Ciri Puisi dan Prosa | Bahasa Indonesia Kelas 6
Cerita Roro dan Guntur kali ini akan mengisahkan tentang bagaimana mereka mengenal prosa dan puisi. Apa sih yang dimaksud prosa dan puisi itu? Seperti apa ciri-cirinya? Simak penjelasannya di petualangan mereka kali ini.
—
“Kamu mau ikut yang mana?” tanya Roro.
Guntur sejenak berpikir. Sedari tadi ia hanya memandangi poster di madingnya.
Seminggu lagi akan ada lomba tingkat daerah untuk kelas 6 SD. Roro dan Guntur memang sangat antusias jika mendengar kata “lomba”. Tapi, lomba kali ini membuat Guntur berpikir dua kali untuk meyakinkan diri untuk ikut serta di dalamnya.
“Kok diam saja?” tanya Roro lagi.
“Aku bingung mau ikut yang mana,” jawab Guntur.
“Pilih salah satu saja. Kamu mau ikut yang jenis prosa atau puisi. Kalau kamu ikut yang prosa, aku ikut yang puisi. Atau bisa sebaliknya,” penjelasan Roro kali ini membuat Guntur memalingkan wajahnya dari poster pengumuman lomba tersebut.
“Ayo deh kita ke kantin dulu,” ajak Guntur.
Roro bingung. Dia menanyakan soal lomba, tapi jawabannya malah diajak ke kantin.
Sesampainya di kantin….
“Sebenarnya aku ingin ikut mengikuti lomba cipta prosa, Ro. Cuma aku bingung….bingung…,” belum selesai Guntur berucap, Kanguru langsung menyela ucapan.
“Bingung karena lupa ciri prosa itu seperti apa. Iya kan?”
“Eh, kamu Kanguru. Ooo…jadi itu yang bikin kamu ragu buat ikut lomba?” tanya Roro.
Guntur mengangguk. “Iya, aku tuh lupa ciri prosa itu seperti apa
“Kalau ciri puisi kamu ingat?” tanya Kanguru.
“Ingat dong. Puisi mah gampang diingat cirinya. Dia tuh punya rima dan irama. Terdiri dari beberapa baris dan bait. Punya makna yang kias (konotatif). Terus, ada amanat di dalamnya dan juga pilihan katanya itu imajinatif,” jawab Guntur.
“Lha itu kamu lancar nyebutin ciri puisi. Kok prosa bisa lupa?” tanya Roro
“Hehe iya. Puisi tuh mudah diingat kalo bagi aku. Soalnya puisi itu sendiri kan karya sastra yang terikat baris, bait, rima, dan irama. Disusun dengan pilihan kata yang membangkitkan imajinasi pula. Nah, kalo prosa ini aku yang lupa, Ro” jelas Guntur.
Kanguru mengubah arah duduknya menghadap ke Guntur.
“Ini aku ingetin lagi. Prosa itu sama kayak puisi. Sama-sama karya sastra cuma disusun dalam bentuk cerita. Ngga terikat dengan rima, baris, bahkan irama. Kesamaannya dengan puisi itu sama-sama punya amanat di dalamnya,” jelas Kanguru.
“Salah satu bentuk prosa itu cerpen dan novel, Guntur,” tambah Roro.
Raut wajah Guntur mulai tersenyum, sepertinya ia ingat akan sesuatu tentang prosa.
“Berarti prosa itu punya alur cerita, tokoh beserta penokohan, ada sudut pandang, serta memiliki latar?” tanya Guntur.
“Yuhuu..betul sekali Guntur,” jawab Roro dengan semangat.
“Nah, berarti sekarang kamu sudah tahu akan mengikuti lomba yang mana? Cipta puisi atau cipta prosa?” tanya Kanguru.
Guntur mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di keningnya. Sedikit berpikir dan membuat Roro penasaran.
“Kamu jadi ikut lomba yang mana Guntur?” tanya Roro sekali lagi.
“Emm…aku ikut lomba cipta prosa aja deh. Aku kan senang dengan cerita-cerita gitu,” jawab Guntur.
“Nah, sekarang sudah pasti dan jelas kan. Guntur ikut yang lomba prosa, berarti Roro ikut yang lomba puisi. Semoga kalian menjadi juara ya,” ucap Kanguru.
Mereka kembali ke kelas dan segera mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba yang sudah mereka sepakati.
Oke teman-teman semua, gimana nih ceritanya? Udah jelas kan ciri puisi dan prosa itu seperti apa? Kalau teman-teman masih kurang paham, bisa diskusi bareng kakak tutor di ruangbelajar plus lho. Boleh tanya soal-soal sulit dan yang pasti belajar kamu jadi ngga ngebosenin.
Pergi ke sawah si bapak tani
Hampir lupa membawa cangkulnya
Ciri puisi dan prosa cukup sampai di sini
Sampai jumpa di cerita selanjutnya