3 Film dengan Pesan Terbaik Sepanjang Masa yang Wajib Kamu Tonton
Artikel ini akan membahas tentang 3 film dengan pesan terbaik sepanjang masa yang wajib kamu tonton. Untuk kamu yang lagi membutuhkan rekomendasi film, simak artikel ini sampai habis, ya!
—
Tahukah kamu bahwa setiap film yang pernah kamu saksikan dirancang sedemikian rupa untuk menyampaikan sebuah pesan? Yup, aku yakin bahwa kamu telah mengetahui fakta yang satu ini. Question is, what can make a movie so special for its audience? Faktor pertama adalah keberhasilan sutradara menyampaikan pesannya melalui sejumlah adegan dan skrip yang dibuat secara hati-hati.
Selain itu, terdapat faktor kedua yang bisa membuat sebuah film begitu berkesan yaitu pesan yang disampaikan oleh film itu sendiri. Khusus untuk kamu pecinta dunia perfilman, artikel ini akan membahas tentang 3 film dengan pesan terbaik sepanjang masa yang wajib kamu tonton. Untuk kamu yang sudah menonton ketiga film ini, sekarang adalah saatnya memetik pelajaran baik yang terkandung dalam setiap cerita. So, all you have to do now is sit, relax, and enjoy reading this article!
1. The Pursuit of Happyness
The Pursuit of Happyness adalah sebuah film bergenre biografi dan drama yang disutradarai oleh Gabriele Muccino. Untuk kamu yang belum pernah menonton film ini, ketahuilah bahwa film ini dibintangi oleh dua aktor terkenal yaitu Jaden Smith dan Will Smith. Waduh, kok nama belakang keduanya sama-sama Smith? Jangan-jangan Will itu kakeknya Jaden, ya? Nggak gitu juga kali, guys! Truth be told, di kehidupan nyata, Will merupakan ayah dari Jaden. Now, enough about the Smith’s family tree and let’s get down to business!
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa film ini diberi judul The Pursuit of Happyness? Kalau kamu pernah mempertanyakan hal ini, here’s an answer that I can give to you. Secara garis besar, film ini menceritakan perjuangan seorang salesman yang berjuang di tengah ketidakpastian demi membahagiakan anaknya. Wait, kenapa pakai kata ketidakpastian, ya? Sebelumnya, ketahuilah bahwa Chris sempat menginvestasikan seluruh uangnya untuk menjadi distributor sebuah alat kedokteran. Namun, dalam pemasarannya, Chris menyadari bahwa alat kedokteran yang dijualnya itu terlalu mahal dan kurang dibutuhkan.
Yup, langkah besar yang sempat diambilnya itu menyisakannya seorang anak untuk dibahagiakan sendirian tanpa cukup harta untuk mewujudkannya. Lho, memangnya Chris tidak mempunyai istri? Hm, awalnya sih punya, tetapi tidak ketika Chris jatuh ke titik terendah kehidupannya. Tak mau kalah dari kerasnya kehidupan, Chris memutuskan untuk kembali mengadu nasibnya dengan mengikuti seleksi menjadi pialang saham.
Kala itu, Chris mendedikasikan enam bulannya untuk belajar menjadi pialang saham dan menitipkan anaknya di tempat penitipan anak selama jam kerjanya. Guess what? Perjuangan tanpa rumah yang tetap untuk beristirahat dan uang untuk makan dengan secukupnya itu akhirnya berbuah manis. Yes, Chris terpilih menjadi pialang saham di perusahaan pilihannya dan berhasil di pekerjaan barunya itu. Curious what this movie really wants to tell you? Here’s the answer: Have faith in yourself and never give up.
2. The Karate Kid (2010)
The Karate Kid adalah sebuah film bergenre drama yang disutradarai oleh Harald Zwart. Nah, film yang satu ini dibintangi oleh dua aktor ternama yaitu Jaden Smith dan Jackie Chan. Hah, Jaden Smith lagi? Nggak salah baca, nih? Tentunya tidak! Film ini memang dibintangi oleh Jaden Smith, namun, pada film ini ia sudah bertumbuh besar. Untuk kamu yang belum pernah menonton film ini, ketahuilah bahwa pada film ini Jaden memainkan karakter Dre Parker dan Jackie Chan memainkan karakter Mr. Han. Sekarang, kamu pasti bertanya-tanya kan mengapa film ini aku juluki inspiratif? What’s so special about this movie? Without further ado, let’s get to it now!
Hm, mulai dari mana, ya? Ya dari awal, dong. Sejujurnya, semua cerita yang ada dalam film ini bermula dari pindahnya Dre Parker ke negeri orang yaitu Cina. Satu hal yang perlu kamu ketahui, Dre merupakan anggota warga negara Amerika Serikat. Yup, fakta bahwa dirinya merupakan anggota warga negara lain memang sangat menghambatnya untuk beradaptasi dengan budaya yang ada. Nah, kalau kamu berpikir bahwa seorang minoritas seperti Dre rentan terhadap perundungan, you’re so right! Tetapi, pada film ini, perundungan yang diterima Dre mempertemukannya dengan seorang master Kung Fu bernama Mr. Han.
Yes, di tengah perundungan, Mr. Han datang menyelamatkan Dre dari kekerasan berbasis kebencian yang diterimanya. Sejak peristiwa itu, Dre secara terus menerus membujuk Mr. Han untuk menjadi gurunya dalam menaklukan dunia Kung Fu. Sempat menolak permintaan Dre itu, Mr. Han akhirnya bersedia untuk menjadi pembimbing Dre dalam menaklukan dunia Kung Fu. Let me spill the tea for you, pertemuan Dre dengan Mr. Han berujung pada berdirinya kaki Dre pada sebuah turnamen Kung Fu melawan Cheng yang sudah berkali-kali menyakitinya.
Pada adegan turnamen, film ini menunjukkan jati diri Dre yang sesungguhnya. Cheng, di bawah sang master mematahkan tulang kaki Dre demi memenangkan pertandingan. Sementara itu, Dre di bawah sang master memenangkan pertandingan hanya dengan fokusnya seperti ular dan kekuatan besar. Tak mau kalah dari rasa sakit yang diberikan oleh lawannya, Dre bangkit berdiri dan menaklukan turnamen dengan begitu sempurna. Yes, film ini menutup kisah Dre dengan kemenangannya pada turnamen yang menghadiahkannya hormat tertinggi dari musuhnya sendiri. I guess, it is true what Mr. Han once said: Kung Fu is for knowledge, defense. Not to make war, but create peace.
Baca juga: Redefinisi Maskulinitas: K-Pop Idol Pria Lawan Toxic Masculinity melalui Seni
3. Hidden Figures (2017)
Hidden Figures adalah sebuah film bergenre biografi dan drama yang disutradarai oleh Theodore Melfi. Berbeda dengan dua film sebelumnya yang secara terutama dibintangi oleh laki-laki, film yang satu ini dibintangi oleh tiga aktris yang tak kalah hebatnya. Waduh, tokoh utamanya saja ada tiga, nih? Yup, mereka adalah Taraji P. Henson, Octavia Spencer, dan Janelle Monae. Dalam film ini, Taraji memainkan karakter Katherine Johnson, Octavia memainkan karakter Dorothy Vaughan, dan Janelle Monae memainkan karakter Mary Jackson. Alright, karena kamu sudah mengetahui siapa saja karakter utama dalam film ini, let’s talk about why this movie is so inspiring for a lot of people.
Simply put, film ini bercerita tentang tiga perempuan yang bekerja di The National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang memiliki sumbangan besar dalam peluncuran astronot John Glenn ke orbit. Complexly put, film ini bercerita tentang bagaimana ketiga perempuan tersebut melawan rasisme dan diskriminasi gender di tempat kerja mereka. You’re right, baik Katherine, Dorothy, maupun Janelle, ketiganya merupakan perempuan berkulit hitam atau yang biasa dijuluki sebagai The People of Color. Untuk kamu yang belum menonton film ini, ketahuilah bahwa seluruh peristiwa pada film ini dikisahkan terjadi pada tahun 1961 ketika hukum Jim Crow masih berlaku. Before you ask, hukum Jim Crow merupakan hukum yang memisahkan warga kulit putih dan kulit hitam di Amerika Serikat.
Hm, kamu penasaran nggak sih sejauh mana pemisahan berdasarkan warna kulit yang digambarkan oleh film ini? Waduh, bikin gemas penonton banget, guys! Pada film ini, digambarkan bahwa NASA memisahkan kamar mandi hingga termos kopi orang kulit putih dan orang kulit hitam. Hal ini digambarkan dengan tegas melalui salah satu pernyataan Katherine yang berbunyi: “Lord knows you don’t pay the colored enough to afford pearls! And I work like a dog day and night, living on coffee from a pot none of you want to touch! So, excuse me if I have to go to the restroom a few times a day”. Yup, racism is that nasty at the time, tetapi ini bukanlah satu-satunya masalah yang harus dihadapi oleh Katherine, Dorothy, dan Janelle. Selain rasisme, ketiganya harus mengecap perilaku diskriminatif berbasis gender.
Why is it happening to them? There’s only one answer to this question: Mereka adalah perempuan. Pada film ini, perilaku diskriminatif berbasis gender salah satunya ditunjukkan oleh bagaimana ketiganya diposisikan dalam pekerjaannya. Lebih daripada itu, Theodore turut menekankan bahwa jenis kelamin ketiganya membuat sejumlah laki-laki berusaha untuk membungkam suara dan kemampuan mereka. Yes, sexism is wrong in so many ways, but it does exist.
Hidup di tengah dunia yang mencoba untuk membungkam kemampuan luar biasa milik perempuan bukanlah hal yang mudah. Namun, film ini membuktikan bahwa keputusan ketiganya untuk terus bekerja pada bidang yang mereka sukai, terlepas dari kerasnya rasisme dan seksisme, nyatanya menjadikan mereka pahlawan dalam realisasi suatu impian besar. Sekarang, kamu tidak heran kan mengapa kisah yang diangkat dari buku bertajuk “Hidden Figures: The American Dream and the Untold story of the Black Women Who Helped Win the Space Race” ini pantas dijuluki sebagai film dengan pesan terbaik sepanjang masa?
Akhirnya, itulah tiga film dengan pesan terbaik sepanjang masa yang wajib kamu tonton. Yup, ketiga memang menyampaikan pesan yang berbeda-beda, namun ketiganya tentunya akan memiliki tempatnya tersendiri di hatimu. Mungkin, inilah alasanku begitu menyukai menonton film, simply because it can moves and inspires our soul. Untuk kamu yang sudah menonton ketiganya, ketahuilah bahwa masih ada banyak lagi film dengan pesan yang tak kalah baiknya. Hm, kamu bisa loh menjadi salah satu orang yang memberikan rekomendasi film dengan pesan terbaik sepanjang masa. Caranya? Gampang, kamu hanya perlu menulisnya di kolom komentar. Oh ya, untuk kamu yang belum menonton ketiganya, I am genuinely sorry for the spoilers dan jangan lupa untuk tetap menontonnya secara utuh, ya!
Referensi:
AMAZON, 2017. Movie Poster – Hidden Figures. [image] Available at: https://www.amazon.com/Hidden-Figures-NASA-Movie-Poster/dp/B07QV526BF [Accessed 19 August 2021].
AMAZONE, 2007. Will Smith – The Pursuit of Happyness. [image] Available at: https://www.amazon.co.uk/Pursuit-Happyness-Will-Smith/dp/B00FFSR2PI [Accessed 19 August 2021].
IMDB, 2010. Jackie Chan and Jaden Smith in The Karate Kid (2010). [image] Available at: https://www.imdb.com/title/tt1155076/mediaviewer/rm2737668608/ [Accessed 19 August 2021].