Memulai Kebiasaan Baik: Membiarkan Anak Gagal
Artikel ini membahas mengenai bagaimana membiarkan anak gagal itu baik.
Melihat anak kita tersenyum senang karena sukses adalah mimpi semua orang tua. Bukankah begitu? Kita cenderung ikut bahagia ketika melihat mereka dapat tersenyum puas akan hasil yang dicapai setelah berusaha dengan maksimal.
Tapi, apakah kita menyadari, bahwa banyak dari usaha anak kita yang tidak membuahkan hasil, lalu kita menunjukkan rasa kekecewaan? Kemudian menyuruh mereka untuk berusaha lebih keras lagi, dan lupa untuk menenangkan atau memahami perasaan mereka?
Misalnya ketika pengumuman hasil UTBK beberapa waktu lalu. Mungkin banyak dari anak kita yang tidak lolos masuk PTN yang mereka dan kita inginkan. Kemudian kita berkata, “Kamu kemarin nggak belajar dengan maksimal, sih.” Atau mungkin ketika anak kita di sekolah tengah mendapatkan hasil ujian yang kurang memuaskan, kita malah berkata, “Kok kamu malah dapet nilai 60 ujian matematikanya? Mau gimana nanti, nak?”
Sebagai orang tua, banyak dari kita menginginkan anak kita mendapatkan pelayanan pendidikan yang baik dan mendapatkan nilai atau hasil yang maksimal. Hal ini semata-mata agar masa depan mereka berada di kondisi yang aman. Namun, seberapa seringkah kita mengkhawatirkan kondisi masa depan mereka, sehingga melupakan kondisi yang mereka alami saat ini?
Kita mendorong anak kita untuk berusaha maksimal demi mendapatkan pencapaian yang memuaskan. Tapi tak jarang, kita lupa bertanya “apakah di balik semua usaha yang dilakukan, mereka tertekan?”
Menurut hasil penelitian dokter spesialis kejiwaan Margarita Maria Maramis, remaja yang mengalami depresi bisa mencapai 4-5%, yang disebabkan oleh masalah cinta, pem-bully-an, atau urusan sekolah. Hal ini tentunya tidak dapat kita anggap biasa-biasa saja. Karena depresi tersebut bisa mengakibatkan trauma di masa depan nanti. Bahkan, kondisi terburuknya, bisa mengakibatkan kematian.
(sumber: apa.org)
Mungkin yang dipikirkan anak kita ketika mereka sedang berusaha mencapai hasil yang memuaskan adalah, “Kalau aku gagal, apa kata ibuku?” “Kalau nilaiku jelek, nanti ayah marah.” “Kalau aku nggak keterima di PTN, apa kata tetanggaku?” Tekanan ini membuat mereka sulit berkonsentrasi dan juga membuat keadaannya menjadi tidak tenang karena takut akan masa depan yang tidak tentu.
Sedari anak memasuki pendidikan formal, banyak dari kita sudah membiasakan mereka untuk mengejar kesuksesan. Memberitahu mereka bahwa, “Jangan sampai gagal, karena anak ibu itu hebat-hebat, jadi kamu harus jadi nomor 1.” Adapun jika mereka memang gagal saat setelah mereka berusaha, bisa jadi mereka akan berhenti untuk mencoba lagi, karena meyakini, bahwa gagal itu buruk.
Padahal sejatinya, membuat anak tertekan dengan mendorong mereka untuk mengejar kesuksesan dan melupakan makna dari kegagalan adalah hal yang buruk. Karena nyatanya, dari sudut pandang yang lain, kegagalan itu baik.
Contoh yang paling sederhana, yang selama ini sering kita lupakan, ketika anak belajar berjalan. Kita tidak memarahi mereka atau membanding-bandingkannya dengan anak tetangga pada saat itu. Ketika mereka terjatuh, kita memberikan pelukan, berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Lalu membantu mereka bangkit lagi. Sekarang, anak kita mampu berlari, tanpa takut terjatuh.
Jika dulu kita memberikan kenyamanan dan kasih sayang ketika anak kita gagal, mengapa kita melupakannya sekarang? Bukankah kejadian yang mereka alami serupa?
Padahal yang sebaiknya kita lakukan sedari anak kecil hingga beranjak dewasa, adalah membiasakan mereka gagal. Ahli psikologi, Madeline Levine, dalam bukunya yang berjudul Teach Your Children Well: Parenting for Authentic Success menyebutkan bahwa, salah satu hal yang paling penting dilakukan oleh orang tua adalah membiarkan anak gagal.
Madeline Levine (sumber: familyactionnetwork.net)
Model dalam hidup ini adalah bagaimana anak menguasai banyak hal. Jika kita ‘ikut campur’ (misalnya) ketika anak terjatuh saat belajar berjalan, mereka tidak akan belajar. Mereka dapat berjalan karena gagal berulang-ulang kali dengan kehadiran dan dorongan yang kita berikan secara terus menerus.
Levine mengatakan bahwa, bagi anak belajar dari kesalahan adalah salah satu kemampuan yang penting, karena dapat membantu mereka membentuk individu yang tahan banting dan menjadi pribadi yang percaya diri, dewasa, bahagia dan sukses. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa, membiarkan anak gagal adalah hal yang tidak mudah. Pasalnya, bagi beberapa orang tua, kegagalan bukanlah pilihan.
Hanya saja, kita sebagai orang tua, sudah harus mulai menerima bahwa gagal adalah hal yang normal dan sebaiknya dialami oleh semua orang. Karena banyak sekali kejadian nyata yang menunjukkan bahwa kegagalan dapat menghasilkan buah yang manis.
Salah satunya adalah Oprah Winfrey yang pernah diturunkan jabatannya dari seorang pembawa berita televisi, karena dianggap ‘tidak layak berada di depan kamera’. Tapi karena itu, ia belajar bahwa tempatnya untuk berkarya tidak di sana.
The Oprah Winfrey show (sumber: oprah.com)
Oprah merasa bahwa ia senang mendengarkan kisah orang-orang. Kemudian ia keluar dari dunia berita, dan mengambil pekerjaan sebagai co-host di salah satu acara televisi yang membicarakan tentang kisah orang-orang. Ia menjadi terkenal, kemudian membuat acara televisi sendiri yang sangat sukses pada masanya.
Jika kita mencari tahu kisah-kisah orang sukses, kemungkinan besar yang akan kita temui adalah bagaimana mereka mengambil hikmah dari kegagalan. Sehingga kita dapat meyakini bahwa, kegagalan bukanlah hal yang buruk. Lalu bagaimana caranya membiasakan anak kita gagal, agar keadaannya saat ini dan di kemudian hari akan baik-baik saja?
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua ketika anak merasa gagal.
Katakan bahwa kita tidak mengharapkan anak kita untuk menjadi sempurna
Ketika anak kita merasa kecewa kepada dirinya saat tidak mendapatkan hasil yang memuaskan, kita dapat memberitahu mereka bahwa mereka akan baik-baik saja. Yakinkanlah mereka bahwa kita akan dengan sepenuh hati menyayangi mereka, meskipun mereka gagal.
Jika mereka meyakini bahwa, kegagalan adalah sesuatu yang buruk, katakan kepada mereka, “It’s okay not to be okay. Ibu akan tetap sayang sama kamu meskipun kamu gagal. Ibu akan tetap dukung kamu untuk bisa bangkit lagi. Gagal bisa terjadi sama siapa saja. Nggak apa-apa, ya.”
Karena sejatinya, terkadang tidak semua hal dapat kita kendalikan. Namun, kita dapat selalu hadir bagi mereka untuk memberikan kasih sayang.
Kita dapat mengajarkan anak kita makna dari tanggung jawab
Dengan tidak menyalahkan anak kita, melainkan mengajarkan makna dari tanggung jawab, mereka akan belajar bagaimana menjadi pribadi yang lebih dewasa di kemudian hari.
Anak juga tidak akan terlalu merenungkan kesalahan apa yang telah mereka perbuat. Melainkan memikirkan caranya bagaimana agar mereka tidak mengulang kesalahan yang sama dan memperbaiki kesalahan yang sudah dibuat.
Berbagi kisah dengan anak kita
Kita semua pernah gagal, maka dari itu kita bisa berbagi dengan anak kita. Jika mereka menangis karena mendapatkan nilai yang tidak sesuai harapan, kita dapat bercerita, “Tau nggak? Dulu ayah pernah dapat nilai 40 di ujian Bahasa Inggris. Terus ayah dihukumnya harus bikin cerita dalam bahasa Inggris. Tapi nggak apa-apa. Ayah sekarang masih bisa senyum bahagia, dan sedikit-sedikit bisa bahasa Inggris sekarang. Kamu pun begitu, nak. Nilai kecil nggak akan membuatmu kehilangan kebahagiaan.”
Dengan berbagi cerita, anak tidak hanya akan merasa tenang. Tapi akan membantu merekatkan hubungan kita dengan mereka.
(sumber: parents.com)
Beritahu kepada anak kita bahwa mereka baik-baik saja jika gagal
Dengan memberitahu kegagalan bukanlah hal yang buruk, anak tidak akan ketakutan untuk berbuat kesalahan. Selain itu, kita dapat memberikan mereka contoh orang-orang yang berhasil sukses karena gagal terlebih dahulu. Seperti JK. Rowling, Oprah Winfrey, Thomas Alfa Edison dan yang lainnya.
Kita bisa menceritakan kepada anak bahwa orang-orang sukses itu, seringkali gagal. Kemudian, dari kegagalan-kegagalan yang mereka buat, mereka bisa belajar dan menjadi sukses.
Bantu anak kita untuk melihat sisi baik dari kegagalan
Di balik kegagalan, akan selalu ada hikmah. Salah satunya belajar dari kesalahan. Thomas Alfa Edison dalam 10.000 kali percobaannya dalam membuat lampu pernah berkata, “Aku tidak gagal 10.000, aku hanya menemukan 10.000 cara yang salah. Ketika aku tidak melakukan cara yang salah, aku akan menemukan cara yang benar.”
Karena seperti yang sudah kita ketahui, bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Orang yang ditempa oleh pengalaman, dapat diyakini mampu untuk menggapai kesuksesan. Jika anak kita paham akan hal ini, maka mereka akan lebih mudah menerima kegagalan sebagai bagian dari hidup.
Hargai usaha anak kita
Menerima kegagalan sebagai hal yang normal saja sudah berat, apalagi bangkit dari kegagalan. Ketika usaha yang dilakukan anak kita tidak membuahkan hasil yang diinginkan, tetaplah hargai usaha mereka.
Mungkin kita melihat dari jauh usaha mereka tidak sebanding, tapi kita mungkin juga tidak tahu bagaimana sulitnya mereka berusaha meskipun sangat kecil. Sehingga dengan menghargai usaha mereka sekecil apapun, mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang lebih.
Tetaplah merasa bangga akan usaha anak kita. Karena sebenarnya, hal yang paling sulit bukanlah membuat mereka sukses, tapi membuat mereka mau untuk berusaha.
Sebagai orang tua memang sulit melihat anak tidak bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Tidak dapat berteriak senang karena telah menjadi yang mereka dan kita inginkan. Tapi, mungkin kita seharusnya mengingat kembali, bahwa sejatinya hidup bukanlah sebuah kompetisi, bukan untuk menentukan siapa nomor 1 dan nomor 2.
Hidup hanyalah untuk hidup.
Sebagaimana yang sudah diketahui, kegagalan memiliki sisi baik, salah satunya belajar dari pengalaman, agar di kemudian kesempatan kesalahan tidak terulang lagi. Hal ini tentunya bisa menjadi sebuah kegiatan untuk membiasakan kegagalan, yaitu salah satu kegiatannya dalam kehidupan sehari-hari anak kita adalah mengerjakan latihan soal.
Dengan mengerjakan berbagai latihan soal, ketika anak kita salah mengerjakan, mereka dapat melihat cara yang benarnya di bagian pembahasan. Dengan demikian, mereka dapat belajar dari pengalaman. Berkaitan dengan hal itu, Ruangguru memiliki fitur ruangbelajar, yang di dalamnya terdapat berbagai latihan soal dan pembahasannya. Maka dari itu, ayo segera gabung sekarang juga!