Sejarah Hari Aksara Internasional & Tingkat Literasi di Indonesia
Kalian tahu nggak sih guys, tanggal 8 September setiap tahunnya itu diperingati sebagai Hari Aksara Internasional. Apa sih maksudnya?
—
Jadiii….. Hari Aksara Internasional bertujuan untuk mengingatkan kita akan pentingnya menjadi bangsa dunia yang well-literated atau “melek” aksara. Selain itu juga untuk mengkampanyekan perlunya upaya intensif dalam melawan buta huruf.
Peringatan Hari Aksara Internasional yang jatuh pada 8 September dicanangkan oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization alias UNESCO dalam Konferensi Umum UNESCO ke-14 pada tanggal 26 Oktober 1966. Tapi, gimana sih awal mulanya? Yuk, kita bahas!
Sejarah Hari Aksara Internasional
Sebenarnya, umat manusia sudah mulai menjadikan aksara sebagai alat komunikasi sejak 8000 tahun sebelum masehi. Tapi, hingga tahun 1965, masih ada 350 juta orang di seluruh dunia yang masih buta huruf. Sedih banget, ya.
Penetapan Hari Aksara Internasional ini bermula atas keresahan buta huruf yang menjadi masalah serius di negara-negara dunia. Buta huruf tidak hanya terjadi di negara berkembang saja pada saat itu. Bahkan, negara maju, seperti Amerika juga mengalaminya. Permasalahan global ini tidak bisa diabaikan karena literasi menjadi faktor penting yang mendukung kemakmuran masyarakat di suatu negara.
Baca Juga: Apa Sih yang Dimaksud dengan Literasi?
Pada tanggal 8 September 1965 di Teheran, Iran, diselenggarakan Konferensi Dunia UNESCO yang bertajuk “World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy”. Dalam konferensi tersebut, Pemerintah Republik Iran mengusulkan agar UNESCO memberikan hadiah pada mereka yang berjasa dalam perjuangan melawan buta huruf.
Permintaan tersebut resmi dikabulkan oleh UNESCO pada tahun 1966 dan mendeklarasikan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day. Untuk pertama kalinya, Hari Aksara Internasional diperingati pada tahun 1967 oleh masyarakat internasional. Setiap tahun, UNESCO juga memberikan penghargaan pada masyarakat internasional yang berjasa dalam upaya perjuangan melawan buta huruf.
Pada tahun 1990, pentingnya peran literasi semakin disorot pada saat konferensi dunia “Education for All” yang diselenggarakan di Jomtien, Thailand. Kemudian pada tahun 2015, literasi menjadi poin penting yang dimasukkan dalam salah satu tujuan utama Sustainable Development Goals (SDGs) bidang pendidikan.
SDGs sendiri merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
Sejak digitalisasi semakin berkembang, pada tahun 2017, Hari Aksara Internasional melebarkan fokusnya pada keterampilan literasi digital.
Baca Juga: Minat Baca Orang Indonesia Rendah, Masa Sih?
Tingkat Literasi di Indonesia
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh International Student Assessment (PISA), yang dirilis pada tahun 2019, Indonesia menempati rangking ke 62 dari 70 negara di dunia yang diteliti. Dengan kata lain, Indonesia menempati 10 negara dengan tingkat literasi paling rendah.
PISA itu survei apa sih? Nah, jadi guys, PISA itu survei 3 tahunan yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk mengukur tingkat literasi negara-negara di dunia. Memprihatinkan banget ya negara kita ini :(.
Tapiiii… kalau dilihat dari jumlah populasi yang bisa membaca dan menulis atau tidak buta huruf, persentasenya dari tahun ke tahun terus bertambah, guys. Menurut survei yang dilakukan oleh Statista dari tahun 2008 hingga 2020, persentase warga Indonesia yang bisa membaca dan menulis dengan berusia 15 tahun ke atas terus meningkat. Pada 2020, bahkan persentasenya mencapai 96%.
Hal ini juga diperkuat oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang bilang bahwa terjadi penurunan jumlah buta huruf yang signifikan, dari 4,63 persen penduduk pada 2011 menjadi 1,78 persen pada 2019. Tapi sayang banget ya tingkat literasinya masih sangat rendah huhu.
Mengutip dari Kemendagri, rendahnya tingkat literasi ini disebabkan karena selama berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia hanya berkutat pada sisi hilir. Nah, sisi hilir yang dimaksud yaitu masyarakat yang terus dihakimi sebagai masyarakat yang rendah budaya bacanya.
Stigma ini akhirnya menyebabkan Indonesia memiliki daya saing rendah, indeks pembangunan SDM rendah, income per kapita rendah, hingga rasio gizi rendah. Akhirnya, semua ini berpengaruh pada rendahnya indeks kebahagiaan warga Indonesia.
Baca Juga: Cara Mempelajari Hal Baru dengan Metode Learn, Unlearn, Relearn
Masih bersumber dari portal Perpustakaan Kemendagri, total jumlah bahan bacaan warga Indonesia memiliki rasio nasional 0,09. Dengan kata lain, satu buku baru hanya ditunggu oleh 90 orang tiap tahunnya sehingga Indonesia memiliki tingkat terendah dalam indeks kegemaran membaca. Padahal, menurut standar UNESCO, satu orang minimal harus membaca 3 buku baru tiap tahunnya.
Tema Hari Aksara Internasional 2022
Nah, untuk Hari Aksara Internasional 2022, UNESCO mengusung tema “Transforming Literacy Learning Spaces”. Tema ini dipilih agar Hari Aksara Internasional 2022 menjadi kesempatan untuk merenungkan kembali arti penting ruang belajar literasi dalam membangun pendidikan berkualitas, inklusif, dan bisa diakses oleh semua khalayak.
Tema ini juga diadaptasi oleh Indonesia menjadi “Transformasi LIterasi dalam Konteks Merdeka Belajar”. Kemendikbud menjelaskan bahwa momentum peringatan Hari Aksara Internasional ini menjadi waktu yang tepat untuk mensosialisasikan dan menguatkan pemahaman tentang kurikulum merdeka dan merdeka belajar. Selain itu, diharapkan dengan adanya momentum ini masyarakat lebih sadar tentang pentingnya belajar literasi.
Puncak perayaan Hari Aksara Internasional 2022 akan dilaksanakan oleh Kemendikbud secara daring dan luring. Perayaan daring digelar melalui kanal YouTube Kemendikbud RI dan Direktorat PMPK pada 8 September 2022. Sedangkan perayaan secara luring diadakan di Raja Hotel Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan UNESCO Paris, direktur UNESCO Jakarta, masyarakat umum, dan beberapa tamu undangan.
Jadi gitu guys, awal mula adanya Hari Aksara Internasional. Lumayan panjang juga ya perjalanannya. Ternyata walaupun kita sudah merdeka, keadaan literasi kita masih sangat memprihatinkan ya, guys. Bahkan di era digital seperti saat ini literasi menjadi lebih penting. Saat kita bisa mengakses informasi apapun dengan sangat cepat melalui media digital, kita harus membekali diri dengan literasi. Kalau tidak, kita akan mudah percaya pada hoaks alias berita palsu.
Maka dari itu, yuk kita tingkatkan lagi minat baca kita agar kita semakin kaya akan pengetahuan dan tentunya semakin pintar hehehe. Jangan lupa berlangganan ruangbelajar untuk mendapatkan materi-materi pelajaran yang pastinya seru dan menambah wawasan kamu supaya semakin well-literated!
Referensi:
Aida, Nur Rohmi. (2019). Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Hari Aksara Internasional. Diakses dari https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/08/110616465/mengenal-lebih-dalam-apa-itu-hari-aksara-internasional?page=all. pada 7 September 2022
Perpustakaan Kementerian Dalam Negeri. (2021). Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara. Diakses dari https://perpustakaan.kemendagri.go.id/tingkat-literasi-indonesia-di-dunia-rendah-ranking-62-dari-70-negara/ pada 7 September 2022
Statista. (2022). Literacy Rate in Indonesia 2020. Diakses dari https://www.statista.com/statistics/572721/literacy-rate-in-indonesia pada 7 September 2022