17 Contoh Puisi Baru berdasarkan Jenis-Jenisnya | Bahasa Indonesia Kelas 10
Yuk, sama-sama kita ketahui pengertian, ciri-ciri, jenis puisi baru beserta contohnya secara ringkas di artikel Bahasa Indonesia kelas 10 berikut ini!
—
Apa kamu senang membaca atau menulis puisi? Salah satu jenis puisi yang paling terkenal adalah puisi baru atau modern. Puisi baru merupakan bentuk puisi yang muncul setelah puisi lama.
Eits, tunggu, tunggu, kamu sudah tahu belum, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan puisi baru? Apa saja jenis dan juga contoh-contohnya? Buat kamu yang penasaran, mari simak penjelasan lengkapnya di artikel ini, yuk!
Pengertian Puisi Baru
Puisi baru adalah karya sastra yang bebas dan tidak terikat dengan aturan-aturan. Puisi baru bisa juga disebut dengan puisi modern. Karya sastra ini merupakan bentuk pengembangan dari puisi lama.
Nah, mungkin kamu tidak asing lagi dengan beberapa nama penyair, seperti Chairil Anwar, Joko Pinurbo, atau Sapardi Djoko Damono? Mereka banyak menciptakan puisi baru yang indah, loh. Sesekali, kamu bisa nih baca buku-buku puisinya, untuk dapat inspirasi saat membuat puisi juga.
Baca Juga: Pengertian Puisi, Ciri, Jenis, Struktur & Unsur Pembentuknya
Perbedaan Puisi Baru dengan Puisi Lama
Sebelumnya sudah disebutkan ya, kalau puisi baru merupakan bentuk pengembangan dari puisi lama. Memangnya, apa sih perbedaan puisi lama dan puisi baru itu?
Jadi, kalau puisi lama atau puisi tradisional, itu punya aturan tertentu, seperti persajakan, jumlah kata di setiap baris, jumlah baris, rima, dan irama. Sementara puisi baru atau puisi modern, tidak bergantung pada aturan-aturan tersebut. Struktur penulisan puisi baru lebih bebas.
Selanjutnya, pada puisi lama, pengarang atau penyair tidak diketahui. Puisi lama biasanya berisi nasehat, dan dianggap bagian dari budaya yang disampaikan secara turun temurun, sehingga masyarakat lebih mementingkan nilai yang terkandung di dalamnya. Sementara pengarang puisi baru, tercantum namanya di dalam karya-karyanya.
Nah, karena isi puisi lama cenderung berupa nasehat, maka bentuk penyampaiannya hanya lewat lisan saja. Sedangkan, puisi baru bisa lewat lisan maupun tulisan.
Baca Juga: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contoh Puisi Lama
Ciri-Ciri Puisi Baru
Berdasarkan penjelasan dari pengertian serta perbedaan puisi lama dan baru, kita bisa tahu nih kalau ciri-ciri puisi baru, di antaranya sebagai berikut:
- Pengarang atau penyair tercantum di dalam karyanya.
- Iramanya dinamis mengikuti suasana hati penulis.
- Sifatnya lebih bebas, tidak terikat pada aturan dalam bentuk penulisannya.
- Disebarkan melalui lisan maupun tulisan.
- Umumnya, puisi baru berisi tentang curahan hati penyair.
Jenis-Jenis Puisi Baru
Puisi baru mempunyai banyak jenis. Namun, secara garis besar puisi baru dibagi menjadi dua, yaitu jenis puisi baru berdasarkan isinya dan jenis puisi baru berdasarkan bentuk. Mari kita simak penjelasan lengkap berikut, ya!
A. Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, puisi baru dibedakan lagi menjadi 7 jenis, yaitu balada, elegi, epigram, himne, ode, romansa, dan satire.
1. Balada
Balada merupakan salah satu jenis puisi baru yang berisi tentang suatu kisah atau cerita. Balada terdiri dari 3 bait yang masing-masing dengan 8 larik. Balada bersajak a-b-a-b-b-c-c-b, lalu skemanya berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir yang berada pada bait pertama dipakai sebagai refren dalam bait-bait selanjutnya.
2. Elegi
Elegi merupakan salah satu jenis puisi baru yang berisi tentang kesedihan atau tangis. Elegi ini berisikan sajak ataupun lagu yang mengekspresikan rasa duka cita atau keluh kesah karena sedih ataupun rindu. Kesedihannya terutama diakibatkan karena kematian atau kepergian seseorang yang dicintai.
3. Epigram
Epigram merupakan salah satu jenis puisi baru yang berisi tentang ajaran atau tuntunan mengenai kehidupan. Epigram ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “epigramma” yang artinya unsur pengajaran; nasihat yang membawa ke arah jalan kebenaran untuk dijadikan pedoman; ada teladan.
Baca Juga: Unsur Pembangun Puisi: Intrinsik & Ekstrinsik
4. Himne
Himne adalah salah satu jenis puisi baru yang berisi pujaan atau pujian untuk Tuhan, tanah air ataupun pahlawan. Ciri himne ialah berupa lagu pujian untuk menghormati Tuhan, seorang dewa, pahlawan, tanah air ataupun almamater.
Saat ini, pengertian himne menjadi semakin berkembang, yakni bisa diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan. Puisi nyanyian tersebut berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati atau yang berhubungan dengan ketuhanan.
5. Ode
Ode adalah salah satu jenis puisi baru yang berisi sanjungan kepada orang yang sangat berjasa. Ciri ode antara lain bernada anggun, nada dan gayanya resmi, membahas tentang sesuatu yang mulia, dan bersifat menyanjung.
6. Romansa
Romansa merupakan salah satu jenis puisi baru yang berisikan luapan perasaan cinta dan kasih sayang. Romansa berasal dari Bahasa Perancis “romantique” yang memiliki arti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang; dan kasih mesra.
7. Satire
Satire adalah salah satu jenis puisi baru yang berisikan sindiran atau kritikan. Satire ini berasal dari Bahasa Latin “satura” yang memiliki arti sindiran: kecaman tajam terhadap suatu fenomena; dan tidak puasnya hati suatu golongan (pada pemimpin yang zalim).
Baca Juga: Puisi Rakyat: Pengertian, Ciri, Jenis, Struktur & Contohnya
B. Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya
Sementara itu, berdasarkan bentuknya, puisi baru dibedakan menjadi distikon, terzina, kuatrain, kuint, sektet, septime, oktaf/stanza, dan soneta.
1. Distikon
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari dua baris dan biasa disebut puisi dua seuntai.
2. Terzina
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari tiga baris atau biasa disebut puisi tiga seuntai.
3. Kuatrain
Jenis puisi yang tiap bait terdiri atas empat baris dan biasa disebut puisi empat seuntai.
4. Kuint
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari lima baris dan biasa disebut puisi lima seuntai.
5. Sektet
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari enam baris atau biasa disebut puisi enam seuntai.
6. Septima
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari tujuh baris atau bisa disebut puisi tujuh seuntai.
7. Oktaf/Stanza
Jenis puisi yang tiap bait terdiri dari delapan baris dan disebut double kuatrain atau puisi delapan seuntai.
8. Soneta
Soneta berasal dari Bahasa Italia yaitu “sonneto” yang memiliki arti puisi yang bersuara. Jenis puisi baru ini terdiri dari empat baris yang terbagi menjadi dua, yaitu dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris (4-4-3-3).
Soneta di Indonesia masuk melalui Belanda dan pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, yang karena hal itu mereka disebut sebagai Pelopor atau Bapak Soneta indonesia. Dalam perkembangannya di Indonesia, puisi soneta bisa berpola 4-4-4-2 atau bahkan hanya 1 bait namun di dalamnya memiliki 14 baris sekaligus.
Bentuk soneta di Indonesia memang lebih memiliki kebebasan dalam segi isi ataupun rimanya, tidak lagi mengikuti syarat-syarat soneta dari Italia ataupun Inggris. Namun, yang menjadi pedoman adalah jumlah barisnya, yakni empat belas baris.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Puisi Pendek Bermacam Tema dan Makna
Contoh Puisi Baru
Nah, bahasan yang terakhir, kakak akan lampirkan beberapa referensi contoh puisi baru bedasarkan macam-macamnya. Yuk, kita simak!
1. Contoh Puisi Baru Balada
Bendera
(oleh: Taufiq Ismail)
Mereka yang berpakaian hitam
Telah berhenti di depan sebuah rumah
Yang mengibarkan bendera duka
Dan masuk dengan paksa
Mereka yang berpakaian hitam
Telah menurunkan bendera itu
Di hadapan seorang ibu yang tua
“Tidak ada pahlawan meninggal dunia!”
Mereka yang berpakaian hitam
Dengan hati yang kelam
Telah meninggalkan rumah itu
Tergesa-gesa
Kemudian ibu tua itu
Pelahan menaikkan kembali
Bendera yang duka
Ke tiang yang duka
2. Contoh Puisi Baru Elegi
Elegi Jakarta
(oleh: Asrul Sani)
Pada tapal terakhir sampai ke Yogya,
bimbang telah datang pada nyala
langit telah tergantung suram
Kata-kata berantukan pada arti sendiri
Bimbang telah datang pada nyala
dan cinta tanah air akan berupa
peluru dalam darah
serta nilai yang bertebaran sepanjang masa
bertanya akan kesudahan ujian
mati – atau tiada mati-matinya
O jenderal, bapa, bapa
tiadakah engkau hendak berkata untuk kesekian kali
ataukah suatu kehilangan keyakinan
hanya akan tetap tinggal pada titik-sempurna
dan nanti tulisan yang telah diperbuat sementara
akan hilang ditiup angin
ia berdiam di pasir kering
3. Contoh Puisi Baru Epigram
Sajak Ajaran Hidup
(oleh: Sapardi Djoko Damono)
hidup telah mendidikmu dengan keras
agar bersikap sopan —
misalnya buru-buru melepaskan topi
atau sejenak menundukkan kepala —
jika ada jenazah lewat
hidup juga telah mengajarmu merapikan
rambutmu yang sudah memutih,
membetulkan letak kacamatamu,
dan menggumamkan beberapa lirik doa
jika ada jenazah lewat
agar masih dianggap menghormati
lambang kekalahannya sendiri
Baca Juga: Pengertian, Jenis, dan Contoh Puisi Kontemporer
4. Contoh Puisi Baru Himne
Doa
(oleh: Taufik Ismail)
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun-tahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan AsmaMu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amin
5. Contoh Puisi Baru Ode
Diponegoro
(oleh: Chairil Anwar)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
MAJU
Serbu.
Serang.
Terjang.
Februari 1943
6. Contoh Puisi Baru Romansa
Lagu Gadis Itali
(oleh: Sitor Situmorang)
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemputlah abang di teluk Napoli
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari abang lalu pergi
Adik rindu setiap hari
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai abang tak kembali
Adik menunggu sampai mati
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur
1955
Baca Juga: Kumpulan Contoh Puisi Rakyat: Pantun, Gurindam & Syair, Lengkap!
7. Contoh Puisi Baru Satire
Aku Bertanya
(oleh W.S. Rendra)
Aku bertanya…
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
8. Contoh Puisi Distikon
Hutan Karet
(Oleh: Joko Pinurbo)
–in memoriam: Sukabumi
Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.
Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.
Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.
Dan sebuah jalan melingkar-lingkar
membelit kenangan terjal.
Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengat suara beduk bertalu-talu.
(1990)
(Sumber: Joko Pinurbo, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, hlm 2.)
9. Contoh Puisi Terzina
Aku Ingin
(Oleh: Sapardi Djoko Damono)
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana:
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(1989)
(Sumber: Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, hlm 105.)
10. Contoh Puisi Kuatrain
Hujan Bulan Juni
(Oleh: Sapardi Djoko Damono)
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(1989)
(Sumber: Sapardi Djoko Damono, Hujan Bulan Juni, hlm 104.)
11. Conotoh Puisi Kuint
Embun Hutan Jati
(Oleh: Candra Malik)
Hutan jati menunggu janji,
sepanjang hari yang sepi,
ketika ulat-ulat melingkari.
Jari-jemarinya yang tinggi
memekarkan matahari.
Pekarangan luas semesta
adalah telapak tangannya.
Menengadahlah angkasa raya,
minta embun dan air mata
membasahi kelopak bunga.
terlalu lama dalam gelap,
sepi beramai-ramai menetap,
angin mengepung senyap,
dan terik menolak lenyap,
tunas-tunas bersedekap.
Lidah ular tedung menjulur
sakat pandan telah berumur,
bertandan-tanda intan sanur,
merah dan kuning membaur,
mengalungi hutan leluhur.
Kutulis di tanah kemarau,
guguran daun berderau-derau,
patahan teranting masa lalu:
di sini, kau akan kutunggu
sampai ujung waktuku.
Malang, 2016
(Sumber: Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm 143-144.)
12. Contoh Puisi Sektet
Pendaratan Malam
(Oleh: Sitor Situmorang)
Tentara tak berbekal mendarat
Di malam disuburkan lapar
(Bila fajar bawa berita
Kayu apung istirahat mereka)
Tentara tak berbekal mendarat
Di malam disuburkan lapar
(Sumber: Sitor Situmorang, Dalam Sajak, hlm 42.)
13. Contoh Puisi Septima
Indonesia Tumpah Darahku
(Oleh: M. Yamin)
Bersatu kita teguh
Bercerai kita jatuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumoah darahku Indonesia namanya
Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya, tanah airku
Tanahku bercerai seberang-menyeberang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai bulan terang-benderang
Di sanalah gerangan bangsaku gerangan menopang
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Baca Juga: Cara Membuat Puisi yang Benar dan Menarik
14. Contoh Puisi Oktaf/Stanza
Lagu Angin
(Oleh: W.S. Rendra)
Jika aku pergi ke timur
arahku jauh, ya, ke timur.
Jika aku masuk ke hutan
aku disayang, ya, di hutan.
Aku pergi dan kakiku adalah hatiku.
Sekali pergi menolak rindu.
Ada duka, pedih dan airmata biru
tapi aku menolak rindu.
(Sumber: Ibid, hlm 59.)
15. Contoh Puisi Soneta Pola 4-4-3-3
Pagi-Pagi
(Oleh: M. Yamin)
Teja dan cerawat masih gemilang,
Memuramkan bintang mulia raya;
Menjadi pudar padam cahaya,
Timbul tenggelam berulang-ulang.
Fajar di timur datang menjelang,
Membawa permata ke atas dunia;
Seri-berseri sepantun mulia,
Berbagai warna, bersilang-silang.
Lambatlaun serta berdandan,
Timbul matahari dengan pelahaan;
Menyinari bumi dengan keindahan.
Segala bunga harumkan pandan,
Kembang terbuka, bagus gubahan;
Dibasahi embun, titik di dahan.
(Sumber: Sapardi Djoko Damono, Bilang Begini Maksudnya Begitu, hlm 12.)
16. Contoh Puisi Soneta Pola 4-4-4-2
Entah Sampai Kapan
(Oleh: Sapardi Djoko Damono)
entah sejak kapan kita gugup
di antara frasa-frasa pongah
di kain rentang yang berlubang-lubang
sepanjang jalan raya itu; kita berhimpitan
di antara kata-kata kasar yang desak-mendesak
di kain rentang yang ditiup angin,
yang diikat di antara batang pohon
dan tiang listrik itu; kita tergencet di sela-sela
huruf-huruf kaku yang tindih menindih
di kain rentang yang berjuntai di perempatan jalan
yang tanpa lampu lalu lintas itu. Telah sejak lama
rupanya kita suka membayangkan diri kita
menjelma kain rentang koyak-moyak itu, sebisanya
bertahan terhadap hujan, angin, panas, dan dingin.
(Sumber: Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, hlm 31.)
17. Contoh Puisi Soneta 1 Bait 14 Baris Sekaligus
Aku
(Oleh: KH. Jamaluddin Kafie)
Apakah aku hanya aku
Duduk mengintai waktu menunggu
Orang-orang di persimpangan jalan berhenti
Lalu aku memutar arahku memburu waktu
Yang selalu mengintai aku di perbatasan
Nafsu
Hingga aku segan bertanya kepada Tuhan
Kapan waktu aku bisa bertemu
Karena aku sedang sibuk mencari arah jalan
Sambil mengulur-ulur waktu
Tetapi aku semakin percaya
Waktu jualah yang akan mengantarkan aku
Kapan Tuhan bisa kutemui
Tanpa waktu
—
Sudah paham kan mengenai jenis-jenis puisi baru dan contohnya. Buat kamu yang masih bingung, nonton aja video belajar beranimasi tentang puisi baru di ruangbelajar. Ada latihan soal dan rangkumannya juga, lho!
Referensi:
Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
https://bobo.grid.id/read/084020352/menemukan-perbedaan-puisi-lama-dan-puisi-baru-materi-bahasa-indonesia?page=all (Diakses pada 7 Mei 2024)
https://kumparan.com/berita-terkini/mengenal-perbedaan-puisi-lama-dan-puisi-baru-22g9ehEbeEh/full (Diakses pada 7 Mei 2024)
https://danririsbastind.wordpress.com/2010/03/16/puisi-indonesia-tumpah-darahku-m-yamin/ (Diakses pada 7 Mei 2024)
https://dosenbahasa.com/ (Diakses pada 7 Mei 2024)
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Shabrina Alfari, lalu diperbarui oleh Hani Ammariah pada 7 Mei 2024.