Benarkah Lidah Punya Area Tertentu untuk Mengecap Rasa? | Biologi Kelas 11
Artikel ini membahas tentang mitos yang seringkali beredar mengenai peta lidah. Apakah betul kita mengecap rasa di area tertentu?
—
Kayaknya di dunia ini ada satu pengetahuan besar yang menyebar soal alat pengecap kita: lidah rupanya punya area-area tertentu dalam mengecap rasa. Rasa manis di ujung lidah, asin dan asam di samping, pahit di belakang, dan soto koya di sarimie. Wadaw.
Kayak gini gambarannya:
Jujur, pasti udah nggak asing deh sama gambar itu. Selama ini, sih, kita nerima-nerima aja karena gambarnya toh juga udah menyebar luas. Bahkan gak jarang masuk ke dalam soal-soal ujian.
Permasalahannya, dari mana sih pengetahuan ini? Atau jangan-jangan kita cuma asal iya-iya aja tanpa tahu asal mulanya. Gimana coba kalau saya ngasih sebuah fakta menyakitkan: peta lidah ini tidak tepat gengs!
Semua ini bermula dari Zur Psychophysik des Geschmackssinnes.
Bukan. Itu bukan mantra di Harry Potter atau suara kentut manusia (KENTUT SIAPA YANG BUNYINYA ABSURD GITU?!). Melainkan judul artikel ilmiah buatan saintis Jerman. Namanya David P. Hanig. Lawas banget itu paper, lho. Buatan 1900-an.
Di artikel itu, Hanig melakukan eksperimen untuk menguji ambang batas sensitivitas lidah. Hasilnya, memang ada bagian/area tertentu di lidah kita yang sedikit lebih sensitif terhadap rasa tertentu. Dia juga menemukan fakta kalau bagian lidah paling sensitif adalah bagian ujung dan samping.
Oke, sampai sini paham ya?
Sampai kemudian tahun 1940-an, ada professor psikologi bernama Edwin G. Boring bikin tulisan tebel banget (600-an halaman cuy!) ngomongin Sensation and Perception In The History of Experimental Psychology.
Di salah satu bagian di buku itu, dia ngebikin grafik dari data-data yang dimiliki Hanig. Hasilnya kayak gini:
Nah, tuh coba deh liat grafiknya. Kalau dilihat sekilas, kesannya kayak bagian pangkal belakang lidah kita mengecap rasa pahit, pinggir asam dan asin, dan depan manis. Persis kayak di peta lidah yang digambarin itu kan?
Padahal, kata Hanig, jelas-jelas perbedaan itu cuma sedikit dan tidak signifikan.
Sekarang kita coba bahas ya, Sebenarnya kayak gimana sih yang benar.
Begini. Faktanya, lidah kita itu punya banyak papila (tonjolan kecil yang membuat lidah bertekstur kasar) yang tersebar dengan jenis berbeda beda. Ada yang namanya papila sirkumvalata, papila foliata, papila fungiform dan papila filiform.
Pada setiap papila (kecuali jenis papila filiform) itu mengandung taste bud atau kuncup pengecap. Di dalam taste bud itu, ada sel-sel reseptor yang bertugas menerima stimulus kimia dari molekul makanan yang larut, dan kemudian akan dibawa oleh saraf aferen ke sistem saraf pusat untuk dipersepsikan sebagai rasa apakah manis, asin, asam, pahit atau gurih (umami).
Baca juga: Salah Kaprah Soal Micin: Benarkah Micin Bikin Bodoh?
Sederhananya gini deh: di seantero lidah kita, tersebar papila Di dalam papila, ada taste bud yang punya sel reseptor yang tugasnya “menerima sinyal” rasa dari makanan. Sehingga, otak kita menerjemahkan jadi rasa-rasa yang kita kenal selama ini.
Jadi, gak ada tuh namanya kalau kita menaruh gula ke pangkal lidah kemudian rasanya jadi pahit. Tetap aja dia bakalan manis. Kayak akyu. Hihihi.
Nah, pokoknya sekarang udah tahu ya. Paling nggak, kalau ada materi kayak gini keluar di ujian, kamu udah tahu kalau sebetulnya hal ini nggak tepat dan kamu gak cuma sekadar jawab karena hafal letak-letak yang diminta di peta lidah itu. :p
—
Kak Iis adalah Master Teacher Biologi yang suka masak. Bagian favoritnya dalam memasak adalah saat makan masakannya sendiri. Mau kenal dan cari tahu Kak Iis? Yuk, tonton video-videonya di ruangbelajar!
Download sumber:
Edwin Boring – Sensation and Perception In The History of Experimental Psychology