protestan, khususnya Calvinis, dengan perkembangan kapitalisme di Barat.
Dia berargumen bahwa nilai-nilai Protestan berperan dalam membentuk sikap kapitalis yang mementingkan kerja keras dan penghematan. Sebenarnya bukan hanya Calvinis yang menjadi bahan penelitiannya, tapi beberapa agama juga ditelitinya seperti Katolik, Islam, dan sistem kepercayaan yang lainnya.
Baca Juga: Reformasi Gereja: Pengertian, Latar Belakang, Tokoh & Pengaruhnya | Sejarah Kelas 11
3. Teori Max Weber tentang Tindakan Sosial
Tindakan sosial menurut Weber adalah tindakan yang dilakukan oleh individu yang memperhitungkan perilaku orang lain dan diarahkan sesuai dengan itu.
Weber mengklasifikasikan tindakan sosial menjadi empat tipe utama, masing-masing didasarkan pada motivasi atau orientasi tindakan individu, yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan afektif, dan tindakan tradisional.
Herbert Spencer
Herbert Spencer adalah seorang filsuf dan sosiolog asal Inggris yang hidup dari 27 April tahun 1820 hingga 1903. Dia dikenal sebagai salah satu pendiri teori evolusi sosial dan mengembangkan konsep “survival of the fittest” (kelangsungan hidup yang paling fit).
Teorinya ini sering disamakan dengan teori evolusi Charles Darwin, meskipun Spencer menerapkannya pada masyarakat dan institusi sosial, bukan hanya pada biologi saja guys.
Herbert Spencer (https://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer)
Spencer juga berkontribusi pada berbagai bidang lain, termasuk pendidikan, politik, dan ekonomi. Dia mendukung ideologi laissez-faire dalam ekonomi, yang menekankan minimnya intervensi pemerintah dalam urusan ekonomi dan mendukung kebebasan individu.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya pendidikan dan memandang pendidikan sebagai alat penting untuk kemajuan individu dan masyarakat.
Baca Juga: Mengenal Teori Evolusi dalam Perubahan Sosial
Georg Simmel
Georg Simmel adalah seorang sosiolog dan filsuf asal Jerman yang dikenal karena kontribusinya dalam bidang sosiologi, terutama pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Simmel lahir 1 Maret 1858 di Jerman. Karya-karyanya sering kali berfokus pada hubungan sosial dan dinamika kelompok dalam masyarakat modern. Berikut beberapa teori dan konsep inti dari George Simmel yang bisa kamu pelajari guys!
1. Teori Sosial dan Psikologi Sosial
Simmel terkenal dengan penelitiannya tentang bagaimana individu berinteraksi dalam kelompok dan masyarakat. Ia mengamati bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial, seperti hubungan antara individu dan kelompok mempengaruhi perilaku dan struktur sosial. Ia berpendapat bahwa setiap individu pasti melakukan interaksi sosial bahkan ketika mereka berpapasan mata.
Georg Simmel (https://en.wikipedia.org/wiki/Georg_Simmel)
2. Teori Modernitas
Simmel juga mempelajari dampak modernisasi terhadap kehidupan sosial. Dia mengamati bagaimana perubahan dalam ekonomi dan teknologi mempengaruhi hubungan sosial dan kehidupan sehari-hari dan bagaimana modernitas ini bisa mengubah banyak hal termasuk interaksi sosial yang ada di dalamnya .
Nah, tokoh-tokoh di atas memberikan sumbangsih pengetahuan untuk munculnya teori baru di saat ini. Sekarang kita masuk ke teori yang dipengaruhi oleh tokoh-tokoh di atas pada masa teori sosiologi modern.
—
Wah, udah lumayan panjang nih pembahasan tentang teori sosiologi klasik. Tenang, abis ini kamu masih bakal lanjut baca tentang teori sosiologi modern. Nah, tapi, kalau kamu mau tau lebih dalam tentang materi Sosiologi yang lain, kamu bole lho belajar bareng kakak-kakak pengajar dari Ruangguru Privat.
Bersama Ruangguru Privat, belajar gak hanya menyenangkan, tapi juga akan dibimbing sampai paham! Apalagi, pengajar di Ruangguru Privat sudah terstandarisasi kualitasnya. Kamu juga bebas pilih mau belajar secara langsung (offline) atau daring (online). Asyik banget karen abisa fleksibel! Untuk info lebih lanjut, yuk klik link berikut!
B. Teori Sosiologi Modern
Kita sudah mempelajari tokoh, teori dan konsep dari sosiologi klasik. Sekarang kita akan membahas tentang sosiologi modern ya guys. Teori sosiologi modern mengacu pada teori-teori klasik sebagai landasan berpikirnya. Di bawah ini adalah penjelasan teori dari beberapa ahli.
Teori Konflik
Teori konflik adalah perspektif dalam sosiologi yang melihat masyarakat memiliki persaingan yang menegangkan antara kelompok-kelompok lain dengan kepentingan yang berbeda. Teori konflik sosial ini menekankan bahwa konflik sosial adalah hal yang tidak bisa dihindari dan merupakan kekuatan pendorong utama di balik perubahan sosial.
Dasar-dasar teori konflik sosial bisa kita pahami menjadi tiga bentuk secara garis besar. Pertama, adanya ketidaksetaraan kekuasaan dan sumber daya yang ada.
Kedua, konflik adalah pendorong perubahan sosial. Maksudnya, konflik antar kelompok atau individu pasti akan menciptakan perubahan yang ada di dalam lingkup sosialnya.
Terakhir, adanya perbedaan kepentingan yang bertentangan. Misalnya, majikan dan pekerja memiliki kepentingan yang berbeda terkait upah dan kondisi kerjanya. Seringkali menyebabkan sebuah konflik antar keduanya.
Beberapa tokoh di dalam sosiologi juga menjelaskan teori konflik sosiologi yang ada di dalam masyarakat. Semuanya memiliki pandangan yang berbeda terkait konflik yang ada. Mari kita bahas satu persatu teori konflik sosiologi dari tokoh-tokoh sosiologi berikut ini!
1. Teori Konflik Ralph Dahrendorf
Ralph Dahrendorf adalah seorang sosiolog dan filsuf politik Jerman yang terkenal dengan kontribusinya dalam teori konflik. Teori konflik Dahrendorf berfokus pada struktur sosial dan ketegangan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat yang memiliki kepentingan yang berbeda. Menurutnya, distribusi kekuasaan yang berbeda selalu menjadi penentu konflik sosial yang sistematik.
Teori konflik Ralf Dahrendorf percaya bahwa konflik adalah bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Menurutnya, di setiap masyarakat terdapat perbedaan kepentingan antara kelompok-kelompok yang berkuasa (superordinat) dan kelompok-kelompok yang tidak berkuasa (subordinat).
Dahrendorf memandang masyarakat sebagai struktur yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berkompetisi untuk mendapatkan kekuasaan.
Dia menggantikan konsep “kelas” dari Marx dengan “peran konflik” yang lebih luas, yang mencakup berbagai jenis hubungan kekuasaan di berbagai lembaga sosial. Dia percaya bahwa setiap konflik harus dilihat dari berbagai peran otoritas yang ada di dalam masyarakat bukan dari karakteristik-karakteristik psikologis atau behavioral.
Menurut Dahrendorf, perubahan dalam struktur sosial terjadi ketika konflik antara kelompok-kelompok ini memaksa terjadinya redistribusi kekuasaan dan sumber daya.
Menurutnya terbentuknya sebuah masyarakat pasti harus melalui konflik dan kesepakatan atau konsensus. Menurutnya bahwa masyarakat akan terbentuk dari kesepakatan-kesepakatan yang dimulainya dari konflik terlebih dahulu guys.
Dahrendorf juga menekankan peran institusi dalam mengatur konflik. Institusi-institusi ini menciptakan aturan dan norma yang mengatur interaksi antara kelompok-kelompok yang berkonflik, tetapi juga dapat menjadi sumber ketidakadilan yang memicu konflik lebih lanjut.
Teori konflik Dahrendorf memberikan perspektif penting tentang bagaimana konflik dan kekuasaan beroperasi dalam masyarakat, dan bagaimana ketegangan antara kelompok-kelompok sosial dapat mendorong perubahan sosial.
2. Teori Konflik Lewis A. Coser
Lewis A. Coser lahir di Berlin tanggal 27 November 1913. Ia adalah salah satu tokoh yang berperan penting juga bagi perkembangan teori konflik.
Teori konflik Lewis A. Coser adalah salah satu teori dalam sosiologi yang membahas tentang peran konflik dalam masyarakat.
Coser berargumen bahwa konflik tidak selalu bersifat destruktif dan dapat berfungsi sebagai mekanisme integratif dalam masyarakat.
Menurutnya konflik adalah bagian alami dari kehidupan sosial yang ada. Ia melihat konflik sebagai fenomena yang dialami dan tak terelakkan. Konflik adalah hasil dari interaksi sosial dan perbedaan kepentingan di antara individu atau kelompok. Ia juga berpendapat bahwa konflik memiliki fungsi positif di dalam dunia sosial.
Coser berpendapat bahwa konflik akan memperjelas batas-batas kelompok, menguatkan solidaritas internal, dan merangsang inovasi dan perubahan sosial. Konflik juga dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat lho.
Ada dua konflik menurut Coser, pertama konflik realistis atau konflik yang muncul dari ketegangan yang nyata antara kepentingan yang berbeda.
Selanjutnya ada konflik non-realistis yakni, konflik yang bersifat emosional dan sering tidak berakar pada isu substantif.
Konflik tersebut menurutnya bisa diredam oleh lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat seperti, lembaga agama, hukum, pendidikan, dan yang lainnya sebagai mekanisme penyelesaian konflik yang ada.
Selanjutnya ada konflik internal dan eksternal. Konflik internal atau konflik di dalam kelompok menurutnya akan bisa memperkuat ikatan antar kelompok yang ada.
Sedangkan konflik eksternal atau antar kelompok dapat mempersatukan kelompok untuk menghadapi ancaman dari luar. Contohnya dua pendukung klub sepak bola saling berkonflik, secara internal mereka saling terintegrasi namun, secara kelompok mereka bersitegang.
3. Teori Konflik Randall Collin
Randall Collins lahir di Amerika Serikat pada tanggal 29 Juli 1941. Ia adalah seorang yang memiliki pengaruh besar juga untuk teori konflik.
Teori konflik yang dikembangkan oleh Randall Collins adalah salah satu pendekatan dalam sosiologi yang memfokuskan pada dinamika kekuasaan dan ketegangan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat ya guys.
Collins menggunakan perspektif mikro-sosiologi untuk memahami bagaimana konflik beroperasi pada level individu dan interaksi sehari-hari, serta bagaimana hal ini mempengaruhi struktur sosial yang lebih luas.
Collins menekankan bahwa konflik muncul dari distribusi kekuasaan yang tidak merata dalam masyarakat nih guys. Kelompok-kelompok yang memiliki kekuasaan berusaha mempertahankan dominasi mereka, sementara kelompok-kelompok yang kurang berdaya berusaha untuk mengubah situasi mereka.
Nah, Collins berargumen bahwa konflik harus dipahami dari interaksi sehari-hari antara individu. Konflik seringkali dimulai dari interaksi kecil dan berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
Randall Collins (https://sociology.sas.upenn.edu/people/collins)
Collins juga membahas bagaimana kekerasan dan emosi memainkan peran penting dalam konflik. Ia meneliti bagaimana ketegangan emosional dapat memicu kekerasan dan bagaimana kekerasan mempengaruhi hubungan sosial.
Semua itu terhubung di dalam sebuah jaringan sosial ya guys. Collins mempelajari bagaimana jaringan sosial dan hubungan antara individu mempengaruhi dinamika konflik. Jaringan ini dapat memperkuat atau meredakan konflik tergantung pada struktur dan interaksinya.
Selanjutnya, Collins juga menganggap bahwa ritual-ritual sosial dan simbolis dapat memainkan peran penting dalam memperkuat solidaritas kelompok dan mempertahankan kekuasaan.
Teori Collins memberikan perspektif yang mendalam tentang bagaimana konflik tidak hanya terjadi di tingkat makro tetapi juga di tingkat mikro, dan bagaimana interaksi individu sehari-hari dapat memengaruhi struktur sosial yang lebih besar.
Teori Struktural Fungsional
Teori selanjutnya adalah Teori Struktural Fungsional. Teori Struktural Fungsional adalah pendekatan dalam sosiologi yang menganggap masyarakat sebagai sebuah sistem kompleks yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berinteraksi dan saling bergantung untuk mempertahankan stabilitas dan keseimbangan sosial ya guys.
Menurut teori ini, setiap elemen sosial, seperti institusi, norma, dan nilai, memiliki fungsi tertentu yang berkontribusi pada integrasi dan keberlangsungan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan kata lain, perubahan atau gangguan dalam satu bagian sistem dapat memengaruhi keseimbangan sistem secara keseluruhan di dalam sebuah struktur masyarakat lho. Berikut ini adalah beberapa tokoh yang berkontribusi besar dalam teori struktural fungsional.
1. Teori Struktural Fungsional Emile Durkheim
Teori Struktural Fungsional Emile Durkheim merupakan salah satu teori sosiologi yang sangat berpengaruh. Teori ini berfokus pada cara struktur-struktur sosial (seperti institusi, norma, dan nilai) yang bekerja untuk menjaga kestabilan dan kohesi dalam masyarakat guys.
Menurut Durkheim setiap elemen di dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu yang berkontribusi kepada stabilitas dan kelangsungan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, institusi pendidikan selain berfungsi sebagai lembaga yang mendistribusikan pengetahuan, namun juga mentransmisikan nilai-nilai dan norma sosial ya guys.
Nah, menurutnya kohesi sosial atau solidaritas sosial lah yang menjadi kunci terjaganya integritas di dalam masyarakat.
Dia membedakan antara dua jenis solidaritas pertama, solidaritas mekanik (yang terjadi dalam masyarakat sederhana di mana individu memiliki kesamaan yang kuat) dan kedua, solidaritas organik (yang terjadi dalam masyarakat kompleks di mana ada pembagian kerja yang tinggi dan individu saling bergantung satu sama lain).
Masyarakat sendiri tentunya tidak selalu dalam keadaan baik. Ada keadaan menurut Durkheim yang menjadikan sistem itu tidak jelas. Hal itu adalah anomie, menurutnya anomie adalah keadaan di mana norma-norma sosial menjadi tidak jelas atau runtuh, yang dapat terjadi dalam periode perubahan sosial yang cepat. Anomie ini dapat menyebabkan perasaan ketidakpastian dan ketidakstabilan dalam masyarakat.
Durkheim menggunakan berbagai studi kasus untuk mendukung teorinya, termasuk analisisnya tentang bunuh diri, di mana ia menunjukkan bagaimana faktor-faktor sosial seperti integrasi dan regulasi sosial mempengaruhi tingkat bunuh diri dalam masyarakat.
Baca Juga: Lembaga Sosial: Pengertian, Fungsi, Ciri & Jenisnya
2. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons merupakan salah satu teori besar dalam sosiologi yang menekankan pentingnya struktur dan fungsi dalam menjaga kestabilan (equilibrium) dan kelangsungan masyarakat.
Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa masyarakat adalah sistem kompleks yang terdiri dari berbagai bagian yang saling terkait, dan setiap bagian memiliki fungsi tertentu yang berkontribusi terhadap keseluruhan sistem.
Talcott Parsons (https://en.wikipedia.org/wiki/Talcott_Parsons)
Parsons melihat masyarakat sebagai sebuah sistem sosial yang terdiri dari sejumlah subsistem, seperti keluarga, ekonomi, politik, dan agama.
Setiap subsistem ini memiliki fungsi spesifik yang mendukung keseimbangan dan integrasi keseluruhan sistem. Ia menggambarkan bahwa sistem di masyarakat seperti sistem tubuh manusia, ketika salah satunya sakit, keseluruhan indera manusia juga merasakan sakitnya.
Begitupun dengan masyarakat ketika salah satu sistem tidak berfungsi, pasti akan berpengaruh kepada sistem yang lainnya.
Guys, Parsons juga mendefinisikan aksi sosial sebagai tindakan individu yang dilakukan dalam konteks norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat ya.
Aksi sosial ini berkontribusi terhadap pembentukan dan pemeliharaan struktur sosial nantinya. Parson menjelaskan tahap terjadinya sebuah sistem dengan konsep AGIL (adaptation, goal attainment, integration, latency). Berikut penjelasannya ya!
- Adaptasi (Adaptation): Sistem harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal dan mengelola sumber daya.
- Pencapaian Tujuan (Goal Attainment): Sistem harus memiliki mekanisme untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama.
- Integrasi (Integration): Sistem harus menjaga koordinasi dan kerjasama di antara berbagai bagian atau subsistemnya untuk mencapai keseimbangan.
- Latensi (Latency): Sistem harus mampu mempertahankan dan memperbarui pola-pola budaya serta motivasi individu melalui sosialisasi dan pengendalian sosial yang ada di dalamnya.
Parsons sendiri percaya di dalam masyarakat, fungsi tidak selalu dijalankan secara mulus. Ia menjelaskan pasti akan ada yang namanya fungsi dan disfungsi. Parsons menekankan bahwa setiap elemen dalam masyarakat memiliki fungsi yang dapat membantu menjaga kestabilan guys.
Namun, ada juga potensi disfungsi yang dapat mengganggu keseimbangan sistem. Menurutnya hal yang bisa menjadikan sebuah sistem itu seimbang, sistem itu harus memiliki nilai dan norma. Parson menganggap norma dan nilai-nilai adalah dasar dari struktur sosial, yang memandu perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat.
3. Teori Struktural Fungsional Robert K. Merton
Robert K. Merton adalah salah satu tokoh utama yang mengembangkan dan memperluas teori sebelumnya dari Talcott Parsons.
Menurutnya ada fungsi yang berkembang di dalam sebuah sistem sosial yakni fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes adalah konsekuensi yang disengaja dan diakui oleh masyarakat dari tindakan atau dari struktur sosial yang ada. Misalnya, fungsi manifes dari lembaga kepolisian adalah menjaga ketertiban masyarakat.
Fungsi laten di dalam suatu sistem adalah konsekuensi yang tidak disengaja ya guys dan sering kali tidak diakui oleh masyarakat. Misalnya, fungsi laten dari sistem kepolisian adalah terbentuknya sindikat kejahatan yang tertutup dan lebih terstruktur untuk mengelabui kepolisian.
Robert K. Merton (https://id.wikipedia.org/wiki/Robert_King_Merton)
Sama seperti Parsons, Merton juga mengakui bahwa di dalam sistem masyarakat, tidak semua aspek dari struktur sosial bisa memiliki efek yang positif ya guys.
Merton berpendapat bahwa, disfungsi adalah elemen-elemen dari struktur yang merugikan atau mengganggu stabilitas sistem sosial. Misalnya, birokrasi yang berlebihan bisa menjadi disfungsi dalam sebuah organisasi karena dapat memperlambat proses kerja.
Melengkapi teori dari Parsons, Merton berargumen bahwa kita harus melihat keseimbangan antara fungsi dan disfungsi untuk memahami dampak keseluruhan dari struktur sosial. Ini berarti bahwa struktur sosial tertentu mungkin memiliki fungsi positif dan negatif, dan penting untuk menilai keseimbangan antara keduanya.
Merton juga memperkenalkan konsep alternatif, bahwa ada berbagai cara untuk mencapai fungsi tertentu dalam masyarakat. Misalnya, selain pendidikan formal, ada alternatif lain seperti pendidikan informal atau pembelajaran mandiri yang juga dapat mencapai fungsi pendidikan.
Teori Struktural Fungsional Merton berusaha untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana struktur sosial bekerja dengan menyoroti tidak hanya fungsi yang terlihat tetapi juga konsekuensi tersembunyi dan alternatif yang mungkin ada.
Teori Interaksionisme Simbolik
Guys, teori Interaksionisme Simbolik adalah pendekatan dalam sosiologi yang menekankan bagaimana individu membentuk makna dan identitas melalui interaksi sosial dan penggunaan simbol. Menurut teori ini, realitas sosial dibentuk oleh proses komunikasi dan negosiasi antara individu, yang saling memberikan makna terhadap tindakan dan simbol.
Teori ini berfokus pada pemahaman subjektif dan pengalaman pribadi ya. Teori interaksionisme simbolik melihat masyarakat sebagai hasil dari interaksi dinamis yang terus-menerus, di mana makna dan norma sosial terbentuk dan berkembang seiring waktu. Ada beberapa tokoh yang berfokus pada teori ini, mari kita bahas satu persatu!
1. Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead
Tokoh pertama adalah George Herbert Mead, ia lahir di Amerika pada 27 Februari 1963. Teori Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead adalah salah satu pendekatan utama dalam sosiologi yang menekankan pentingnya simbol dan interaksi dalam proses pembentukan makna sosial nih.
Mead menekankan pada simbol dan makna dalam kehidupan sosial manusia. Menurut Mead, manusia hidup di dunia yang penuh dengan simbol. Simbol ini mencakup kata-kata, gerak tubuh, dan objek fisik yang memiliki makna tertentu.
Makna dari simbol-simbol ini diciptakan melalui interaksi sosial dan disepakati di dalam masyarakat tertentu. Misalnya, traffic light jika berwarna merah, semua orang akan berhenti walaupun tidak ada tulisan “berhenti” pada lampunya.
George Herbert Mead (https://id.wikipedia.org/wiki/George_Herbert_Mead)
Mead berpendapat bahwa simbol yang kita pahami adalah hasil dari proses interaksi manusia. Guys, proses ini adalah hasil dari pembelajaran bahasa dan norma-norma budaya melalui interaksi dengan orang lain ya. Proses ini terjadi karena interaksi sosial seperti pada keluarga, teman, sekolah, atau masyarakat luas.
Mead juga menyebut orang-orang yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan diri sebagai “significant others“ atau orang lain yang signifikan. Mereka memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan pemahaman diri seseorang ya guys.
Pemahaman tentang diri menurutnya pasti melalui tahapan perkembangan manusia itu sendiri. Ia membagi beberapa tahapan perkembangan manusia dalam memahami kehidupan sosial. Ada empat tahap perkembangan diri menurut Mead.
- Tahap Persiapan (preparatory stage). Pada tahap ini individu akan meniru tindakan orang dewasa tanpa memahami maknanya. Misalnya anak kecil bisa membedakan siapa saja yang ada di keluarganya.
- Tahap Bermain (play stage). Individu mulai mengambil peran orang lain dalam permainan imajinatif, mulai memahami perspektif orang lain. Misalnya, seorang anak yang bermain dokter-dokteran dengan adiknya tanpa tahu peran dari masing-masing tokohnya tersebut .
- Tahap permainan (game stage). Individu dalam tahapan ini akan memahami aturan dan harapan dari berbagai peran dalam masyarakat, mampu melihat diri mereka dari perspektif kelompok sosial yang lebih luas. Misalnya adik kakak bermain dokter-dokteran dan keduanya sudah bisa membagi peran siapa yang menjadi dokter dengan tugasnya dan pasien dengan tugasnya juga ya.
- Generalized other atau tahap manusia masuk ke dalam dunia sosial secara utuh atau tahap dewasa ya guys. Individu pada tahap ini masuk secara keseluruhan dan memikul peranan dan fungsinya di dalam masyarakat.
Melalui teori ini, Mead menunjukkan bahwa identitas dan realitas sosial dibentuk melalui proses interaksi yang terus-menerus. Teori Interaksionisme Simbolik menekankan bahwa makna bukanlah sesuatu yang tetap, tetapi terus berubah dan berkembang melalui interaksi sosial.
Baca Juga: Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial: Asosiatif, Disosiatif, Akomodatif
2. Teori Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer
Herbert Blumer lahir di Amerika Serikat pada tanggal 7 Maret 1900. Blumer adalah salah satu tokoh yang berpengaruh juga dalam teori interaksionisme simbolik. Teori interaksionisme simbolik Herbert Blumer menekankan pentingnya simbol dan interaksi dalam memahami kehidupan sosial manusia ya guys.
Menurut Blumer, manusia bertindak terhadap orang lain dan objek di sekitarnya berdasarkan makna yang mereka berikan pada hal-hal tersebut.
Makna ini bukan inheren dalam objek atau situasi, melainkan berasal dari interaksi sosial itu sendiri guys. Makna yang diberikan kepada objek atau situasi dibentuk dan diubah melalui proses interaksi sosial. Nah, disini individu belajar dan memodifikasi makna melalui pengalaman dan komunikasi dengan orang lain.
Individu tidak hanya menerima makna secara pasif, tetapi juga aktif dalam menafsirkan makna tersebut menurutnya.
Mereka merenungkan dan menginterpretasikan tindakan orang lain sebelum merespons. Pastinya dalam berinteraksi kamu ngga mungkin merespon dengan asal-asalan kan? Bahkan sekalipun asal-asalan kamu pasti memiliki maksud kenapa kamu menjawab asal-asalan.
Hal itu dilihat sebagai proses simbolik ya. Tindakan manusia dilihat sebagai proses simbolik di mana orang menggunakan simbol (seperti bahasa dan gestur) untuk berkomunikasi dan memahami dunia sosial mereka. Nah, dari interaksi tersebut, Blumer berpendapat tentang perubahan sosial.
Menurutnya, perubahan sosial terjadi karena perubahan dalam makna dan interpretasi yang terjadi selama interaksi sosial.
Ketika cara orang memandang dan menafsirkan dunia berubah, tindakan mereka juga berubah menurutnya guys. Blumer mengembangkan teori ini berdasarkan karya pendahulunya, George Herbert Mead, dan memperluas ide-ide tentang bagaimana identitas diri dan masyarakat dibentuk melalui proses interaksi simbolik.
Teori Dramaturgi
Selanjutnya dalam teori sosiologi modern terkenal teori dramaturgi. Teori dramaturgi adalah pendekatan sosiologis yang digunakan untuk memahami interaksi sosial melalui analogi dengan seni drama ya guys. Teori ini dikembangkan oleh Erving Goffman dalam bukunya “The Presentation of Self in Everyday Life” (1959),
Teori ini menggambarkan bagaimana individu berperan sebagai aktor yang melakukan “penampilan” di “panggung” sosial untuk mengelola kesan yang mereka tinggalkan pada orang lain.
Ada beberapa tokoh yang mendukung berkembangnya teori ini, berikut adalah tokoh yang bisa kita pelajari ya guys, mari simak bersama-sama!
1. Teori Dramaturgi Kenneth Burke
Teori Dramaturgi yang dikembangkan oleh Kenneth Burke adalah salah satu pendekatan yang berpengaruh dalam studi retorika dan komunikasi. Burke menggunakan metafora teater untuk memahami cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi dalam berbagai konteks sosial.
Menurutnya dalam interaksi sosial pasti harus memiliki Pentad. Menurutnya, pentad Ini adalah alat utama yang digunakan Burke untuk menganalisis tindakan manusia. Pentad terdiri dari lima elemen ya guys, berikut adalah kelimanya!
- Act (Tindakan) adalah apa yang terjadi atau dilakukan.
- Scene (Latar) adalah di mana dan kapan tindakan itu terjadi.
- Agent (Agen) adalah siapa yang melakukan tindakan tersebut.
- Agency (Cara) adalah bagaimana tindakan itu dilakukan.
- Purpose (Tujuan) adalah mengapa tindakan itu dilakukan.
Kenneth Burke (https://en.wikipedia.org/wiki/Kenneth_Burke)
Menurut Burke harus ada Rasio Pentad dalam melihat dan memahami dinamika yang lebih dalam dari sebuah tindakan. Misalnya, rasio antara agen dan tindakan (agent-act ratio) dapat membantu menjelaskan bagaimana karakteristik individu mempengaruhi tindakan mereka.
Burke menekankan pentingnya identifikasi dalam retorika, yaitu proses di mana individu atau kelompok menemukan kesamaan atau keterhubungan satu sama lain.
Identifikasi adalah kunci untuk persuasi karena memungkinkan pembicara untuk membangun hubungan dengan audiens mereka. Teori Dramaturgi Burke memberikan kerangka kerja yang kaya untuk menganalisis komunikasi manusia dengan melihat tindakan sebagai bentuk drama, di mana setiap elemen memiliki peran dan fungsi tertentu.
2. Teori Dramaturgi Erving Goffman
Teori dramaturgi terakhir dipopulerkan oleh Erving Goffman. Ia lahir di Kanada, 11 Juni 1922. Teori dramaturgi Erving Goffman adalah konsep sosiologi yang memperlihatkan kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan teater.
Teori ini digunakan untuk memahami bagaimana individu menyajikan diri mereka sendiri dalam interaksi sehari-hari. Menurutnya, kehidupan sosial ini dianggap sebagai Panggung drama yang memiliki beberapa bagian.
Pertama, Panggung Depan (front stage) yakni tempat dimana individu menampilkan diri mereka kepada orang lain dengan cara tertentu yang diatur dan disesuaikan dengan harapan sosial. Di sini, individu berusaha untuk membuat kesan yang baik dan memenuhi peran yang diharapkan oleh audiens.
Erving Goffman (https://id.wikipedia.org/wiki/Erving_Goffman)
Selanjutnya adalah Panggung Belakang (backstage) atau tempat di mana individu dapat bersantai dan menjadi diri mereka sendiri tanpa harus memainkan peran tertentu. Di sini, mereka dapat mempersiapkan diri sebelum tampil di panggung depan. Panggung belakang ini adalah panggung yang hanya diketahui oleh individu tersebut.
Selanjutnya Goffman juga berpendapat dalam melakukan tindakannya di dalam masyarakat, individu pasti memperhatikan penampilan (appearance).
Aspek fisik dan atribut ini disajikan oleh individu termasuk pakaian, gaya rambut, dan aksesori yang mendukung perannya di dalam lingkup sosial. Misalnya, seorang dokter pasti mempergunakan seragam dokter, membawa stetoskop, dan berpenampilan rapi.
Selanjutnya adalah penataan (setting), adalah lingkungan fisik atau latar belakang dimana interaksi terjadi ya guys. Misalnya, di rumah, kantor, atau tempat yang lainnya.
Selanjutnya Goffman menjelaskan setiap individu memiliki peran (role) yang berbeda di setiap tempatnya. Misalnya, individu di rumah berperan sebagai ayah, di kantor sebagai dokter, atau tempat umum sebagai warga masyarakat biasa sama dengan yang lainnya, hal ini mempengaruhi cara individu berperilaku berbeda beda ya.
Selanjutnya Goffman berpendapat bahwa setiap individu selalu berpedoman kepada skrip (script). Skrip ini mencakup cara berbicara, tindakan, dan respons terhadap situasi tertentu yang berbeda setiap tempatnya ya guys.
Keseluruhan tindakan manusia tersebut pasti memiliki kontrol impresi (impression management). Konsep ini adalah upaya individu untuk mengontrol bagaimana mereka dipersepsikan oleh orang lain ya.
Ini melibatkan teknik-teknik seperti menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan atau menonjolkan aspek-aspek yang positif.
Namun, dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, pasti akan ada ketidak selarasan yang ada atau misrepresentation. Dalam beberapa kasus, individu mungkin menyajikan diri mereka dengan cara yang tidak sesuai dengan realitas. Ketidakselarasan ini bisa disengaja atau tidak disengaja dan dapat menyebabkan kebingungan atau konflik dalam interaksi sosial.
Erving Goffman melalui teori dramaturgi-nya menekankan bahwa interaksi sosial adalah proses yang sangat terstruktur dan teratur, di mana setiap individu berusaha untuk mengatur kesan yang mereka buat pada orang lain. Seru kan, kita bisa mengandaikan kehidupan sosial sebagai sebuah panggung sandiwara.
Baca Juga: Sosialisasi: Pengertian, Fungsi, Agen, Tahapan & Bentuk | Sosiologi Kelas 10
—
Semua teori sosiologi yang berkembang adalah suatu respon dari para peneliti melihat fenomena yang terjadi ya guys. Jadi, mereka mencoba menganalisis terjadinya suatu fenomena yang ada di dalam masyarakat.
Selain teori yang sudah kita bahas di atas masih banyak lagi ya teori yang berkembang dan bisa menjelaskan fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Nah, gimana guys seru kan belajar Sosiologi? Masih banyak lagi lho teori yang berkembang di dalam masyarakat saat ini, kalau kamu mau belajar dan masih penasaran kamu bisa berdiskusi dengan Master Teacher terbaik dari Ruangguru. Kamu bisa menanyakan apapun yang kamu bingungkan di pelajaran Sosiologi atau tentang fenomena sosial yang ada. Ayo terus belajar dan menjadi Siswa berprestasi!
Referensi:
Baharuddin. (2021). Pengantar Sosiologi. Mataram: Sanabil.
Berger, Peter L; Thomas Luckmann. (1991). The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge. London: Penguin Books.
Durkheim, Emile. (1992). Sejarah Agama: The Elementary Forms of The Religion Life. Yogyakarta: IRCiSoD.
Johnson, Doyle Paul. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia.
Ritzer, George. (2008). Sociological Theory, New York: MCGraw Hill.
Ritzer, George. (2014). Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rizer, George; Goodman, Douglas J. (2012). Teori Sosiologi Modern (edisi keenam). Jakarta : Kencana
Soekanto, Soerjono; Budi Sulistyowati. (2014). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Widagdo, Muhammad Bayu (2016-03-30). “DRAMATISME DALAM STRATEGI PENUANGAN GAGASAN MELALUI STREET ART KOMUNITAS VISUAL GRAFIS”. JURNAL ILMU SOSIAL. 15 (1): 24. doi:10.14710/jis.15.1.2016.24-34. ISSN 2548-4893.
Weber, Max. (2006). Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Teori Sosiologi: Sejarah, Pengertian, Penyebab (Daring). Tautan: https://www.gramedia.com/literasi/teori-sosiologi/ (Diakses Pada 3 Agustus 2024).
Mengenal Teori-Teori Sosiologi Modern dan Penjelasan Singkatnya (Daring). Tautan: https://tirto.id/mengenal-teori-teori-sosiologi-modern-dan-penjelasan-singkatnya-gban (Diakses pada 3 Agustus 2024).
Sumber Gambar:
Potret Karl Marx [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx#/media/File:Karl_Marx_001_(rotated).jpg (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Auguste Comte [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Auguste_Comte#/media/File:Auguste_Comte.jpg (diakses pada 27 Agustus 2024).
Potret Harriet Martineau [daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Harriet_Martineau#/media/Berkas:Harriet_Martineau_by_Richard_Evans.jpg (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Emile Durkheim [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/%C3%89mile_Durkheim#/media/File:%C3%89mile_Durkheim.jpg (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Max Weber [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Max_Weber#/media/File:Max_Weber,_1918.jpg (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Herbert Spencer [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_Spencer (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Georg Simmel [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Georg_Simmel (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Randall Collins [daring]. Tautan: https://sociology.sas.upenn.edu/people/collins (diakses pada 27 Agustus 2024
Potret Talcott Parsons [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Talcott_Parsons (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Robert K. Merton [daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Robert_King_Merton (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret George Herbert Mead [daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/George_Herbert_Mead (diakses pada 27 Agustus 2024)
Potret Kenneth Burke [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Kenneth_Burke (diakses pada 08 Agustus 2024)
Potret Erving Goffman [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Erving_Goffman (diakses pada 08 Agustus 2024)
Artikel ini disunting oleh Laras Sekar Seruni