Kapan Sebaiknya Anak Dikenalkan Pada Buku?
Artikel ini memberikan informasi untuk para orang tua, yang ingin mengetahui kapankah waktu yang pas untuk mengenalkan buku kepada anak dan seberapa pentingkah mengenalkan buku pada anak.
—
Buku adalah jendela ilmu, begitulah petuah para pujangga yang sering dikutip para guru. Buku tak hanya melulu tugas sekolah tapi juga menjadi pemuas ruhiah dan batiniah. Ada jiwa yang harus dipuaskan oleh pengetahuan, adapula jiwa yang harus disembuhkan dari ketersesatan. Ilmu adalah kunci dalam memaknai hidup duniawi. Tanpa ilmu, seseorang tak akan mengenal jati diri, dan untuk apa dia hidup di dunia ini. Membaca juga berarti berkelana, mengenal dunia luar yang luas tanpa batas. Dari Kutub Utara yang beku hingga Gurun Sahara yang tak bertepi, maka buku juga dikenal sebagai jendela dunia, cukup dengan buku kita mampu melanglangbuana.
Lalu muncul pertanyaan, kapan sebaiknya kita membaca buku?
Sebenarnya, tidak ada batasan yang pasti kapan sebaiknya kita mulai membaca buku. Kita bisa mulai membacanya kapanpun kita mau. Namun bagaimana dengan anak-anak? Pada umur berapa mereka sebaiknya dikenalkan dengan buku?
Nah, menurut American Optometric Association, manusia mulai dapat melihat dengan jelas itu, pada usia 5 bulan. Pada usia ini, mata manusia telah mampu membedakan warna secara sempurna, juga mampu mempersepsikan bentuk dan dimensi dari suatu benda. Bahkan, di usia inilah bayi mulai mengkoordinasikan antara penglihatan dengan respon motorik, sehingga bayi mulai memegang dan menarik apa yang dia lihat.
Jadi, di fase inilah waktu yang paling tepat untuk Anda mulai mengenalkan buku pada anak. Tapi bukan buku secara harfiah, yang isinya tulisan semua yaa, tapi buku-buku mainan yang terbuat dari kain atau bahan lembut berisikan gambar dengan warna-warna yang cerah. Hal ini akan membantu merangsang otak bayi dalam menyempurnakan kemampuannya mengolah sensor dan motoriknya.
Buku kain bergambar untuk merangsang sensor motorik anak. (sumber: popmama.com)
Pada usia 8 bulan, bayi akan berucap satu-dua patah kata, meskipun pelafalannya kurang sempurna. Pada fase ini bayi harus banyak dirangsang dari segi bicara. Maka dari itu, sebaiknya mulai diberikan banyak kosa kata baru yang bisa diucapkan oleh orang tua. Bayi harus mulai banyak diajak bicara dengan banyak variasi kata, salah satunya melalui buku. Anda juga bisa mendongeng melalui buku-buku cerita, dengan begitu, anak akan banyak berimajinasi tentang buku yang sedang dibacakan, dan kemampuannya berpikir pun mulai terasah.
Membacakan buku cerita bergambar kepada anak. (sumber: Fimela.com)
Penelitian Michael B. Robb dari universitas California yang ditulis dalam British Journal of Development Psychology, menjelaskan bahwa cara terbaik untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara adalah melalui buku cerita. Membaca buku cerita memberikan kosa kata yang lebih kaya serta memberikan konteks interaksi verbal, sehingga anak dapat meniru kebiasaan atau ekspresi ketika suatu kata diucapkan. Namun, ada hal yang perlu juga diingat, ketika bercerita kepada anak, pelafalannya harus jelas dan ekspresif, sehingga anak menerima kata secara tepat.
Baca juga: Pentingnya Orang Tua Menerapkan Pendidikan Kontekstual di Rumah
Banyak kesalahan dilakukan orang tua ketika mengajak anak bicara dengan bahasa yang cadel. Misalkan ketika mengucapkan “susu” sering orang tua ketika mengomunikasikannya kepada anak menggunakan kata “cucu” agar berkesan lucu. Contoh lain misalkan kata “jeruk”, sebagian orang tua mengatakannya dengan “jeyuk” kepada anak. Sengaja salah dalam pengucapan ini sebaiknya dihindari karena berpengaruh kepada pelafalan kata oleh anak ketika masuk fase toddler yang sangat aktif berbicara.
Fase toddler pada anak adalah fase yang sangat penting pada rentang usia 1 hingga 3 tahun. Di fase ini otak anak berkembang pesat terutama untuk fungsi motorik meliputi kemampuan berbicara, berjalan, melompat hingga memanjat.
Namun kesalahan paling besar dari orang tua adalah membiarkan anak terlalu banyak menonton televisi atau video-video di internet tanpa adanya pendampingan yang serius. Penelitian dari Thomas F. Campbell dari University of Pittsburg Amerika, menjelaskan bahwa, salah satu faktor terbesar yang membuat anak mengalami speech delay atau keterlambatan bicara adalah kurangnya pendidikan dan pendampingan orang tua, ketika anak berusia enam bulan hingga satu tahun.
Membiarkan anak menonton TV atau video sendirian membuat kemampuan verbal anak tidak berkembang secara optimal, karena tidak ada interaksi dua arah. Berbeda ketika orang tua bercerita bersama anak, akan muncul interaksi, candaan, gurauan. Sehingga selain belajar kosa kata, akan muncul pula kedekatan batiniah antara anak dengan orang tua.
Sebagai orang tua di zaman modern ini, memang tidak mudah menanamkan kebiasaan membaca buku kepada anak-anak. Namun sebagai orang tua kita selayaknya introspeksi pada diri kita sendiri, sudahkah kita mendampingi dan mengarahkan mereka dalam belajar khususnya dalam membaca buku. Tak ada kata terlambat dalam memberikan perhatian yang lebih kepada anak, karena orang tua adalah madrasah awal pendidikan anak sebelum mereka belajar bermacam ilmu di luar sana bersama orang lain.
—
Kak Fendi adalah Master Teacher Kimia Ruangguru, ia memiliki hobi memancing dan suka traveling. Kamu bisa bertemu dengan Kak Fendi di video-video belajar kimia yang ada di ruangbelajar. Yuk, belajar seru bareng Kak Fendi, dan hidupkan mimpimu sekarang juga!