Cerita Seru Jadi Translator Drama Korea Bareng Deaz Putri
Artikel ini berisi tanya jawab seputar profesi penerjemah drama dan film Korea bersama Kak Deaz Putri.
—
Kamu tau gak kalau kegemaran menonton drama Korea bisa menjadi profesi yang menghasilkan? Beneran kok guys, bukan ngehalu. Hari ini kita bakal ngobrol bareng Kak Deaz Putri, penerjemah drama serial dan film Korea. Buat kamu yang penasaran bagaimana cara menjadi translator dan seluk beluknya, please jangan di-skip!
Baca Juga: Pelajaran Berharga dari Drama Start-Up
Hai, Kak Deaz. Sedang sibuk apa sekarang?
→ Halo! Aku sekarang sedang sibuk menjadi penerjemah drama dan film Korea, juga menjadi interpreter KOR-IND-ING. Aku juga sambil mengurus usahaku, tempat les bahasa Korea dan Bahasa Indonesia, juga penyedia translator dan interpreter (www.translateind.com / IG @translate.ind). Aku sendiri juga sibuk mengajar privat Bahasa Indonesia atau Inggris kepada orang Korea.
Gimana sih awal perjalanan Kakak menjadi seorang translator?
→ Sebenarnya, aku bukan lulusan Sastra Korea. Aku lulusan Sastra Inggris UI. Jadi, awalnya, aku belajar Bahasa Korea sendiri waktu kuliah karena memang suka dengan K-Pop dan K-Drama. Kebetulan sekali juga, di FIB UI ada banyak orang Korea. Beberapa ada juga yang di Sastra Inggris. Jadi, aku mencoba berteman dan menjadi dekat dengan mereka. Dengan itu, aku mulai perjalananku belajar Bahasa Korea. Tapi, aku masih merasa tidak cukup. Akhirnya, tahun 2014 aku ambil les conversation Bahasa Korea, dan aku belajar di sana sekitar delapan bulan. Setelah itu, tahun 2015 aku direkrut untuk mengajar Bahasa Indonesia di tempat aku les waktu itu (karena memang ada tempat les Bahasa Indonesia untuk orang Koreanya juga). Di sanalah aku makin sering bertemu dengan orang Korea, jadi bisa melatih Bahasa Korea-ku juga.
Semenjak bekerja di sana, dari awalnya hanya mengajar, akhirnya aku mulai merambah ke dunia interpreter dan translator. Sebenarnya, selama kurang lebih 3 tahun bekerja di sana, aku lebih sering mengerjakan interpreter daripada translator. Translator hanya sebatas pekerjaan di kantor saja, namun untuk interpreter, aku sering dikirim ke luar untuk bantu perusahaan-perusahaan lain. Di saat itu, untuk aku yang memang tidak suka membawa “PR” ke rumah, pekerjaan sebagai interpreter memang lebih cocok untuk aku. Sampai pada akhirnya, aku berhenti dari kantor di tahun 2018. Mulai dari situ, aku mulai membuat usahaku sendiri, dan mulai menerima pekerjaan translator juga interpreter dari luar sebagai freelancer. Akhirnya, di awal 2020, corona meledak dan pekerjaan interpreter tentu saja berkurang. Akhirnya, aku beralih dan memfokuskan diri menjadi translator juga. Alhamdulillah-nya, di awal tahun 2020 aku juga direkrut oleh sebuah perusahaan untuk menjadi freelancer translator drama Korea di sana.
Dari situlah aku mulai karier-ku di bidang penerjemahan drama sampai sekarang.
Kepo dong kak, hehehe. Sudah berapa judul drama yang pernah Kakak terjemahkan ke bahasa Indonesia?
→ Aku sebenarnya terhitung belum lama menjadi translator drama/film. Aku baru mulai awal tahun ini. Untuk tepatnya aku sedikit lupa, tapi mungkin drama dan film disatukan sudah sekitar sepuluh judul. Untuk genre, aku sering menerjemahkah romantic-comedy. Tapi, aku juga pernah menerjemahkan yang bergenre fiksi, politik dan thriller.
Apa hal terseru yang Kakak rasakan selama menjadi translator?
→ Tentunya bisa bekerja sambil nonton drama. Memang sih capek banget karena waktu mengerjakannya gak sebentar. Tapi, karena dari awal memang suka nonton drama Korea, pas mengerjakannya juga enjoy banget. Dan aku benar-benar merasa perbendaharaan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Koreaku meningkat. Jadi, bekerja, sambil belajar, sambil nonton juga! Hehe seru banget.
Ada gak genre film atau series yang sebenarnya Kakak kurang suka tapi harus translate itu?
→ Thriller sih. Jujur, aku anaknya sangat penakut, dan aku hampir gak pernah nonton film horor atau yang berbau thriller. Just not my cup of tea. Waktu menerjemahkan drama itu, aku benar-benar menghindari mengerjakannya sampai tengah malam, karena takut. Padahal biasanya mengerjakan drama lain selalu sampai larut malam. Untuk tantangan lainnya sih sebenarnya mungkin lebih ke waktu pengerjaan dan berpacu dengan deadline itu ya. Karena biasanya waktu yang diberikan memang gak panjang. Selain itu, menyampaikan perkataan menjadi bentuk tulisan yang karakternya dibatasi gak semudah itu, loh. Kadang, sulit banget mencari kata dan padanan yang pas dalam Bahasa Indonesia juga.
Alur kerja translator itu seperti apa sih, Kak Deaz?
→ Kalau interpreter itu kerjanya lebih ringkas. Dapat bahan sebelum bekerja, atau bahkan gak sama sekali, dan tinggal hari H mengerjakan secara lisan, dan langsung selesai tanpa bawa “PR”. Kalau translator, saat dapat bahan, kita kerjakan, dan langsung berpacu dengan deadline.
Terakhir nih kak, apa benar kalau pengen jadi translator harus dari jurusan Sastra?
→ Gak harus, kok. Aku sendiri memang jurusan sastra, tapi bukan jurusan sastra Korea. Pekerjaanku sekarang translator/interpreter Korea. Jadi, yaaa belum tentu jurusan membatasi pekerjaan kita sih menurutku. Tapi mungkin, memang kebanyakan translator/interpreter lain di luar sana adalah interpreter/translator bahasa jurusan sastra masing-masing. Tapi, ada juga kok yang bukan jurusan sastra sama sekali menjadi translator/interpreter. Asal kita mau berusaha belajar bahasanya, gak ada yang gak mungkin.
Wow! Ternyata bekerja sebagai penerjemah asyik juga ya. Gimana? Kamu tertarik gak untuk berkarir sebagai penerjemah drama Korea? Nothing is impossible kok, asalkan kamu mau berusaha. Do it with passion dan jangan lupa siapkan amunisi dengan les privat serta tutor berpengalaman di ruangbelajar!