Perang Pattimura: Latar Belakang, Kronologi, Strategi & Akhir Perang | Sejarah Kelas 11

Perang Pattimura

Artikel Sejarah Kelas 11 ini membahas terkait sejarah perang Pattimura dari mulai latar belakang, jalannya perang, tokoh yang berperan penting, hingga akhir dari perang. Artikel ini juga akan menjelaskan terkait strategi yang digunakan oleh Kapitan Pattimura untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia.

 

Guys, ada suka lihat film pahlawan yang membela kebenaran? Pastinya kalian sudah tidak asing kan dengan aksi-aksi yang dilakukan untuk membela tanah air mereka. Indonesia juga punya banyak cerita heroik lho.

Salah satunya adalah Perang Pattimura atau Perang Saparua. Perang Pattimura menjadi salah satu episode penting yang mewarnai sejarah bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda. Pokoknya kalau kamu membayangkan Perang Pattimura kamu pasti akan semangat dan bergelora jiwa patriotismenya.

Biar kamu gak penasaran, langsung aja yuk simak kisah tentang sejarah Perang Pattimura berikut ini! 

 

Latar Belakang Perang Pattimura

Nah, guys, Perang Pattimura disebabkan oleh beberapa hal. Pemantik Perang Pattimura terjadi ketika VOC yang sedang menguasai Maluku melakukan berbagai penyimpangan yang mulai meresahkan masyarakat. Penyimpangan ini terjadinya pada tahun 1817, ya. 

Mulai dari pelaksanaan Ekspedisi Hongi (yang sangat menyebalkan karena adanya monopoli perdagangan rempah dan larangan memanen cengkih di Maluku) merugikan masyarakat. Ditambah, VOC juga mulai melakukan korupsi. 

Apalagi, kepala residen di Maluku, yaitu van den Berg sempat memesan untuk dibuatkan beberapa kapal dagang kepada pengrajin kapal di Pulau Saparua. Eh, dia bayarnya malah kurang, terlambat pula.

Pemerintah kolonial juga gagal dalam membendung keresahan masyarakat Maluku dalam penggunaan uang kertas. Saat itu uang logam yang masih digunakan masyarakat Maluku perlahan-lahan habis dari peredaran. Masyarakat pun kesulitan dalam mendapatkan alat tukar uang. Rakyat juga dibebankan pajak yang sangat tinggi. 

Puncaknya, pemuda-pemuda Maluku dipaksa untuk menjadi soldadu atau anggota tentara VOC di Jawa. Mereka diangkut secara paksa dengan dalih sebagai anggota ‘milisi’. Masyarakat menganggap pekerjaan soldadu  adalah hukuman buangan. Ya otomatis pada menolak, lah

Keresahan ini dibaca oleh Thomas Matulessy, atau dikenal sebagai Pattimura, yang kemudian diangkat menjadi seorang “Kapitan”. Pattimura adalah seorang mantan sersan militer Inggris di Ambon. Tentunya, ia menggunakan pengalamannya dalam strategi militer untuk dapat memimpin serangan ke pos-pos Belanda. 

Lalu, apa yang kemudian dilakukan oleh Pattimura dan masyarakat Maluku dalam melawan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda?

Baca Juga: Hari Pahlawan: Mengenal 10 Pahlawan Indonesia yang Belum Banyak Dipublikasikan

 

Jalannya Perang Pattimura

Benteng Duurstede

Ilustrasi Benteng Duurstede (Ruangguru)

 

Seperti yang kita bahas sebelumnya ya guys, ketidakadilan dan kesewenang-wenangan yang terus-menerus ini akhirnya memicu kemarahan rakyat Maluku. Di tengah penderitaan dan ketidakadilan yang dialami, semangat perlawanan mulai tumbuh di dalam masyarakat. 

Saat itu, masyarakat Maluku mengadakan pertemuan rahasia demi membahas keresahan yang mereka alami. Pattimura, yang sepakat diangkat sebagai pemimpin, melakukan musyawarah dengan beberapa tokoh penting yang berasal dari Pulau Haruku, Nusalaut, Seram, dan Pulau Saparua. <btw, Pulau Saparua ini merupakan pulau asal Pattimura ya guys>.

Pertemuan yang diadakan pada tanggal 14 Mei 1817 ini diputuskan agar pasukan Pattimura menyerang van den Berg di benteng pertahanannya di Saparua, yaitu di Benteng Duurstede.

Penyerangan pun terjadi keesokan harinya, yaitu pada tanggal 15 Mei 1817. Saat itu, Pattimura dibantu oleh Paulus Tiahahu dan putrinya, Martha Christina Tiahahu. Mereka berdua adalah tokoh besar dari Pulau Nusalaut.

Setelah dua hari mengepung Benteng Duurstede, pasukan Pattimura mulai melancarkan serangan. Dalam penyerangan ini, pasukan Pattimura berhasil menewaskan van den Berg. 

Kekalahan van den Berg membuat Gubernur Maluku, van Middelkoop berencana mengirim serangan balasan yang akan dipimpin oleh Mayor Beetjes.

Pattimura yang sudah mendengar kabar tersebut mempersiapkan penyerangan dengan menaruh ranjau-ranjau di bibir pantai Saparua. Pada tanggal 25 Mei 1817, Mayor Betjees beserta pasukannya tewas di tangan pasukan Pattimura.

Setelah dua kali berhasil dikalahkan Pattimura, Belanda sempat menawarkan perundingan damai kepada Pattimura. Tapi, Pattimura sangat teguh dan menolak penawaran tersebut. Akhirnya, Belanda kembali berniat menyerah Pattimura dengan mengirimkan Overste Groot.

Pattimura lagi-lagi menerapkan strategi perang. Ia mengosongkan benteng Duurstede dan bersembunyi di hutan sampai pasukan Groot tiba di Saparua. Groot, yang kemudian tiba di benteng Duurstede, kebingungan karena dengan mudah menguasai benteng.

Padahal, saat itu Pattimura dan pasukannya sedang bersembunyi di hutan dan mempersiapkan serangan balasan.  Pattimura pun tiba-tiba kembali dan mengepung benteng Duurstede. Pengepungan yang kemudian dilanjutkan dengan serangan ini berhasil menewaskan Groot dan seluruh pasukannya.

Hmm, gokil sih pahlawan kita yang satu ini. Dari sini kita bisa lihat betapa tangguhnya Pattimura dalam melawan musuh dan mempertahankan martabatnya. Buktinya, dia tidak terpengaruh saat ditawari perjanjian damai dengan Belanda, dan terus saja melawan Belanda.

Lalu, apa ya yang terjadi setelahnya? Nah, sebelum lanjut, kita simak dulu yuk strategi yang digunakan oleh Pattimura di perang ini!

Baca Juga: Perang Padri: Latar Belakang, Kronologi, Tokoh & Dampaknya | Sejarah Kelas 11

 

Apa Strategi Pattimura dalam Melawan Belanda?

Kalau kamu simak kisah barusan, Pattimura sebagai seorang pemimpin pasukan keren kan guys? Nah, Pattimura memang dikenal karena strategi-strategi jitu yang diterapkannya dalam melawan penjajah Belanda. Berikut adalah beberapa strategi yang berhasil membuat perlawanan Pattimura begitu efektif dan menginspirasi:

 

1. Perang Gerilya

Pattimura dan pasukannya menerapkan taktik perang gerilya dengan melakukan serangan mendadak dan strategi hit and run terhadap pasukan Belanda. Taktik ini memanfaatkan pengetahuan lokal tentang hutan dan pegunungan sebagai tempat persembunyian dan basis operasi. Strategi gerilya ini juga diterapkan oleh Jenderal Sudirman, jauh setelah peristiwa Perang Pattimura terjadi. 

 

2. Memobilisasi Rakyat

Salah satu kekuatan terbesar Pattimura adalah kemampuannya memobilisasi rakyat dari berbagai desa dan latar belakang agama untuk bersatu melawan Belanda. Semangat persatuan dan patriotisme di kalangan rakyat menjadi kekuatan utama dalam pertempuran.

 

3. Menjalin Kerjasama

Berjalannya perang ini pastilah ada banyak tokoh yang berperan membantu Kapitan Pattimura. Pattimura juga mahir dalam menjalin kerjasama dengan para pemimpin lokal dan bahkan beberapa pasukan Inggris yang ada di Maluku.

Salah satunya adalah kerjasamanya dengan Paulus Tiahahu dan Christina Martha Tiahahu (yang sudah kita bahas di atas) untuk ikut berjuang bersama mempertahankan Tanah Maluku dari Penjajahan Belanda. Sedangkan di Ambon penyerangan dilakukan oleh Kapitan Ulupaha. 

Selain itu, ada jugaJohn Latumahina, yakni seorang panglima perang yang memiliki peran mempertahankan berbagai wilayah penting di Maluku dari pihak Belanda.

Tokoh selanjutnya adalah Pattimura muda adalah adik laki-laki  dari Kapitan Pattimura, ia juga ikut berjuang dalam beberapa penyerbuan. Peran Pattimura Muda dalam pertempuran membantu menggalang kekuatan dan semangat para pejuang muda lho guys

Terakhir ada Upulatu yang memberikan semangat dan dukungan moral kepada para pejuang. Upulatu ini adalah seorang penasihat spiritual. Nasihat dan dukungannya membantu menjaga kohesi dan moral tinggi di kalangan pejuang. Semua tokoh masyarakat dirangkul oleh Pattimura dan menjadi tokoh yang tidak kalah penting dalam Perang Pattimura ini.

Para tokoh ini, dengan keberanian dan dedikasi mereka, telah memberikan kontribusi besar dalam Perang Pattimura. Mereka menunjukkan bahwa perjuangan melawan penjajahan tidak hanya dilakukan oleh satu individu saja, tetapi merupakan usaha kolektif yang melibatkan banyak pihak dengan berbagai peran yang saling melengkapi. 

Kerjasama ini memungkinkan adanya aliansi strategis yang memperkuat posisi perlawanan terhadap Belanda. Dukungan dari para pemimpin lokal menambah legitimasi perjuangan Pattimura dan memberikan akses ke sumber daya yang lebih besar, sementara bantuan dari pasukan Inggris memberikan keuntungan militer tambahan.

 

4. Menyerang Kapal Belanda

Strategi lain yang digunakan Pattimura adalah menyerang kapal-kapal Belanda untuk mengganggu jalur perdagangan dan logistik.

Taktik ini diterapkan oleh Pattimura ketika akan menyerang Benteng Duurstede ya guys tepatnya di Pelabuhan Porto di Pulau Saparua. Nah, setelah menghancurkan kapal-kapal tersebut para pejuang Maluku terus merebut Benteng Duurstede dan berhasil mendudukinya.

Dengan menargetkan kapal-kapal yang membawa pasokan dan perdagangan Belanda, Pattimura berhasil melemahkan ekonomi dan logistik musuh. Serangan terhadap kapal ini tidak hanya mengurangi kemampuan Belanda untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan, tetapi juga memperlambat aliran persediaan dan bala bantuan militer ke wilayah-wilayah yang dikuasai Belanda.

Oke, sekarang kita akan bahas, bagaimana sihakhir dari Perang Pattimura ini?

Baca Juga: Perlawanan Indonesia terhadap Belanda sampai Awal Abad 20

 

Akhir Perang Pattimura

Perang Pattimura yang berlangsung selama beberapa bulan ini telah berhasil memberikan perlawanan sengit terhadap Belanda. Dengan tekad yang kuat dan semangat juang yang tinggi, pasukan Pattimura mampu menimbulkan kerugian besar pada pihak penjajah.

Kekalahan dan kekacauan yang dialami oleh Belanda membuat mereka kesal. Pihak Belanda tentunya melakukan segala cara untuk meredam gerakan rakyat Maluku. Belanda berhasil melakukan Devide et Impera atau politik pecah belah dengan mengumpulkan tokoh masyarakat yang tidak suka terhadap Pattimura seperti Pati Akoon dan Dominggus Thomas.

Pada akhir tahun 1817, Kapitan Pattimura dan para pemimpin perlawanan lainnya berhasil ditangkap oleh Belanda. Kapitan Pattimura dan teman-temannya seperti Anthony Reebook, Philip Latumahina, dan Said Perintah dihukum mati oleh pemerintah kolonial Belanda pada 16 Desember 1817 dengan digantung di depan Benteng Nieuw Victoria, Ambon. 

Namun, meskipun Kapitan Pattimura gugur, semangat patriotisme dan perlawanan rakyat Maluku tidak padam. Warisan perjuangan Pattimura memberikan inspirasi yang mendalam bagi generasi penerusnya.

Semangat Perang Pattimura tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui peringatan hari Pattimura setiap tanggal 15 Mei, kita mengenang jasa-jasa para pahlawan Maluku yang telah berjuang tanpa kenal lelah demi tanah air tercinta. 

Dengan demikian, Perang Pattimura tidak hanya tercatat sebagai sejarah perlawanan di Maluku, tetapi juga menjadi bagian integral dari sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Kapitan Pattimura, meskipun gugur, tetap hidup dalam semangat juang rakyat Indonesia yang tak pernah padam. Warisan perjuangannya mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dan keberanian dalam menghadapi segala bentuk penindasan demi kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Baca Juga: Sejarah Perang Aceh: Latar Belakang, Tokoh, dan Akhir Perang | Sejarah Kelas 11

Gimana guys, seru kan cerita perjuangan rakyat Maluku? Perang Pattimura sangat menginspirasi untuk terus berjuang mempertahankan kemerdekaan.

Nah, kalau kamu mau belajar sejarah lebih dalam dan tertarik dengan banyak sejarah Indonesia atau dunia, kamu bisa berdiskusi dengan kakak Master Teacher dari Ruangguru lho. Ayo kita terus belajar untuk meneruskan perjuangan para pahlawan kita.

CTA Ruangguru

Referensi:

Lauri, Nesti; Purnomo, Budi; Anny Wahyuni. (2022). Analisis Kepemimpinan Pattimura Dalam Perlawanan Terhadap Belanda di Maluku. KRINOK, Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP Universitas Jambi, Vol. 1 No. 2, 107-118.

Kustami. (1999). Peranan Kapitan Pattimura Dalam Perjuangan Rakyat Maluku Menghadapi Kolonialisme Belanda Tahun 1817. Universitas Jember. Jember.

Poesponegoro, Marwanti Djoened & Notosusanto, Nugroho (ed). (2019) Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka

Perang Pattimura: Kronologi, Tokoh, Strategi, dan Akhir Perang (daring). Tautan: https://www.kompas.com/stori/read/2023/11/03/080000479/perang-pattimura–kronologi-tokoh-strategi-dan-akhir-perang?page=all#page2  (Diakses pada 29 Juli 2024)

6 Fakta Kapitan Pattimura, Pahlawan Berdarah Bangsawan asal Maluku (Daring). Tautan: https://daerah.sindonews.com/read/1118791/174/6-fakta-kapitan-pattimura-pahlawan-berdarah-bangsawan-asal-maluku-1686024402 (Diakses pada 29 Juli 2024)

Perjuangan Pattimura Purna di Tiang Gantungan (Daring). Tautan: https://tirto.id/perjuangan-pattimura-purna-di-tiang-gantungan-cBBH (Diakses pada 30 Juli 2024)

Biografi Pattimura: Kisah Kapitan Pattimura dan Maluku (Daring). Tautan: https://www.gramedia.com/literasi/biografi-pattimura/  (Diakses pada 28 Juli 2024)

Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan dari Maluku (Daring). Tautan: https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/16/142752969/biografi-kapitan-pattimura-pahlawan-dari-maluku  (diakses pada 20 Juli 2024)

Biografi dan Profil Lengkap Kapitan Pattimura – Sejarah Perjuangan Sang Pahlawan Nasional asal Maluku (daring). Tautan: https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-kapitan-pattimura/  (Diakses pada: 30 Juli 2024)

Sumber Gambar:

Stamp Pattimura [daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura#/media/Berkas:Stamp_of_Indonesia_-_2017_-_Colnect_739936_-_Bicentenary_of_Pattimura_Anti_Dutch_Resistance_Leader.jpeg (Diakses pada 1 Agustus 2024)

 

Artikel ini disunting oleh Laras Sekar Seruni.

Ringgana Wandy Wiguna