Mau Jadi Pengajar Spesial? Ini Rahasianya ala Amalia Maulana
Artikel ini adalah rangkuman acara NGUPAS (Ngumpul Asyik) Vol. 3 dari tim ruangpengajar pada tanggal 3 Agustus 2020 melalui live streaming di Zoom dengan pembicara Ibu Amalia E. Maulana, Ph.D. sebagai Branding Consultant, Ethnographer, dan Director di ETNOMARK Consulting.
—
Masih banyak ditemui para pengajar yang salah mengartikan personal branding. Salah satunya adalah menganggapnya sebagai ajang popularitas saja. Padahal, para pengajar harus bisa menonjolkan dirinya masing-masing dengan segala kekurangan dan kelebihannya–berperilaku apa adanya dan menjadi orisinal di tengah-tengah kompetisi pencarian pengajar. Menurut Amalia, ada banyak orang yang bisa mengajar tetapi hanya beberapa saja yang bisa menjadi pengajar dengan kualifikasi “thought leader”.
“Personal branding for teacher become a thought leader ini berbeda dengan personal branding di workshop yang umum, karena audiensnya adalah pengajar. Bukan hanya punya brand cemerlang saja, tetapi seorang pengajar harus bisa menginspirasi, memberikan sesuatu yang bisa mengubah dan mentransformasikan audiensnya,” ujar Amalia. Menurutnya, seorang thought leader itu mempunyai keahlian tertentu yang kemasannya berbeda dengan yang lain.
Menurut Amalia yang juga seorang dosen di BINUS University, dalam acara yang berjalan sekitar 2 jam itu, branding adalah janji atau ekspektasi yang dikomunikasikan. Maka dari itu untuk mengelola ekspektasi, perlu ada pembuktian. Sebagai pengajar, Anda harus memahami dan mengelola persepsi dari berbagai pemangku kepentingan karena masing-masing keinginannya berbeda-beda, baik itu murid, orang tua murid, institusi tempat bekerja (dalam konteks ini di Ruangguru), rekan kerja, dan lain-lain. Tidak mungkin seorang pengajar hanya fokus mengelola persepsi dari salah satu pihak saja, karena masing-masing saling berkaitan dan mempengaruhi.
Evaluasi hubungan Anda dengan pihak lain (Sumber: cisgz.com)
“Untuk mudahnya, coba evaluasi diri sudah sejauh apa relationship dengan murid, orangtua murid, serta institusi? Analogikan hubungan ini dengan pertemanan. Apakah mereka masih menganggap Anda sebagai teman biasa, sudah menganggap Anda teman baik, atau bahkan sudah merasa Anda itu sahabat sejatinya?” jelas Amalia.
Jika posisi masih sekadar teman – just friends – pikirkan bagaimana agar bisa meningkatkan hubungan menjadi ‘sahabat’ dengan memberikan nilai (yang lebih). Peningkatan derajat pertemanan bisa terjadi saat moment of truth, saat berinteraksi, dimana nilai yang diharapkan berhasil tersampaikan dan tercipta enjoyable experience. Ini ciri-ciri personal brand yang kuat. Jika sudah menjadi ‘sahabat’, Anda bisa lebih mudah direkomendasikan oleh orang lain. “Strong brand tidak bisa dibangun dalam semalam, tetapi memerlukan waktu, energi, bahkan uang dan kadang, air mata,” tambah Amalia sambil mengutip isi bukunya yang berjudul “Brandmate: Mengubah Just Friends Menjadi Soulmates”.
Nah, brand kuat yang dibangun dengan susah payah setara dengan manfaat yang diterima. “Bagi Anda para pengajar yang memiliki brand yang kuat, akan didahulukan ketika adanya tawaran mengajar, dengan begitu Anda dapat memilih kesempatan tawaran mengajar mana yang Anda suka. Lebih dari itu, saat Anda salah dipersepsikan oleh orang lain maka akan ada ‘sahabat’ atau audiens Anda yang mengklarifikasi dan membela,” jelas Amalia terkait manfaat tersebut.
Personal branding adalah keunikan Anda (Sumber: dineroclub.net)
Tidak berhenti di bagian itu saja, Amalia mengingatkan bahwa sebagai seorang pengajar juga harus pintar memilih afiliasi. Afiliasi yang dimaksud adalah berupa perusahaan swasta, kampus, sekolah, dan lain-lain. Jika Anda salah memilih afiliasi, maka brand yang kuat akan sia-sia. Bagaimana orang lain melihat diri Anda itu akan ditentukan oleh dimana Anda berada. Ruangguru sebagai perusahaan rintisan swasta bidang pendidikan milik Indonesia yang telah enam tahun hadir adalah afiliasi yang tepat untuk para pengajar berbagi ilmunya bagi jutaan murid di Indonesia.
Amalia memberikan petunjuk untuk pengajar yang ingin fokus untuk membangun personal branding-nya sebagai berikut.
-
Riset tentang bagaimana persepsi murid, orang tuanya, atasan, terhadap diri Anda.
-
Identifikasi keahlian, kompetensi, personality apa yang ingin ditonjolkan dari diri Anda, yang menjadikan Anda berbeda dari yang lain; sesuatu yang dibutuhkan oleh audiens.
-
Periksa dari hasil riset, apakah brand positioning yang lama masih relevan. Ataukah perlu dibuat yang baru yang lebih konkrit dan jelas arahnya.
-
Lalu, pikirkan desain dan cara penyampaian untuk target audiens. Value yang bisa dirasakan itu dalam bentuk seperti apa.
-
Terakhir, komunikasikan keberadaan diri Anda dengan dua cara, yaitu direct dan indirect. Direct marketing communication dilakukan pada saat Anda bertemu atau berkomunikasi secara langsung dengan orang lain. Sedangkan indirect marketing communication dilakukan secara tidak langsung melalui media (sosial) yang digunakan untuk menyampaikan aktivitas, cerita, atau konten Anda. Jangan lupa kemas dengan Brand Story yang engaging dan menarik.
Satu yang perlu diingat, personal brand yang kuat tidak berarti seseorang harus menjadi sempurna. Fokuslah untuk menciptakan hal-hal positif dibandingkan hal negatif atau kelemahan yang tentunya dimiliki oleh setiap orang, saat berinteraksi dengan pihak lain. Nah, jangan tunggu lama-lama lagi. Segera bangun personal brand Anda sebagai seorang thought leader yang kokoh.
—–
Semoga pembahasan kali ini cukup membantu Anda. Anda senang mengajar? Anda punya kenalan yang suka mengajar? Yuk, daftarkan diri Anda dan ajak rekan Anda untuk daftar di ruangpengajar!