Keistimewaan Nuzulul Qur’an, Sejarah, Doa-Doa & Hikmahnya

9d62c67e-ee57-47d0-a09b-8f3fd8fe9519

Apakah kamu pernah mendengar istilah “Ramadan disebut juga sebagai bulan Nuzulul Quran”? Hmmm… kenapa bisa begitu, ya? Memangnya, apa itu Nuzulul Qur’an? Seperti apa peristiwanya? Yuk, kita bahas bersama-sama di artikel ini!

 

Nuzulul Qur’an merupakan salah satu momentum yang diperingati oleh umat Islam, khususnya di Indonesia. Namun, mungkin masih ada umat muslim yang awam dengan peringatan Nuzulul Quran. Padahal, ini merupakan peristiwa yang penting. Oleh karena itu, mari kita bahas secara lengkap mengenai sejarah, peristiwa Nuzulul Qur’an, disertai hikmah dan keutamaannya.

 

Apa itu Nuzulul Qur’an?

Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an untuk pertama kalinya. Kenapa pertama kali? Karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT secara berangsur-angsur. Nuzulul Qur’an terjadi pada 17 Ramadan 610 Masehi. Pada saat itu, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad SAW yang sedang berada di Gua Hira. Nah, oleh sebab itu, Ramadan sering disebut sebagai bulan turunnya Al-Qur’an atau bulan Nuzulul Qur’an.

Secara terminologi, Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman atau wahyu Allah. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat melalui perantara dari Malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Al-Qur’an terdiri dari 114 surat yang dibagi menjadi 30 juz atau bagian. Al-Qur’an terdiri dari 6.666 ayat. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk bagi umat manusia guna meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Hal ini tertuang dalam Q.S. Al-Isra ayat 9.

Baca Juga: Tata Cara Shalat Tarawih, Lengkap dengan Bacaan Niat dan Doanya

 

Dalil tentang Nuzulul Qur’an

Nah, peristiwa Nuzulul Qur’an ternyata terdapat dalam Al-Qur’an itu sendiri. Ada beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang menceritakan tentang peristiwa turunnya Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an). Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadan terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 185. Allah SWT berfirman:

 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

 

Artinya:

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

Dalam Q.S. Ad-Dukhan ayat 3, dijelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan di malam yang penuh berkah. Allah SWT berfirman:

 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ

 

Artinya:

“Sesungguhnya, Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.”

Allah SWT dalam Q.S. Al-Anfal ayat 41 juga mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada hari furqan (yaumul furqan), yaitu hari bertemunya dua pasukan:

 

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 

Artinya:

“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Melalui Q.S. As-Syuara ayat 193, Allah SWT menjelaskan bahwa Al-Qur’an akan diturunkan melalui Ruh Al-Amin atau Jibril:

 

نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْاَمِيْنُ 

 

Artinya:

“Yang dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril).”

Baca Juga: Kumpulan Doa Selamat Dunia dan Akhirat: Bahasa Arab, Latin & Artinya

 

Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Lalu, bagaimana sih proses diturunkannya Al Qur’an? Proses turunnya Al-Qur’an terbagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum Rasulullah hijrah (ayat-ayat Makkiyyah) dan periode sesudah Rasulullah hijrah (ayat-ayat Madaniyyah). Namun, kita akan klasifikasikan menjadi tiga periode agar lebih mudah untuk dipahami.

 

Periode Pertama

Sebelumnya sudah dijelaskan ya, kalau Al-Qur’an itu diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu, melalui perantara Malaikat Jibril pada 17 Ramadan (saat ini kita peringati sebagai Nuzulul Qur’an). Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang berdiam diri di Gua Hira, Jabal Nur, yang jaraknya kurang lebih 6 km dari Mekkah.

Ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah Q.S. Al-Alaq ayat 1-5. Saat itu, Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul dan hanya berperan sebagai nabi. Sehingga, beliau tidak ditugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya.

 

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ. خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ. اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ. الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ. عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

 

Artinya:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Barulah saat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kedua, beliau diperintahkan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Muddassir ayat 1-2 yang artinya, “Wahai yang berselimut, bangkit dan berilah peringatan”.

Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan menimbulkan beragam reaksi di kalangan masyarakat Arab. Ada golongan yang menerima dengan baik ajaran-ajaran Al-Qur’an. Namun, ada pula yang menolak ajaran Al-Qur’an karena ingin mempertahankan tradisi dan adat istiadat nenek moyang.

 

Periode Kedua

Sejarah turunnya Al-Qur’an pada periode kedua berlangsung selama 8-9 tahun. Ketika itu, terjadi pertikaian besar antara kelompok Islam dan masyarakat jahiliyah. Orang-orang yang menolak ajaran Islam melakukan bermacam upaya untuk menghalangi kemajuan dakwah Islam.

Di periode kedua ini, turunlah ayat Al-Qur’an yang berisi kecaman bagi kaum musyrik yang berpaling pada kebenaran (Q.S. Al-Fussilat ayat 13), serta ayat yang menjelaskan keesaan Allah dan kepastian hari kiamat (Q.S. Yasin ayat 78-82).

Dari sini, telah terbukti bahwa ayat-ayat Al-Qur’an telah mampu menangkal paham-paham masyarakat jahiliyah dari segala upayanya menghentikan ajaran Islam.

 

Periode Ketiga

Periode ini berlangsung selama 10 tahun. Dakwah Al-Qur’an telah mencapai prestasi yang besar karena para penganutnya bisa hidup bebas dalam melaksanakan ajaran-ajaran Islam di Yatsrib (saat ini bernama Madinah).

Ini merupakan periode yang terakhir dan agama Islam telah disempurnakan oleh Allah SWT. Ayat Al-Qur’an yang diturunkan terakhir adalah Q.S. Al-Baqarah ayat 281, ketika Rasulullah melakukan wukuf pada Haji Wada’, 9 Dzulhijah 10 Hijriyah.

Dari ayat pertama yang diturunkan, hingga ayat terakhir, membutuhkan waktu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari (bisa dibulatkan menjadi 23 tahun).

 

Sejarah Pembukuan Al-Qur’an

Sejarah pembukuan Al-Qur’an dibagi ke dalam tiga fase, yaitu di masa Rasulullah, masa Khalifah Abu Bakar, dan masa Utsman bin Affan. Ketiga masa memiliki perkembangan masing-masing agar Al-Qur’an semakin mudah dibaca dan didapatkan oleh umat Islam.

500971aa-a670-4010-ae99-ad3bafa43a4e

Sejarah pembukuan Al-Qur’an (Sumber: www.zakat.or.id)

Baca Juga: Bacaan Niat dan Doa Setelah Shalat Fardhu disertai Makna & Keutamaannya

 

1. Pada Masa Rasulullah SAW 

Dengan keterbatasan Rasulullah yang tidak dapat membaca dan menulis, setiap Rasulullah SAW akan mendapatkan wahyu, beliau langsung menyampaikannya kepada para sahabat. Nah, adapun sahabat yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Qur’an, yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab.

Oh iya, pada saat itu, penulisan Al-Qur’an masih sederhana dan menggunakan media seadanya, seperti media pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, atau potongan tulang belulang binatang. Selain itu, ada beberapa sahabat Rasulullah SAW yang langsung menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah wahyu diturunkan.

Oleh karena itu, penulisan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW belum terkumpul menjadi satu mushaf. Karena tidak ada faktor pendorong dalam membukukkan Al Quran. Selain karena Rasulullah SAW masih hidup, Al-Qur’an juga turun secara berangsur-angsur atau bertahap.

 

2. Masa Khalifah Abu Bakar

Pada masa ke-Khalifah-an Abu Bakar, banyak sahabat hafidz yang mati syahid di Perang Yamamah. Kemudian, Umar bin Khattab dan Abu Bakar melaksanakan sebuah rencana untuk melakukan pengumpulan kembali Al-Qur’an.

Hal ini diawali dengan Umar bin Khattab yang mengumpulkan lembaran ayat-ayat Al-Qur’an. Kemudian, Abu Bakar meminta bantuan mantan juru tulis Nabi Muhammad SAW, yaitu Zaid bin Tsabit untuk menuliskan Al-Qur’an agar menjadi lembaran yang dapat disatukan.

Setelah pengumpulan lembaran selesai dan menjadi satu mushaf yang tersusun rapi, mushaf tersebut diserahkan dan disimpan di tangan Abu Bakar hingga beliau wafat. Kemudian, mushaf tersebut diberikan kepada Umar bin Khattab sampai beliau wafat. Setelah Umar bin Khattab wafat, penjagaan mushaf diteruskan oleh anaknya, Hafshah binti Umar bin Khattab yang merupakan salah satu istri Nabi Muhammad SAW.

 

3. Pada Masa Utsman bin Affan

Pada masa Utsman bin Affan, agama Islam sudah semakin menyebar luas, sehingga terdapat perbedaan pengucapan beberapa kata dalam Al-Qur’an. Nah, hal yang dilakukan Utsman bin Affan adalah berinisiatif membuat standar Al-Qur’an. Kita biasa menyebutnya dengan Mushaf Utsmani.

Kemudian, Utsman bin Affan membentuk panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit (ketua), Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash, dan Abdur rahman bin Harits bin Hisyam. Tujuannya untuk membukukan Al-Qur’an, yakni dengan menyalin dari lembaran-lembaran yang berisi ayat-ayat Al-Qur’an itu menjadi sebuah buku.

Selain itu, beliau juga menyeragamkan penulisan dan pembacaannya, agar sesuai dengan dialek suku Quraisy. Nah, setelah rapi dan jadi dalam bentuk buku, mushaf mulai dikirimkan ke beberapa negara, seperti Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Basrah, Kufah, Madinah, dan  negara-negara Islam lainnya. Utsman bin Affan pun menepati janjinya untuk mengembalikan dokumen asli kepada Hafshah.

 

Doa Malam Nuzulul Qur’an

Saat malam Nuzulul Qur’an, kita dianjurkan untuk mengucapkan doa. Berikut doa malam Nuzulul Qur’an yang bisa kamu baca:

 

اللهم نور قلوبنا بنور هدايتك كما نورت الارض بنور شمسك ابدا ابدا برحمتك يا ارحم الراحمين

 

Allahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur’an, wa zayyin akhlaa qonaa bijaahil qur’an, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur’an, wa najjinaa minan naari bi karoo matil qur’an, wa adkhilnal jannata bi syafaa’til qur’an.

Artinya:

“Ya Allah sinari hati kami sebab membaca Al-Qur’an, hiasi akhlak kami dengan kemuliaan Al-Qur’an, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat Al-Qur’an, selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Al-Qur’an, masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Al-Qur’an.”

Selain doa di atas, kamu juga dapat membacakan doa khotmil Qur’an atau doa khatam Al-Qur’an berikut:

 

اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

 

Allahumarhamni bil qur’an. Waj’alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohman. Allahumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa ‘allimni minhu maa jahiltu. Warzuqnii tilawatahu aana allaili wa athrofannahar waj’alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin.

Artinya:

“Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Qur’an. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam.”

Baca Juga: Doa Niat Sahur dan Berbuka Puasa, Kapan Sebaiknya Dibaca?

 

Hikmah Peringatan Nuzulul Qur’an

Terdapat 4 amalan yang bisa kamu lakukan saat malam Nuzulul Qur’an, yaitu berdoa, salat malam, i’tikaf, dan membaca Al-Qur’an. Dengan mengerjakan amalan-amalan tersebut, insya Allah kamu bisa mendapatkan hikmah Nuzulul Qur’an.

Berikut adalah hikmah Nuzulul Qur’an yang bisa kamu dapatkan:

 

1. Ketentraman Hati

Hikmah Nuzulul Qur’an yang pertama adalah dapat menenangkan hati. Hal ini tertuang dalam Q.S. Al-Furqan ayat 32 yang artinya:

“Berkatalah orang-orang yang kafir, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”

 

2. Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup

Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup umat Islam. Di dalamnya terdapat ayat-ayat mengenai keesaan Allah SWT dan landasan dalam menjalankan kehidupan, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat.

 

3. Keberkahan

Nuzulul Qur’an identik dengan Malam Lailatul Qadr. Amalan yang dikerjakan akan sebanding dengan seribu bulan. Jika kita ikhlas dan bersungguh-sungguh mengerjakan amalan di malam Nuzulul Qur’an, insya Allah kita akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, mendapat pahala, dan diampuni dari segala dosa-dosa.

Nah, itulah penjelasan mengenai sejarah Nuzulul Qur’an, proses turunnya Al-Qur’an yang menjadi kitab suci umat Islam. Dari sejarah tersebut, semoga kita menjadi lebih mengetahui asal-usul dan proses terbentuknya Al-Qur’an, serta mengamalkan isinya yang merupakan petunjuk bagi kita.

Jika kamu ingin belajar membaca Al-Qur’an secara tartil dan benar, kamu bisa cari guru les privat mengaji di Ruangguru Privat.

Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Yuk, klik banner di bawah ini untuk informasi lebih lanjut!

CTA Ruangguru Privat

Referensi:

https://islam.nu.or.id/ilmu-al-quran/perintah-pertama-dalam-al-qur-an-dan-hikmah-nuzulul-qur-an-secara-bertahap-dqqeq  [diakses pada 5 April 2023]

Ayat-Ayat tentang Nuzulul Qur’an (online) https://pppa.id/kabardaqu/ayat-ayat-tentang-nuzulul-quran-2952 [diakses pada 5 April 2023]

Sejarah Al-Qur’an (online) https://media.neliti.com/media/publications/178165-ID-sejarah-al-quran-uraian-analitis-kronolo.pdf [diakses pada 5 April 2023]

Sumber Gambar:

Gambar ‘Al-Qur’an’ by Malik Shilby [Daring]. Tautan: https://unsplash.com/photos/lKbz2ejxYbA [Diakses pada 7 April 2023]

Nurul Hidayah