UFO
Karya: Mochamad Bayu Ari Sasmita
—
Ketika aku terbangun di pagi hari pada saat usiaku tujuh tahun, pagi terasa begitu tenang, bahkan terlalu tenang. Burung lovebird ayahku yang ada di belakang rumah bernyanyi menyambut pagi. Lampu sudah padam dan pintu belakang rumah sudah terbuka, tapi tidak kudengar sama sekali bunyi minyak goreng yang dicemplungi ikan atau jenis lauk lainnya.
Tidak juga terdengar suara ibu yang terkadang bercakap-cakap dengan tetangga sebelah. Tidak juga sapu lidi yang menyapu halaman depan dan samping rumah. Aku berjalan ke dapur dan tidak mendapati siapa pun di sana. Kubangunkan ayahku dan bertanya kepadanya tentang ibu. Dia bangkit dan menjelajahi seisi rumah.
Lalu, sambil menempelkan telapak tangannya ke dahinya, dia berkata kepadaku, “Kau dengar suara dengung tadi malam? Tidak. Pasti kau tidak mendengarnya karena kau tidur begitu pulas. Dengung itu berasal dari piring terbang, orang menyebutnya UFO. Benda itulah yang menculik ibumu.” Aku tidak begitu mengerti tentang yang dikatakan ayah, tapi aku mengangguk saja. Anggukanku itu rupanya dapat meredakan raut gelisah di wajahnya. Sejak saat itu, kami hanya hidup berdua saja.
Aku akan berterima kasih kepada ayahku karena dia kemudian merawatku seorang diri di sela-sela kesibukan pekerjaannya. Semenjak saat itu dia tidak lagi mengambil lembur dan selalu segera pulang ketika jam kerja berakhir. Ketika waktu tidur tiba, ayah kemudian selalu berada di sampingku dan sesekali menceritakan dongeng-dongeng tentang ksatria berkuda putih atau petualangan anak-anak dari berbagai belahan dunia. Suatu kali dia pernah menceritakan kepadaku tentang Siegfried.
“Apakah ayah tidak ingin menjadi seperti Siegfried?”
“Apa maksudmu, Maruta?”
“Ayah mungkin bisa menyelamatkan ibu. Hanya saja, ayah tidak perlu melawan seekor naga, tetapi pengemudi UFO.”
“Tidak semudah itu, Maruta,” kata ayah dengan nada sedih. “Tidurlah. Dongeng sudah selesai. Besok aku akan menceritakan kisah lain kepadamu.”
Ayah mencium keningku, hal yang sebenarnya sudah tidak kuinginkan lagi karena aku sudah besar. Siswa SD seharusnya sudah tidak perlu mendapatkan kecupan sebelum tidur dari orang tua mereka. Tapi aku tidak tega untuk menyatakan protes itu kepadanya. Tidak ada lagi yang menjadi curahan rasa cintanya, kecuali aku, setelah ibu diculik oleh UFO. Aku ingin menerima cintanya karena hal itulah satu-satunya yang bisa dilakukannya sekarang sebagai seorang ayah. Dia butuh tempat untuk mencurahkan perasaan semacam itu. Aku tidak akan menjadi anak durhaka.
Baca Juga: Cerpen Benang Layangan Karya Moh. Afaf El Kurniawan
Semenjak ibu diculik oleh UFO ayahku lebih sering mengajakku untuk makan di luar daripada makan di rumah. Ayahku memang payah dalam memasak, bahkan boleh dibilang dia tidak bisa memasak sama sekali. Di hari Minggu yang tidak terlalu panas, ayahku mengajakku untuk makan siang di luar.
“Lebih baik langsung makan di sana, Maruta. Kau tidak suka makan di tempat umum, kan?”
“Bukan seperti itu.”
“Lalu?”
“Aku lebih suka suasana tenang di dalam rumah.”
“Aku mengerti. Maafkan ayah, Maruta. Mungkin ayah telah egois dalam hal ini, hanya dalam hal ini. Sebagai gantinya, aku akan menuruti segala permintaanmu yang lain. Kau keberatan?”
Aku menggeleng.
Setelah itu, ayah melajukan mobil dengan kap terbukanya lebih cepat lagi. Kami melintasi jalanan yang ramai dan dipenuhi mobil dan sepeda motor, ayahku cukup lihai dalam mengendarai mobil. Bangunan-bangunan tinggi berdiri di kiri dan kanan. Saat melihat sekitar itulah aku melihat sesosok perempuan yang ciri-cirinya mirip dengan ibu yang ada di dalam ingatanku. Dia sedang berdiri di samping sebuah mobil berwarna perak di tepi jalan sambil bercakap-cakap dengan seseorang.
“Siapa yang berada di dalam UFO, Ayah?”
“Alien. Makhluk yang berasal dari planet lain. Kepala mereka lonjong dan jari-jemari mereka panjang dan dapat memanjang lagi. Jari mereka bisa masuk ke kepalamu, mencapai otakmu, dan kemudian mengendalikanmu. Mereka juga punya pistol yang memancarkan sinar laser. Jika kau terkena sinar laser itu, tubuhmu akan berlubang. Akan ada lubang seperti huruf O pada tubuhmu. Ada apa, Maruta? Kau tertarik dengan UFO? Kau ingin belajar tentang ruang angkasa agar bisa menyelamatkan ibumu nanti? Aku akan mengirimkanmu ke universitas terbaik yang dapat mengajarimu tentang semesta yang tak terhingga ini.”
“Aku melihat seseorang yang mirip ibu tadi.”
“Hanya dugaanmu. Ibu telah diculik oleh UFO, oleh alien. Mereka membawa ibu pergi ke planet lain. Mungkin mereka menciptakan ilusi untuk menyiksa kita. Para alien itu, Maruta, punya kemampuan seperti itu. Untuk sekarang, mereka lebih hebat daripada manusia.”
“Apa yang akan mereka lakukan kepada ibu?”
Ayahku kemudian melambatkan mobilnya dan berpindah ke lajur kiri secara perlahan. Setelah mobil telah melaju dengan kecepatan sedang di lajur kiri ayah berdehem beberapa kali sebelum menjawab pertanyaanku.
“Aku tidak tahu, Maruta, dan belum ada satu orang pun di muka bumi ini yang tahu tentang nasib manusia yang telah diculik oleh alien.”
“Apa kira-kira ibu masih hidup?”
“Kita akan membicarakan ini lagi nanti, Maruta. Setelah makan siang.”
Tapi, setelah makan siang, ayahku tetap menolak untuk membicarakannya. Dia mengatakan bahwa hal semacam itu tidak pantas untuk dibicarakan di luar rumah. Dia berjanji akan menjawab pertanyaanku di rumah nanti. Tapi, ketika sampai di rumah, dia juga tidak memberiku jawaban. Dia telah mengingkari janji sebanyak dua kali dalam waktu yang berdekatan.
“Tidur siang, Maruta. Itu adalah hal yang penting bagi pertumbuhan. Kau harus tumbuh menjadi anak yang sehat. Tidurlah.”
Sampai hari Minggu berakhir, ayah tetap tidak memberiku jawaban.
Baca Juga: Cerpen Bendera Karya Jelsyah Dauleng
Ketika berada di sekolah, aku bertanya kepada guruku tentang planet-planet yang ada di alam semesta ini. Dia memberitahuku tentang tata surya, menurutnya itulah yang perlu dikenali terlebih dahulu sebelum menjelajah ke tempat yang lebih jauh. Dia menyebut nama-nama planet yang antara lain: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Menurut keterangannya, planet-planet yang disebutkannya itu berputar mengelilingi matahari.
“Ketika bumi berhasil mengelilingi matahari, saat itulah kita merayakan tahun baru.”
“Apakah hanya itu?”
“Tidak, Maruta. Masih banyak. Bahkan terlalu banyak. Di ruang angkasa yang gelap dan tak terhingga itu masih banyak planet-planet yang belum diketahui oleh umat manusia. Penjelajahan masih terus berlanjut.”
“Di planet mana alien tinggal?”
Guruku tertawa sebentar. “Alien?”
“Iya. Alien. Makhluk yang mengendarai UFO.”
“Tidak ada yang namanya alien, Maruta. UFO juga tidak ada. Itu hanyalah pseudo-sains. Sains palsu. Tidak ada UFO di alam semesta ini. Mereka hanya ada di film-film kartun.”
“Tapi ayah bilang bahwa mereka menculik ibu dan membawa ibu pergi dari bumi.”
“Mereka siapa?
“Alien yang mengendarai UFO. Di planet mana mereka tinggal? Aku ingin menjemput ibuku.”
Dia terlihat sedih setelah mendengar kata-kataku yang bersemangat itu. Guruku kemudian memegang pundakku lalu memelukku. Dia mengusap punggungku berkali-kali. Usapannya pada punggungku itu mengingatkanku kepada ibuku. Dia pernah melakukan hal serupa di masa lalu yang masih tidak terlalu jauh.
“Tidak perlu memikirkan soal UFO lagi,” katanya sambil tetap mendekapku.
Baca Juga: Cerpen Volume Kubus Sama dengan Luas Alas Kali Tinggi Karya Mochamad Bayu Ari Sasmita
Aku menunggu ayah pulang di dalam rumah sambil mengerjakan PR Matematika. Tentang penjumlahan dan pengurangan. Hal-hal semacam itu. Aku ingin segera membicarakan hal yang diberitahu guruku tadi kepada ayahku. Deru mobil terdengar masuk ke garasi, aku segera pergi menghampirinya.
“Ayah! Ayah!”
“Ada apa, Maruta? Kau terlihat begitu bersemangat. Ada hal baik yang terjadi di sekolah?” katanya sambil turun dari mobil.
Kami masuk rumah. Ayahku melonggarkan dasinya dan meletakkan tasnya di atas meja.
“Ada apa? Ceritakanlah.”
“Guruku bilang bahwa UFO dan alien itu tidak pernah ada, kecuali dalam film kartun.”
Ayahku mengerutkan kening ketika mendengar hal itu. Wajahnya pun tampak memerah.
“Guru di sekolahmu sepertinya kurang belajar. Sepertinya aku harus mencarikanmu sekolah yang lebih bagus.”
“Tapi—“
“Dengar, Maruta, ibumu dibawa pergi oleh UFO. Para alien telah menculiknya. Kita tidak tahu di mana mereka berada sehingga tidak mungkin untuk mencari ibumu. Mungkin, jika kau berhasil memelajari alam semesta ini nanti, kau akan dapat menemukan lokasi keberadaan alien itu dan dapat menjemput ibumu. Maka dari itu, belajarlah dengan sungguh-sungguh.”
Ayah kemudian memelukku, pelukannya lebih erat kali ini seolah dia tidak ingin melepaskanku. Mungkin, setelah kehilangan ibu, dia tidak ingin kehilangan diriku juga. Dia takut bahwa para alien itu akan kembali untuk membawaku, sehingga ayah menjadi sebatang kara di bumi ini.
Baca Juga: Cerek Talise Karya Karya Nadhila Hibatul Nastikaputri
Tentang Penulis:
Mochamad Bayu Ari Sasmita. Lahir di Mojokerto pada HUT RI Ke-53. Menyelesaikan studi S1 Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Malang (2021). Beberapa cerpennya pernah tayang di media daring dan luring. Sekarang tinggal di Mojokerto, Jawa Timur. Bisa dihubungi di instagram @sasmita.maruta.
—
Ruangguru membuka kesempatan untuk kamu yang suka menulis cerpen dan resensi buku untuk diterbitkan di ruangbaca, lho! Setiap minggunya, akan ada karya cerpen dan resensi buku yang dipublikasikan. Kamu bisa baca karya cerpen menarik lainnya di sini, ya. Yuk, kirimkan karyamu juga! Simak syarat dan ketentuannya di artikel ini. Kami tunggu ya~