Deflasi: Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Contohnya | Ekonomi Kelas 11

Deflasi

Kalau kamu sering mendengar inflasi, kamu tahu deflasi gak? Nah, deflasi ini merupakan kebalikan dari inflasi. Yuk simak pengertian, penyebab, dampak, contoh, pencegahan deflasi hingga perbedaanya dengan inflasi di artikel Ekonomi Kelas 11 berikut ini!

 

Kamu mungkin sering dengar kata inflasi. Nah, lawan dari inflasi adalah deflasi. 

Deflasi secara umum dapat diartikan sebagai kondisi dimana harga-harga barang menurun. Terdengar menyenangkan bukan? 

Tapi, Meskipun terdengar baik karena harga lebih rendah, deflasi bisa berbahaya bagi perekonomian karena dapat menyebabkan penurunan produksi, pengangguran, dan penurunan investasi.

Nah, dalam artikel ini kita akan membahas lebih dalam mengenai apa itu deflasi, penyebab dan dampaknya, serta cara untuk mengatasi deflasi itu. Jadi, jangan lewatin dan baca artikel ini sampai habis ya guys!

Baca Juga: Pengertian Indeks Harga, Macam-Macam, Tujuan, Peran, dan Ciri-Ciri | Ekonomi Kelas 11

 

Apa Itu Deflasi?

Deflasi artinya terjadi penurunan umum dalam tingkat harga barang dan jasa dalam perekonomian selama periode waktu tertentu. 

Deflasi berlawanan dengan inflasi, di mana harga-harga cenderung naik. Deflasi dapat terjadi akibat berbagai faktor, seperti penurunan permintaan agregat, peningkatan produksi barang dan jasa, atau penurunan biaya produksi. 

Meskipun penurunan harga tampaknya menguntungkan konsumen karena daya beli meningkat, deflasi dapat menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan ya guys.

Salah satu penyebab utama deflasi adalah penurunan permintaan agregat atau total permintaan dalam perekonomian. 

Ketika konsumen dan perusahaan mengurangi pengeluaran mereka karena ketidakpastian ekonomi atau kondisi pasar yang buruk, maka permintaan terhadap barang dan jasa berkurang. 

Produsen yang menghadapi penurunan permintaan cenderung menurunkan harga untuk menarik pembeli, yang pada gilirannya memicu deflasi. Dalam jangka panjang, penurunan permintaan ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

 

Sebelum kamu lanjut belajar tentang deflasi,  misal kamu tertarik lebih dalam dengan materi ekonomi nih, kamu boleh loh belajar langsung bareng tutor yang keren-keren dari Ruangguru Privat Ekonomi!

Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!

CTA Ruangguru Privat

 

Penyebab Deflasi

Deflasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

1. Penurunan Permintaan Agregat

Permintaan agregat adalah hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang atau jasa sesuai dengan tingkat harga tertentu ya guys. Nah, ketika konsumsi dan investasi berkurang, baik oleh konsumen maupun perusahaan, maka permintaan terhadap barang dan jasa akan turun.

Penurunan permintaan ini biasanya terjadi saat kondisi ekonomi memburuk, seperti saat resesi atau ketidakpastian ekonomi yang membuat konsumen dan pelaku bisnis ragu untuk mengeluarkan uang. Akibatnya, produsen menurunkan harga untuk menarik pembeli, yang memicu deflasi.

 

2. Peningkatan produksi barang atau layanan yang melebihi permintaan pasar

Jika pasokan barang meningkat, tetapi tidak ada peningkatan permintaan yang seimbang, maka persaingan antara produsen akan menyebabkan penurunan harga. 

Peningkatan produksi ini sering kali dipicu oleh kemajuan teknologi atau inovasi yang memungkinkan perusahaan menghasilkan barang dengan biaya yang lebih rendah. 

Ketika biaya produksi turun, produsen cenderung menurunkan harga untuk menjual produk mereka, yang dapat menyebabkan penurunan harga secara umum dalam perekonomian.

 

3. Penurunan biaya produksi

Ketika harga bahan baku atau tenaga kerja turun, perusahaan dapat memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah

Misalnya, penurunan harga energi atau bahan baku dapat mengurangi biaya produksi, yang memungkinkan produsen menurunkan harga jual. Walaupun hal ini bisa meningkatkan daya saing dan memperbaiki margin keuntungan, penurunan harga yang berkelanjutan dapat berkontribusi pada deflasi, terutama jika hal ini tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan.

 

4. Kebijakan moneter yang terlalu ketat juga dapat memicu deflasi

Ketika bank sentral meningkatkan suku bunga atau mengurangi jumlah uang yang beredar, hal ini dapat mengurangi jumlah uang yang tersedia untuk dibelanjakan dalam perekonomian. 

Akibatnya, konsumsi dan investasi berkurang, yang menyebabkan penurunan permintaan agregat. Jika kebijakan moneter yang ketat berlangsung lama, ini dapat menyebabkan penurunan harga secara lebih luas, karena daya beli masyarakat berkurang dan produksi barang serta jasa terhambat.

Baca Juga: Pengertian Fungsi Permintaan dan Penawaran | Ekonomi Kelas 10

 

Dampak Deflasi

Meskipun dapat membuat harga barang dan jasa lebih murah, sebenarnya deflasi memiliki dampak yang merugikan bagi perekonomian dalam jangka panjang. Salah satu dampak langsungnya adalah penurunan konsumsi

Ketika konsumen mengantisipasi bahwa harga akan terus turun, mereka cenderung menunda pembelian untuk mendapatkan harga yang lebih rendah di masa depan. 

Penurunan ini mengurangi permintaan agregat, yang pada gilirannya menurunkan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada konsumsi untuk pertumbuhan mereka. 

Akibatnya, penurunan pendapatan ini dapat menyebabkan penurunan produksi dan bahkan pemutusan hubungan kerja.

Selain itu, deflasi juga dapat menurunkan tingkat investasi. Perusahaan akan merasa enggan untuk berinvestasi dalam ekspansi atau inovasi karena mereka khawatir akan pendapatan yang berkurang akibat harga yang terus menurun. 

Dengan laba yang tertekan, perusahaan cenderung menunda atau membatalkan proyek baru. Penurunan investasi ini memperlambat pertumbuhan ekonomi, menghambat inovasi, dan mengarah pada stagnasi dalam jangka panjang.

Dampak Deflasi

 

Deflasi juga meningkatkan beban utang riil. Ketika harga barang dan jasa turun, nilai riil utang yang harus dibayar oleh individu, perusahaan, dan pemerintah menjadi lebih berat, karena jumlah uang yang diperlukan untuk membayar utang tetap sama, namun daya beli uang meningkat. 

Perusahaan yang memiliki hutang besar akan kesulitan untuk membayar hutang mereka, yang bisa menyebabkan kebangkrutan atau pengurangan kapasitas produksi. Hal ini juga berdampak pada pemerintah yang harus membayar utang luar negeri, memperburuk defisit anggaran dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Salah satu dampak paling merusak dari deflasi adalah meningkatnya pengangguran. Ketika permintaan barang dan jasa menurun, perusahaan akan mengurangi jumlah produksi dan memotong biaya dengan mengurangi tenaga kerja. 

Hal ini menyebabkan pengangguran meningkat, yang semakin memperburuk kondisi perekonomian karena pengangguran berarti lebih sedikit orang yang dapat berbelanja, yang pada akhirnya menurunkan permintaan lebih lanjut. Dalam siklus ini, deflasi dapat menciptakan situasi resesi berkepanjangan atau bahkan depresi ekonomi.

Terakhir, deflasi bisa merusak stabilitas sektor keuangan. Ketika harga barang dan jasa menurun terus-menerus, bank dan lembaga keuangan menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan kredit. Hal ini disebabkan oleh penurunan nilai aset yang dijaminkan, yang meningkatkan risiko kerugian bagi lembaga keuangan. 

Selain itu, perusahaan dan individu yang kesulitan membayar hutang mereka dapat meningkatkan kemungkinan gagal bayar, yang memperburuk ketidakstabilan pasar kredit dan menghambat pemulihan ekonomi. Jika tidak ada kebijakan yang efektif, deflasi dapat mengancam stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Baca Juga: Jenis-Jenis Inflasi yang Bisa Terjadi di Suatu Negara | Ekonomi Kelas 11

 

Perbedaan Inflasi dan Deflasi

Inflasi dan Deflasi merupakan dua fenomena yang berlawanan dalam ekonomi yang mengacu pada perubahan dalam tingkat harga barang dan jasa. 

Deflasi adalah penurunan umum dalam harga barang dan jasa di seluruh perekonomian. Ini sering terjadi ketika permintaan agregat menurun atau ketika produksi barang dan jasa meningkat lebih cepat daripada permintaan. 

Dalam kondisi deflasi, konsumen mungkin menunda pembelian karena mereka mengharapkan harga akan terus turun, yang pada gilirannya mengurangi permintaan lebih lanjut. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pendapatan, peningkatan pengangguran, dan bahkan resesi ekonomi.

Sementara itu, inflasi adalah kebalikan dari deflasi, yaitu kenaikan umum dalam harga barang dan jasa dalam perekonomian selama periode waktu tertentu. Inflasi dapat terjadi karena beberapa faktor, termasuk meningkatnya permintaan (demand-pull inflation) atau peningkatan biaya produksi seperti bahan baku dan upah (cost-push inflation). 

Dalam inflasi, harga-harga naik, yang dapat mengurangi daya beli uang dan meningkatkan biaya hidup. Tapi, inflasi moderat (dalam tingkat yang terkendali) sering dianggap normal dan bahkan diinginkan dalam perekonomian yang sehat, karena dapat mendorong konsumsi dan investasi.

Pengaruh inflasi dan deflasi terhadap perekonomian memiliki dampak yang berbeda. Deflasi sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk, di mana penurunan harga disertai dengan pengurangan produksi, pemutusan hubungan kerja, dan penurunan investasi. 

Sebaliknya, inflasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi karena daya beli masyarakat menurun, meskipun inflasi pada tingkat yang wajar dapat menciptakan stabilitas dan mendorong aktivitas ekonomi. Secara keseluruhan, baik deflasi maupun inflasi dapat merugikan perekonomian jika terjadi secara ekstrem, meskipun keduanya memiliki dampak yang berbeda terhadap konsumsi, produksi, dan kebijakan moneter.

Baca Juga: Pengertian Inflasi, Jenis, hingga Dampaknya Bagi Negara | Ekonomi Kelas 11

 

Contoh Deflasi Yang Pernah Terjadi

Untuk dapat melihat bagaimana deflasi terjadi dan cara mengatasinya, kita bisa melihat contoh deflasi yang pernah terjadi. 

Tiga kasus deflasi yang terkenal dalam sejarah ekonomi adalah Depresi Besar (Great Depression) pada 1930-an, deflasi di Jepang pada 1990-an, dan deflasi yang terjadi di beberapa negara setelah krisis finansial global 2008.

 

1.   Depresi Besar (Great Depression) 1930-an

Kasus deflasi yang paling terkenal dalam sejarah adalah Depresi Besar, yang dimulai pada akhir 1929 setelah keruntuhan pasar saham di Amerika Serikat. Perekonomian global mengalami kontraksi besar, dan banyak negara mengalami penurunan tajam dalam permintaan barang dan jasa. 

Sebagai akibatnya, harga-harga barang jatuh drastis, dengan harga komoditas seperti gandum, tembaga, dan minyak turun lebih dari 30%. 

Penurunan harga ini memperburuk krisis, menyebabkan pengangguran yang tinggi, kebangkrutan perusahaan, dan sektor perbankan yang terancam ambruk. Konsumen menunda pembelian barang karena mereka mengharapkan harga akan terus turun, yang semakin memperburuk resesi.

Cara mengatasi deflasi yang dilakukan oleh pemerintah Amerika serikat saat itu adalah dengan mengimplementasikan serangkaian kebijakan yang dikenal sebagai New Deal. Kebijakan ini mencakup stimulus fiskal yang besar melalui proyek infrastruktur, serta reformasi perbankan dan sistem moneter. 

Federal Reserve juga menurunkan suku bunga dan meningkatkan jumlah uang yang beredar untuk mendorong pinjaman dan investasi. Intervensi ini berhasil memulihkan kepercayaan konsumen dan perusahaan, mendorong konsumsi dan investasi, dan akhirnya membantu mengakhiri deflasi serta memulai pemulihan ekonomi.

Great Deprrssion 1930

Para pengangguran mengantri untuk mendapatkan sup, donat, dan kopi gratis saat Great Depression melanda tahun 1930. (Sumber: Wikipedia.com)

 

2.   Deflasi di Jepang pada 1990-an (Lost Decade)

Pada 1990-an, Jepang mengalami deflasi yang berkepanjangan setelah gelembung ekonomi yang sangat besar di sektor properti dan pasar saham pecah. Setelah krisis ini, Jepang memasuki periode stagnasi ekonomi yang dikenal dengan sebutan “Lost Decade.” Deflasi berlangsung lama, dengan penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus. 

Meskipun Bank of Japan menurunkan suku bunga hingga hampir nol dan melaksanakan kebijakan moneter longgar, konsumsi domestik tetap lemah, dan perusahaan-perusahaan enggan berinvestasi. Penurunan harga properti dan saham mengurangi kekayaan rumah tangga, yang semakin mengurangi pengeluaran konsumen.

Pemerintah Jepang mengatasi deflasi yang melanda negaranya menggunakan kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), yang melibatkan pembelian obligasi pemerintah untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar. Bank of Japan juga mempertahankan suku bunga mendekati nol dan memberikan stimulus fiskal melalui pengeluaran pemerintah. 

Selain itu, Jepang mencoba mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing ekonomi jangka panjang. Meskipun deflasi berlanjut selama lebih dari satu dekade, kebijakan-kebijakan ini membantu menjaga stabilitas finansial dan memulai pemulihan ekonomi bertahap, meskipun Jepang masih menghadapi tantangan deflasi yang terkendali.

 

3.  Deflasi Pasca Krisis Finansial Global 2008

Setelah krisis finansial global 2008, beberapa negara mengalami deflasi atau resesi panjang yang dipicu oleh penurunan tajam dalam permintaan agregat. Di negara-negara seperti Spanyol, Irlandia, dan beberapa negara berkembang, harga properti dan barang konsumen turun drastis, dan pengangguran meningkat tajam. 

Meski sebagian besar negara tidak mengalami deflasi yang parah, dampak krisis menyebabkan penurunan produksi dan investasi yang signifikan. Bank-bank komersial mengurangi pemberian kredit, dan konsumen serta perusahaan menunda pengeluaran mereka, yang memperburuk situasi ekonomi secara keseluruhan.

Bank-bank sentral di banyak negara melonggarkan kebijakan moneternya sebagai cara mengatasi deflasi ini. Kebijakan tersebut termasuk suku bunga rendah dan pelonggaran kuantitatif, di mana bank sentral membeli aset keuangan untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar. 

Selain itu, pemerintah negara-negara yang terdampak juga menerapkan stimulus fiskal besar-besaran melalui pengeluaran untuk proyek infrastruktur dan bantuan kepada sektor-sektor yang terdampak krisis. Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi dan investasi, mengurangi pengangguran, serta mencegah deflasi yang lebih dalam.

Baca Juga: Kebijakan Moneter: Pengertian, Tujuan, Instrumen & Jenis

 

Cara Mengatasi Deflasi

Mengatasi deflasi memerlukan kebijakan yang dapat mendorong permintaan agregat dan mencegah penurunan lebih lanjut dalam harga-harga. Berikut adalah cara mengatasi deflasi ya guys:

 

1. Kebijakan Moneter Eksplanatif

Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang yang beredar di dalam perekonomian ya. Kebijakan ini dilakukan dengan bank sentral menurunkan suku bunga untuk membuat pinjaman lebih terjangkau dan mendorong pengeluaran.

Jika suku bunga sudah sangat rendah (mendekati nol), bank sentral dapat menggunakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), yaitu membeli aset keuangan seperti obligasi pemerintah untuk meningkatkan likuiditas dalam sistem perbankan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mempermudah akses ke kredit dan mendorong konsumsi serta investasi.

 

2. Stimulus Fiskal 

Stimulus fiskal ini memainkan peran penting dalam mengatasi deflasi. Pemerintah bisa meningkatkan pengeluaran untuk proyek-proyek infrastruktur, memberikan bantuan atau subsidi, serta mengurangi pajak untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Pengeluaran pemerintah yang lebih besar dapat menambah permintaan barang dan jasa, menciptakan lapangan kerja, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi. 

Sebagai contoh, pada krisis finansial global 2008, banyak negara meluncurkan paket stimulus fiskal untuk merangsang perekonomian yang tertekan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi dan mengurangi dampak deflasi.

 

3. Reformasi Struktural 

Reformasi Struktural ini dapat membantu mengatasi deflasi dalam jangka panjang. Pemerintah dapat melakukan perubahan yang meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja, memperbaiki sistem perpajakan, atau mendorong inovasi di sektor-sektor produktif seperti teknologi dan manufaktur. Hal tersebut dapat meningkatkan daya saing ekonomi, memperkuat sektor industri, dan menciptakan lapangan kerja baru

Seiring berjalannya waktu, reformasi struktural tersebut akan membantu meningkatkan pendapatan dan konsumsi, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan deflasi. Pemerintah juga bisa memberikan insentif kepada sektor swasta untuk berinvestasi dan meningkatkan produktivitas.

 

4. Menjaga Kepercayaan Konsumen pada Saat Deflasi Terjadi

Terakhir, sangat penting untuk menjaga kepercayaan konsumen dan pasar selama periode deflasi. Ketidakpastian ekonomi dapat memperburuk situasi deflasi karena orang-orang cenderung menunda pengeluaran dan investasi. Oleh karena itu, kebijakan yang jelas dan transparan serta komunikasi yang efektif dari pemerintah dan bank sentral sangat diperlukan untuk memberi keyakinan kepada masyarakat bahwa kondisi ekonomi akan membaik. 

Gimana apakah kamu semua mengerti bagaimana deflasi itu terjadi di negara kita? Sangat berdampak ya untuk kehidupan kita. Kalau kamu mau belajar banyak terkait ilmu ekonomi, kamu bisa lho belajar bersama-sama di Ruangguru. Banyak master teacher yang kompeten dan seru kalau diajak diskusi. Ayo bersama-sama menjadi pelajar yang baik dan berguna untuk Indonesia!

CTA Ruangbelajar

 

Referensi:

Mengenal Deflasi dan Inflasi Serta Pengaruhnya Terhadap Perekonomian (Daring). Tautan: https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3145-mengenal-deflasi-dan-inflasi-serta-pengaruhnya-terhadap-perekonomian.html  (diakses tanggal 6 November 2024).

Apa Itu Deflasi? Ini Pengertian, Jenis, dan Penyebabnya (Daring). Tautan: https://amartha.com/blog/usaha-mikro-ukm/tips-bisnis/apa-itu-deflasi/  (Diakses tanggal 7 November 2024).

Pengertian Deflasi: Jenis, Contoh, Penyebab dan Cara Mengatasinya (daring). Tautan: https://www.gramedia.com/literasi/deflasi/?srsltid=AfmBOorb-NDk6Pr8Scnmm0fXCrzTmX383COcpbkuDxmxfVXvyZ6AoY-G  (Diakses tanggal 7 November 2024). 

Ringgana Wandy Wiguna