[AB] Web Side Banner - Blog RG

Sejarah Kerajaan Kutai, Tarumanegara, dan Kalingga | Sejarah Kelas 10

Sejarah Kerajaan Kutai, Tarumanegara, dan Kalingga

Artikel Sejarah Kelas 10 ini membahas tentang Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, dan Kerajaan Kalingga. Yuk kita simak bareng!

 

Kamu pernah denger gak, sejak zaman Hindu-Buddha, daerah Jakarta sudah ‘diramalkan’ akan sering banjir. Maka dari itu, Purnawarman, Raja Tarumanegara membangun Sungai Gomati dan Sungai Candrabhaga sebagai upaya dalam mencegah banjir dan mengatasi kekeringan di musim kemarau. Pembangunan Sungai Gomati dan Candrabhaga ini tertuang dalam Prasasti Tugu. Keren banget kan?

Nah, biar kamu semakin yakin kalau Indonesia sudah keren sejak zaman lampau, yuk kita pelajari bersama berbagai kerjaan Hindu-Buddha yang pernah eksis di Indonesia (atau kalau dulu kita nyebutnya Nusantara, ya)!

Tapi di artikel ini, kita akan fokus bahas tiga kerajaan dulu, ada Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, dan Kerajaan Kalingga~

Baca Juga: 4 Teori Masuknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia

 

Sejarah Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di Muarakaman di tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu pertama di Nusantara nih.

Sumber sejarah kerajaan Kutai adalah prasasti berupa batu bertulis dari sekitar abad ke-5 Masehi yang disebut Yupa. Prasasti ini ditulis dengan huruf pallawa dan menggunakan bahasa Sanskerta. Sejauh ini, terdapat tujuh buah Yupa yang ditemukan sebaagai bukti peninggalan Kerajaan Kutai.

Menurut Prasasti Yupa, penguasa pertama kerajaan Kutai adalah Kudungga. Mulanya Kudungga adalah penguasa lokal, namun karena adanya pengaruh Hindu, maka struktur pemerintahan berubah menjadi kerajaan. Nah tapi, apa iya Kudungga merupakan pendiri Kerajaan Kutai?

Dalam salah satu Yupa disebutkan bahwa Aswawarman disebut sebagai wangsakarta. Maksudnya apa yaa? Penyebutan Aswawarman sebagai wangsakarta dari Kerajaan Kutai karena ia merupakan pendiri dari Kerajaan Kutai. Jadinya bukan Kudungga, yap. Meskipun, Kudungga dianggap sebagai raja pertama.

Btw, Aswawarman ini merupakan anak dari Kudungga, ya. Setelah kekuasaan Aswawarman berakhir, kekuasaan kembali diturunkan kepada cucu Kudungga, yaitu Mulawarman. Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman inilah kerajaan Kutai mencapai masa kejayaan, guys.

Berarti, kalau merujuk informasi dari Prasati Yupa, beberapa raja dan silsilah dari Kerajaan Kutai antara lain:

  1. Kudungga
  2. Aswawarman
  3. Mulawarman

 

Kerajaan Kutai juga diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional melewati Selat Makassar, melewati Filipina dan Cina. Sehingga sumber perekonomian kerajaan Kutai berasal dari kegiatan perdagangan.

Selain itu, kerajaan Kutai memiliki tradisi melakukan upacara-upacara di tempat suci yang dapat diketahui dari Yupa. Dalam suatu prasasti terdapat kata vaprakecvara yang berarti lapangan luas untuk pemujaan. Vaprakecvara berkaitan erat dengan agama Siwa, sehingga kemungkinan besar mayoritas masyarakat Kutai menganut agama Siwa.

Selain itu, dari Yupa kita juga bisa tahu kalau Raja Mulawarman adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Kutai. Ia memiliki kedekatan khusus dengan kaum Brahmana dan rakyat. Bahkan, ia pernah mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor sapi untuk para Brahmana.

Peninggalan Kerajaan Kutai antara lain tujuh prasasti Yupa yang ditemukan di daerah Muarakaman.

Prasasti Yupa

Prasasti Yupa (sumber: asset eksklusif Ruangguru x Museum Nasional Indonesia)

Baca Juga: Kerajaan Hindu-Buddha (Jenggala-Kediri, Singasari, dan Majapahit)

 

Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara (atau Tarumanagara) adalah kerajaan tertua di Pulau Jawa, lho! Kerajaan ini terletak di tepi Sungai Citarum, Jawa Barat.

Diperkirakan, wilayah kerajaan Tarumanegara itu meliputi daerah Banten, Jakarta, Bekasi, Bogor, hingga Cirebon. Kerajaan ini mulai berkembang pada abad ke-5 M. Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara adalah Raja Purnawarman. Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaan.

Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Seperti yang disebutkan dalam Prasasti Tugu, Raja Purnawarman membuat pembangunan irigasi dengan cara menggali saluran sungai kurang lebih sepanjang 6.122 tumbak (11 km), yang kemudian disebut sebagai Sungai Gomati.

Pembuatan saluran irigasi ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, karena pada akhirnya dapat mengairi ladang pertanian masyarakat. Oleh karena itu, Raja Purnawarman menjadi raja yang diagung-agungkan rakyat. Adanya saluran irigasi ini juga memberi dampak yang besar pada peningkatan ekonomi masyarakat, karena berguna sebagai sarana lalu lintas perdagangan.

Raja Purnawarman juga menjalin hubungan baik dengan Cina di masa Dinasti Tang, terbukti dari adanya catatan seorang pendeta bernama Fa Hsien yang terdampar di Pulau Jawa pada 414 M. Dalam catatan itu disebutkan bahwa masyarakat sekitar sudah mendapat pengaruh Hindu India. Raja dan sebagian besar masyarakat memeluk agama Hindu, beberapa juga ada yang memeluk agama Buddha dan animisme.

Selain berita Cina, sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara lainnya bisa dilihat dari berbagai peninggalan prasasti yang cukup banyak dan tersebar di beberapa wilayah Jawa Barat.

Misalnya, berdasarkan Prasasti Ciaruteun, terdapat telapak kaki Raja Purnawarman yang dianggap rakyat sebagai telapak kaki Dewa Wisnu atau dewa pelindung dunia.

Selain Prasasti Tugu yang terletak di Jakarta dan Prasasti Ciaruteun yang terletak di Bogor, prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara yang lainnya sebagai berikut:

  1. Prasasti Cidanghiang (Banten)
  2. Prasasti Kebon Kopi (Bogor)
  3. Prasasti Jambu (Bogor)
  4. Prasasti Pasir Awi (Bogor)
  5. Prasasti Muara Cianten (Bogor)
  6. Prasasti Munjul (Banten)

 

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun (sumber: asset eksklusif Ruangguru x Museum Nasional Indonesia)

 

Sejarah Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Holing diperkirakan terletak di daerah utara Pulau Jawa, atau di sekitar Jepara, Jawa Tengah. Berdasarkan berita Cina dari Dinasti Tang, kerajaan Kalingga memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, di mana sebelah timur berbatasan dengan Po-Li (Bali), di sebelah barat berbatasan dengan To-Po-Teng (Sumatra), sebelah utara berbatasan dengan Ta-Hen-La (Kamboja), sedangkan selatan berbatasan dengan Samudra.

Raja yang terkenal di kerajaan Kalingga yaitu Ratu Sima, yang memerintah sekitar abad ke-7 M. Ratu Sima adalah pemimpin yang tegas, jujur, dan bijaksana.

Ratu Sima akan menghukum siapapun yang melanggar hukum, baik dari kalangan rakyat biasa maupun kerabatnya sendiri. Sehingga keadaan sosial masyarakat menjadi teratur. Rakyat juga menghormati dan menaati peraturan yang diterapkan Ratu Sima.

Kepercayaan utama di kerajaan Kalingga adalah Buddha. Menurut catatan I-Tsing, temannya bernama Hui-Ning dan pembantunya Yunki pada tahun 665 M pergi ke Kalingga untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tiongkok.

Sementara untuk mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani dan berdagang di pasar. Pada tahun 742-755 M, kerajaan Kalingga mengalami kemunduran akibat serangan Sriwijaya dalam upaya menguasai perdagangan, akibatnya pemerintahan Kijen mundur ke pedalaman Jawa Tengah.

Sumber sejarah yang memberitakan Kerajaan Kalingga adalah Berita Cina dari pendeta Buddha bernama Hwa-Ning. Selain itu, sumber sejarah yang sezaman dengan Kerajaan Kalingga adalah Prasasti Tuk-Mas yang ditemukan di kaki Gunung Merbabu.

Baca Juga: Kerajaan Hindu-Buddha (Sriwijaya, Mataram, Medang)

Nah, itu dia guys penjelasan singkat tentang sejarah Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanagara, dan Kerajaan Kalingga. Bisa dibilang, ketiga kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu-Buddha tertua di Indonesia. Baik Kerajaan Kutai, Tarumanegara, dan juga Kalingga, rata-rata masyarakatnya mengandalkan sumber perekonomian dari perdagangan dan pertanian.

Oke buat kamu yang pingin belajarnya lebih asyik dan tidak mengganggu waktu istirahat kamu, ada nih produk ruangbelajar yang bisa digunakan di mana pun dan kapanpun sesuka kamu. So, jangan lupa download aplikasinya dan berlangganan segera ya guys.

CTA Ruangguru

Referensi:

Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.

Artikel diperbarui pada 10 Maret 2025 oleh Laras Sekar Seruni.

Fahri Abdillah