Kenapa Sih Kita Bisa Lupa?
Artikel ini menjelaskan tentang alasan manusia bisa lupa.
—
Siapa di antara kamu yang nggak pernah lupa? Setiap orang, rasanya pernah mengalami yang namanya “lupa”, ya. Seiring berjalannya waktu, kita telah melupakan banyak hal. Apa yang kita lihat, dengar, dan alami, nggak semuanya bisa kita ingat.
Tapi, kenapa sih kita bisa lupa? Padahal, kalau dipikir-pikir nih ya, otak kita memiliki kemampuan yang luar biasa, loh. Otak memiliki kapasitas penyimpanan yang sangat besar. Dikutip dari sainspop, menurut Terry Sejnowski, profesor dari Salk Institute for Biological Studies, California, otak manusia memiliki kapasitas penyimpanan memori kurang lebih sebanyak satu petabyte.
Nah, kamu tahu nggak nih, satu petabyte itu (1 PB), kira-kira sebanding dengan seribu terabyte (1.000 TB) atau satu juta gigabyte (1.000.000 GB). Jadi, kalau kita analogikan otak kita sebagai sebuah flashdisk, lalu kita ingin menyimpan file foto berukuran 100 KB (sekitar 0,0001 GB), maka kamu dapat menyimpan sekitar 10 miliar file foto. Wow, banyak banget nggak, sih?
Lalu, dengan kapasitas otak yang sudah sebesar itu, kenapa sih masih ada aja kejadian atau memori yang terlupakan oleh kita?
Seorang psikolog asal Amerika, Elizabeth Loftus, telah banyak melakukan penelitian mengenai ingatan manusia (human memories). Menurutnya, terdapat empat hal yang menjadi penyebab utama kenapa manusia bisa lupa, di antaranya sebagai berikut:
Informasi Hanya Tersimpan di Memori Jangka Pendek
Selama hidup, kita akan menyimpan banyak sekali memori di dalam otak. Nah, kalau otak kita analogikan sebagai flashdisk, maka memori-memori ini bisa kita ibaratkan sebagai kumpulan file/data.
Memori merupakan kumpulan informasi yang terbentuk dari apa yang ditangkap oleh panca indera kita. Jadi, segala hal yang kita lihat, dengar, hirup, dan rasakan akan disimpan di dalam otak sebagai memori.
Nah, memori manusia terbagi menjadi tiga. Ada memori sensorik (sensory memory), memori jangka pendek (short-term memories), dan memori jangka panjang (long-term memories).
Pada awalnya, saat panca indera kita menerima rangsangan dari lingkungan, memori sensorik akan mencatatnya sebagai sebuah informasi. Kemudian, informasi-informasi tersebut akan disimpan ke dalam otak sebagai memori jangka pendek. Memori jangka pendek bertahan sangat singkat. Jika memori tersebut nggak dipertahankan secara aktif, maka memori ini hanya bisa bertahan dalam hitungan detik aja, yaitu sekitar 20-30 detik.
Misalnya nih, saat kamu ingin menyimpan nomor HP temanmu, temanmu akan menyebutkan beberapa digit angka dan kamu akan mengulang angka tersebut sambil mencatatnya. Tapi, ketika semua angka telah disebutkan, kamu udah nggak bisa mengingat angka-angka itu tadi. Nah, inilah yang disebut memori jangka pendek. Jika nggak diulang terus menerus dalam beberapa waktu, maka informasi dalam memori jangka pendek akan mudah menghilang.
Itulah yang menyebabkan terkadang kita suka melupakan hal-hal yang terbilang simpel, seperti lupa menaruh kunci, dompet, HP, atau barang-barang yang belum lama kita letakkan atau simpan.
Otak Gagal Memanggil Ingatan yang Tersimpan
Nah, jika kita selalu memanggil atau mengingat kembali memori jangka pendek tersebut, memori jangka pendek ini akan masuk ke dalam memori jangka panjang. Memori jangka panjang dapat kita ingat kembali sampai beberapa waktu tertentu, bahkan bisa mencapai waktu yang sangat lama.
Tapi, meskipun memori jangka panjang dapat kita ingat kembali dalam waktu lama, detail-detail rangkaian kejadian yang ada pada memori tersebut lama-kelamaan juga pasti akan terlupakan. Kenapa bisa begitu?
Ada teori yang menjelaskan bahwa setiap memori yang disimpan di dalam otak akan membentuk jejak-jejak memori (memory traces). Teori ini disebut dengan teori peluruhan (decay theory). Menurut teori peluruhan, seiring berjalannya waktu, jejak-jejak memori ini akan memudar dan menghilang, apabila kita jarang mengulang kembali memori tersebut. Akhirnya, otak pun gagal atau nggak bisa memanggil informasi (memori) yang kita inginkan.
Contohnya, saat kamu pertama kali belajar mengendarai sepeda waktu kecil. Setahun setelahnya, mungkin kamu masih bisa mengingat, warna sepeda yang kamu naiki, merknya, sampai lokasinya secara jelas. Tapi, belasan tahun sesudahnya, kamu mulai lupa sedikit demi sedikit rincian kejadiannya. Entah itu lupa warna sepedanya, merknya, atau lokasi yang hanya bisa kamu ingat samar-samar. Sampai akhirnya, lambat laun, ingatanmu tinggal sebatas, “kamu pernah belajar naik sepeda waktu kecil”.
Nah, hal itu terjadi karena kamu cenderung mengingat kejadian utamanya aja, yaitu “pertama kali belajar mengendarai sepeda” dan “sewaktu kecil”. Jadi, jejak-jejak memori yang lain, seperti warna, merk sepeda, dan lokasi, semakin lama akan memudar dan menghilang.
Adanya Gangguan dari Memori Lain
Terdapat teori lain yang menjelaskan bahwa “lupa” nggak sepenuhnya disebabkan karena hilangnya memori yang tersimpan di otak. Tapi, dapat juga terjadi karena adanya gangguan (interferensi) dari memori lain. Nah, teori ini disebut dengan teori interferensi (interference theory).
Menurut teori tersebut, banyaknya informasi yang disimpan di otak membuat beberapa memori bisa saling bertumpuk satu sama lain. Akibatnya, kita jadi sulit mengingat sesuatu karena memori yang ingin kita ingat, justru terganggu atau terhalang oleh memori-memori yang lain.
Nah, kemungkinan besar, gangguan akan terjadi ketika kita menerima beberapa informasi yang serupa (mirip). Selain itu, gangguan juga bisa terjadi karena otak harus menampung banyak informasi berbeda dalam selang waktu yang berdekatan.
Contohnya, ketika kamu menerapkan belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) untuk ulangan Matematika esok hari. Kamu belajar nonstop, menghafal semua rumus dan definisi dari beberapa topik, hingga latihan soal. Tapi, karena otakmu dipaksa mengingat banyak informasi dalam waktu yang singkat, akhirnya informasi-informasi tersebut akan saling campur aduk. Akibatnya, keesokan harinya, materi yang kamu pelajari semalam nggak bisa semuanya kamu ingat. Oleh karena itu, belajar SKS sangat nggak dianjurkan ya, karena hasilnya juga nggak akan maksimal.
Kecenderungan untuk Melupakan suatu Hal
Selanjutnya, lupa juga bisa terjadi karena kita sengaja ingin melupakan memori-memori tersebut. Nah, biasanya, memori-memori yang sengaja ingin dilupakan ini berisi kejadian-kejadian yang kurang menyenangkan atau traumatik. Kejadian yang kalau diingat, bisa membuat kita sedih, kecewa, takut, cemas, dan lain sebagainya. Jadi, kita berusaha untuk mencegah ingatan itu muncul kembali agar perasaan kita lebih baik.
Nah, selain empat hal yang udah dijelaskan di atas, kondisi fisik juga bisa menyebabkan kita mudah lupa. Misalnya, saat kita kurang tidur dan stres. Akibatnya, otak sulit berkonsentrasi, sehingga menurunkan daya ingat kita.
Oke, sekarang, kamu udah tau kan alasan yang menyebabkan kita bisa lupa. Lupa merupakan kondisi yang normal terjadi pada manusia. Adakalanya, lupa bisa menimbulkan banyak masalah. Tapi, lupa juga bisa membantu kita untuk mengelola berbagai macam peristiwa yang menyakitkan dalam hidup kita, serta mendorong kita untuk hanya mengingat hal-hal yang penting aja.
Kalau kamu sering lupa dengan materi pelajaran yang baru diajarkan oleh gurumu, kuncinya, kamu perlu mengulang kembali materi itu. Nah, kamu bisa gunakan aplikasi ruangbelajar, nih. Video belajar animasinya yang menarik pasti nggak akan membuatmu bosan dalam mengulang materi. Selain itu, videonya juga bisa didownload. Jadi, kamu bisa menontonnya berkali-kali dengan bebas kuota!
—
Download sumber:
Kapasitas Otak – Nanoconnectomic upper bound on the variability of synaptic plasticity