5 Macam Penyimpangan Semu Hukum Mendel | Biologi Kelas 12
Pada artikel Biologi kelas 12 kali ini, kamu akan mempelajari tentang macam-macam penyimpangan semu Hukum Mendel dan contoh kasusnya dalam kehidupan sehari-hari.
—
Halo! pada artikel sebelumnya, kamu telah mengetahui tentang persilangan monohibrid yang merupakan penerapan dari Hukum I Mendel dan persilangan dihibrid yang merupakan penerapan dari Hukum II Mendel, kan.
Masih ingat kah kamu kalau pada kondisi normal, persilangan monohibrid menghasilkan rasio fenotip yaitu 3 : 1 atau 1 : 2 : 1 pada generasi F2, sedangkan persilangan dihibrid akan menghasilkan generasi F2 dengan rasio fenotip yaitu 9 : 3 : 3 : 1?
Tahu nggak sih kalau pada kenyataannya, tidak semua persilangan menghasilkan rasio atau perbandingan fenotip yang sesuai dengan Hukum Mendel, lho.
Pada beberapa kasus persilangan, dihasilkan rasio fenotip yang menyimpang dari Hukum tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa gen dengan alel yang berbeda yang saling memengaruhi pada saat pembentukan fenotip.
Meskipun demikian, aturan dasar pada Hukum Mendel tetap berlaku ya pada penentuan genotipenya. Artinya penyimpangan rasio fenotip ini sebenarnya adalah modifikasi dari rasio fenotip Hukum Mendel yang biasa, sehingga hasil rasio fenotipnya dapat dikatakan sebagai penyimpangan semu Hukum Mendel.
Jadi nanti akan kita lihat bahwa yang berubah cuma rasio fenotipnya, sedangkan rasio genotipenya tetap sesuai dengan hukum Mendel.
Baca Juga: Persilangan Monohibrid dan Dihibrid pada Hukum Mendel
Nah, penyimpangan semu Hukum Mendel ini terdiri dari beberapa macam nih. Apa saja ya? Yuk, langsung kita simak pada artikel di bawah ini!
1. Atavisme
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang pertama adalah atavisme. Atavisme adalah interaksi antar gen berbeda alel yang menghasilkan filial atau keturunan dengan fenotip yang berbeda dari induknya. Contoh atavisme dapat kamu temukan pada kasus jengger ayam.
Perhatikan contoh persilangan kasus atavisme di bawah ini:
Bentuk jengger ayam dipengaruhi oleh dua gen berbeda alel, yaitu gen R yang menentukan bentuk rose dan gen P yang menentukan bentuk pea.
Ketika kedua gen ini terdapat secara bersamaan (R-P-) maka kedua gen akan berinteraksi dan akan muncul sifat baru yaitu bentuk walnut. Dan ketika kedua gen dominan tersebut tidak ada (rrpp) maka akan muncul sifat yang lain lagi yaitu single.
Akibatnya, terbentuklah empat jenis jengger ayam, yaitu walnut (R-P-), rose (R-pp), pea (rrP-), dan single (rrpp).
Sekarang, yuk kita coba lakukan persilangan antara jengger ayam rose (RRpp) dengan jengger ayam pea (rrPP). Hasilnya bisa disimak pada gambar di bawah ini, ya!
Perbandingan |
Pola Genotip |
Pola Fenotip |
9 |
R-P- |
Walnut |
3 |
R-pp |
Rose |
3 |
rrP- |
Pea |
1 |
rrpp |
Single |
Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa penyimpangan semu atavisme akan menghasilkan F2 dengan rasio fenotip 9:3:3:1.
Baca Juga: 4 Macam Pola Hereditas pada Makhluk Hidup | Biologi Kelas 12
2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya suatu gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen dominan dari alel lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan tersembunyi (kriptos).
Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana. Warna bunga Linaria maroccana dipengaruhi oleh 4 gen, yaitu:
A = terbentuk pigmen antosianin
a = tidak terbentuk pigmen antosianin
B = protoplasma basa
b = protoplasma asam
Antosianin adalah pigmen yang akan memicu pembentukan warna pada bunga Linaria maroccana. Artinya tumbuhan Linaria yang memiliki gen A akan menghasilkan bunga yang berwarna, sedangkan yang tidak punya gen A bunganya akan albino (putih).
Linaria maroccana (sumber: pinterest.com)
Namun warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) protoplasma sel. Jika protoplasma bersifat basa (dipengaruhi oleh gen B) maka akan timbul warna ungu, sedangkan ketika protoplasma bersifat asam (dipengaruhi gen b) maka akan muncul warna merah.
Berarti warna bunga pada Linaria maroccana ini ga cuma dipengaruhi oleh gen penentu pigmen ya, tapi juga dipengaruhi oleh gen penentu pH protoplasma. Untuk detailnya, bisa disimak pada gambar berikut:
Perbandingan |
Pola Genotip |
Pola Fenotip |
9 |
A-B- |
Ungu |
3 |
A-bb |
Merah |
3 |
aaB- |
Putih |
1 |
aabb |
Putih |
Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa F2 yang dihasilkan dari persilangan kriptomeri fenotip nya berubah menjadi 9:3:4.
Baca Juga: Perbedaan Fotosintesis dan Kemosintesis Serta Proses Terjadinya
—
Sampai sini, sudah mulai paham belum mengenai kromosom dan gen? Sebelum kita bahas dua hal itu lebih jelas lagi, kalo masih ada poin-poin yang belum kamu mengerti, mending belajar sama ahlinya, deh. Belajar bareng kakak-kakak pengajar di Ruangguru Privat Biologi misalnya.
Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!
3. Polimeri
Polimeri adalah interaksi antar gen-gen berbeda alel yang memunculkan satu fenotip dan bersifat kumulatif (saling menambah).
Contohnya adalah warna merah pada biji gandum yang ditentukan oleh dua gen yaitu M1 dan M2, sehingga apabila kedua gen tersebut bertemu maka ekspresi warna merahnya akan semakin kuat.
Semakin banyak gen M yang dimiliki, maka warna merah dari Gandum akan semakin gelap. (sumber: world grain)
Misalkan, akan dilakukan persilangan antara gandum berbiji merah dengan gandum berbiji putih sebagai berikut:
Perbandingan | Pola Genotip | Pola Fenotip |
9 | M1-M2– | Merah |
3 | M1-m2m2 | Merah |
3 | m1m1M2– | Merah |
1 | m1m1m2m2 | Putih |
Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa F2 yang dihasilkan dari persilangan polimeri fenotip nya berubah menjadi 15:1.
Gimana guys? sampai sini, masih sadar, kah?
Oke, oke, tenang, Dibawa santai saja ya bacanya. Sambil ngemil juga boleh, kok. Well, kita lanjut ya materinya. Semangat membaca
Baca Juga: Berkenalan dengan Enzim: Fungsi, Struktur, dan Sifatnya
4. Epistasis-Hipostasis
Selanjutnya adalah epistasis-hipostasis. Epistasis-hipostasis merupakan peristiwa ketika gen yang bersifat dominan akan menutupi pengaruh gen dominan lain yang bukan alelnya. Gen yang menutupi disebut epistasis, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostasis. Contoh kasus epistasis dan hipostasis dapat ditemukan pada persilangan labu.
Perhatikan contoh kasus epistasis dan hipostasis pada persilangan labu di bawah ini:
Perbandingan | Pola Genotip | Pola Fenotip |
9 | P-K- | Putih |
3 | P-kk | Putih |
3 | ppK- | Kuning |
1 | ppkk | Hijau |
Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa F2 yang dihasilkan dari persilangan epistasis-hipostasis fenotip nya berubah menjadi 12:3:1.
5. Komplementer
Penyimpangan semu Hukum Mendel yang terakhir adalah komplementer. Komplementer adalah interaksi antara dua gen dominan berbeda alel yang saling melengkapi untuk memunculkan fenotip tertentu.
Apabila salah satu gen tidak muncul, maka sifat yang dimaksud pun tidak akan muncul. Contoh komplementer dapat ditemukan pada kasus persilangan bunga Lathyrus odoratus yang terdiri dari gen:
C = membentuk pigmen warna
c = tidak membentuk pigmen warna
P = membentuk enzim pengaktif
p = tidak membentuk enzim pengaktif
Pada tumbuhan Lathyrus odoratus, warna bunga ungu hanya muncul jika tumbuhan tersebut memiliki gen C dan gen P sekaligus. Artinya warna bunga ungu akan muncul kalau tumbuhan tersebut membentuk pigmen warna (dipengaruhi oleh gen C) dan membentuk enzim pengaktifnya (dipengaruhi oleh gen P).
Jadi bisa dibilang bahwa gen C dan P ini saling melengkapi ya. Nah kalau tidak punya salah satu dari kedua gen dominan C dan P gimana? Maka bunganya tidak membentuk warna alias jadi albino (putih).
Lathyrus odoratus (sumber: plantsam.com)
Misalkan, dilakukan persilangan antara bunga Lathyrus odoratus berwarna putih dengan bunga Lathyrus odoratus berwarna putih pula. Maka, akan diperoleh keturunan dan rasio fenotip sebagai berikut:
Perbandingan | Pola Genotip | Pola Fenotip |
9 | C-P- | Ungu |
3 | C-pp | Putih |
3 | ccP- | Putih |
1 | ccpp | Putih |
Dari gambar di atas bisa kita lihat ya, bahwa F2 yang dihasilkan dari persilangan komplementer fenotip nya berubah menjadi 12:7.
—
Apa tanggapanmu setelah membaca artikel kali ini? Cukup panjang, ya. Tapi, kamu nggak menyesal kan baca artikel ini sampai habis? Oh, tentu saja, kamu kan jadi bisa tahu macam-macam penyimpangan semu Hukum Mendel beserta contoh kasusnya lewat artikel ini.
Kalau kamu ingin memperdalam lagi pengetahuan tentang hukum Mendel atau topik-topik pelajaran lainnya, yuk langganan ruangbelajar sekarang juga! Kamu bisa belajar seru ditemani video-video animasi menarik di sana. Jadi tunggu apalagi?
Referensi:
Irnaningtyas. (2018). Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kurikulum 2013 Revisi. Jakarta: Erlangga.
Sumber foto:
Foto ‘Bukan Gandum Merah’ [daring] Tautan: https://www.wallpaperbetter.com/nature-and-landscape-wallpaper/grain-hd-142601
Foto ‘Lathyrus Odoratus‘ [daring] Tautan: https://plantsam.com/lathyrus-odoratus/
Foto ‘Red Wheat’ [daring] Tautan: https://www.world-grain.com/articles/13488-us-millers-expect-increase-in-soft-red-winter-wheat-crop