Mengenal Learning Poverty, Ancaman Dunia Pendidikan Indonesia
Artikel ini membahas tentang kondisi learning poverty yang dialami di dunia pendidikan Indonesia.
—
Tahukah kamu baru-baru ini lembaga Bank Dunia menyampaikan data bahwa 53% anak-anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sedang mengalami learning poverty, lho. Situasi ini membuat kondisi pendidikan termasuk di negara kita, berada di lampu kuning alias warning dan kalau dibiarkan terus-meneruskan akan mengancam kemampuan siswa bahkan tenaga kerja di masa depan. Wah, ngeri juga ya. Sebenarnya, learning poverty itu apa sih? Kita bahas aja yuk bareng-bareng supaya tahu gimana harus cari solusi dari tren yang sedang berkembang ini. Check it out!
Eits, tapi sebelumnya kamu udah kenal belum Bank Dunia itu siapa?
Well, ini adalah institusi pembiayaan internasional yang berkantor pusat di Washington D.C, Amerika Serikat. Tapi, di Indonesia juga ada kantornya, kok. Perannya, menyediakan pinjaman dana ke pemerintah negara-negara berpenghasilan rendah untuk melaksanakan program-program penting. Bersama 189 anggota negaranya, termasuk Indonesia, Bank Dunia bekerja sama membantu pembangunan seluruh dunia melalui solusi yang berkelanjutan dan salah satunya di bidang pendidikan.
Sampai sini ngerti kan? Sekarang kita lanjut ~
Learning poverty adalah ….
Secara harfiah artinya kondisi ketidakmampuan anak dalam membaca dan memahami cerita sederhana. Siapa nih yang suka malas duluan kalau ngeliat soal cerita di lembar ulangan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris? Ngaku! Hehehe. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga mengakui, kok. Berdasarkan hasil Indonesian National Assesment Programme, terungkap hanya 6% siswa di Tanah Air yang memiliki kemampuan membaca yang baik.
Are you one of them? Semoga.
Fakta ini bikin kaget nggak sih?
Well, meski begitu, Indonesia sudah mulai pelan-pelan memperbaiki kok. Sejak tahun 2000, udah terjadi peningkatan partisipasi anak sekolah sebesar 10 juta siswa. Nah, kondisi ini juga disertai dengan peningkatan skor rata-rata matematika dalam Programme for International Student Assessment (PISA) antara tahun 2003 sampai 2015. Tentunya, ini sebuah pencapaian besar, lho.
Baca juga: Minat Baca Orang Indonesia Rendah?
Tapiii…selain mesti nunggu program-program yang akan dilakukan oleh pemerintah dan sekolah, siswa juga harus punya peran dong untuk mengurangi learning poverty supaya lebih cepat lagi kemajuannya. Mau tahu apa yang bisa kamu lakukan?
1. Rutin membaca dan diskusi
Coba dipikir-pikir, biasanya kamu punya waktu senggang tuh kapan sih? Sekitar 1-2 jam dalam seminggu aja? Pasti, ada dong. Nah, mulai deh rutin membaca sekali seminggu. Cari buku-buku dengan topik yang bisa menarik perhatianmu.
Kemudian, coba cari di antara teman-temanmu yang menyukai jenis bacaan dengan genre sama? Nggak harus buku kok, bisa aja artikel. Masing-masing dari kalian coba baca artikel yang sama dan lanjut diskusiin bareng. Karena, kadang kita berpikir sudah memahami teks dengan baik, tapi ternyata orang lain bisa memberi sudut pandang berbeda dan menarik. You must try this one!
2. Baca dengan hati-hati dan ulanglah jika kurang dimengerti
Ingat, kamu lagi latihan bukan Ujian Nasional, kok. Jadi, baca tuh nggak ada batasan waktunya, ngapain harus baca dengan cepat alias skimming, sih? Kalau kamu mau benar-benar memahami keseluruhan inti wacana, ya santai aja. Diresapi, dimaknai~
Ketika kamu menemukan bagian-bagian paragraf yang terasa sulit dipahami, jangan nyerah lalu berhenti baca buku. Kamu bisa tanya ke keluarga atau teman supaya bisa jadi lebih paham. Kalau lagi sendirian, diulang lagi aja bacanya dengan tempo yang lebih pelan, kata demi kata.
3. Mengingat yang telah dipelajari
Hasil penelitian di atas, dapat kamu jadikan sebagai referensi supaya ketika kamu belajar dapat lebih mudah diserap dan juga bisa tetap diingat dengan baik. Seorang psikolog dari Universitas Sussex, Inggirs bernama Dr. Jane Oakhill juga mengonfirmasi hal ini melalui sejumlah eksperimen yang telah dilakukannya.
Ada dua tipe memori, deklaratif dan semantik. Pada pagi hari, kita cenderung lebih baik untuk pekerjaan yang menggunakan memori deklaratif seperti mengingat sesuatu yang mendetail.
Sementara pada siang dan sore hari, kemampuan otak kita lebih baik untuk pekerjaan yang berhubungan memori semantik. Contohnya, adalah menggabungkan antara informasi yang dipunya dengan yang baru, agar kita dapat mengetahui maknanya lebih mendalam.
4. Punya ekspektasi tinggi
Siapa sih siswa yang nggak mau sukses di masa depan? Pasti nggak ada yang nolak kan? Itu kenapa kita harus punya ekspektasi yang tinggi sama diri sendiri. Supaya selalu do the best. Kamu akan jadi terus semangat berusaha dan termotivasi untuk sampai ke titik yang diinginkan. Nah, contoh konkretnya gimana sih? Pertama harus punya mimpi atau keinginan yang besar, lalu ngobrol dengan orang-orang yang bisa mendukungmu menggapai cita-cita, kerja keras, dan find the mentor yang bisa membimbing.
5. Mempelajari isu baru
Kamu mesti terekspos pada dunia luar selain ruang kelasmu. Wah, maksudnya gimana nih? Well, selain pelajaran yang ada di sekolah, ada banyaaak sekali ilmu yang bisa kamu pahami. Misalnya, di bidang seni seperti bermusik dan menari, memperkaya softskill (contoh: public speaking), berkomunitas, pergi ke museum, atau berdiskusi dengan expert alias orang yang sudah profesional di bidangnya.
Deretan kegiatan di atas bisa membuat mindset atau cara berpikirmu semakin terbuka, lho. Hal-hal tersebut juga membuatmu lebih update dengan kondisi lingkungan sekitar. Sehingga ketika sudah lulus dari sekolah nanti, bisa punya standar pengetahuan yang berbeda dengan teman sebayamu.
Nah, sebagai pelengkap untuk membantumu terhindar dari learning poverty, gunakan ruangbelajar untuk menemani belajar setiap hari di mana pun. Dengan video beranimasi, rangkuman berinfografis, dan ribuan latihan soal. Eits, bagi pengguna yang mau melanjutkan paket belajarnya juga ada diskon sebesar 60% dengan kode LANJUTBELAJAR. Ayo siapkan UNBK, UTBK dari sekarang bersama Ruangguru!