5 Tahap Penelitian Sejarah Menurut Ahli Beserta Contohnya | Sejarah Kelas 10
Terdapat langkah-langkah penelitian sejarah yang harus dilakukan agar tujuan dari penelitian tersebut tercapai. Ada apa aja ya? Yuk, simak artikel Sejarah kelas 10 ini!
—
Guys, kamu tahu nggak Prasasti Kebon Kopi? Ituloh, yang punya bentuk telapak kaki gajah? Awalnya, nggak diketahui kenapa ada telapak kaki gajah di prasasti tersebut, karena biasanya pada prasasti, yang ada adalah telapak kaki raja atau pemimpin lainnya.
Prasasti Kebon Kopi
Para ahli pun kemudian melakukan penelitian panjang terhadap prasasti tersebut dengan berbagai metode penelitian sejarah. Akhirnya, mereka mencapai kesimpulan bahwa telapak kaki itu adalah telapak kaki gajah Airavata, yang merupakan kendaraan Dewa Indra.
Nah, kamu tau nggak sih, kalau dalam melakukan penelitian sejarah, nggak boleh dilakukan secara asal. Ada langkah-langkah yang perlu kita lakukan. Tapi, sebelum kita bahas tentang langkah-langkah penelitian sejarah, kamu perlu tahu juga nih pengertian dari penelitian sejarah.
Penelitian sejarah adalah tindakan yang mengkaji dan menelusuri kejadian pada masa lalu, guys. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pemahaman, dan makna dari kejadian tersebut.
Nah, pada praktiknya terdapat dua pendapat terkait langkah-langkah penelitian sejarah.
Berdasarkan buku Mengerti Sejarah karya Louis Gottschalk dan buku Metodologi Sejarah karya Helius Sjamsuddin, terdapat empat tahapan dalam penelitian sejarah, yaitu Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi.
Sementara, menurut buku Pengantar Ilmu Sejarah karya Kuntowijoyo, terdapat 5 tahap penelitian sejarah, yaitu Penentuan Topik, Heuristik, Verifikasi, Interpretasi, dan yang terakhir Historiografi.
Biar pembahasannya makin lengkap, kakak akan memaparkan yang versi 5 tahapan aja ya, guys. Yuk kita bahas satu per satu!
1. Penentuan Topik
Sebelum melaksanakan penelitian sejarah, peneliti harus menentukan topik yang akan diteliti terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemilihan topik:
a. Unik
Unik maksudnya adalah, topik yang dipilih sebaiknya mengundang rasa ingin tahu dan ketertarikan bagi para pembaca.
b. Bernilai
Permasalahan yang diteliti memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pada akhirnya berguna bagi masyarakat.
c. Kesatuan
Unsur-unsur yang dijadikan bahan penelitian mempunyai kesatuan ide.
d. Orisinal
Topik yang dipilih merupakan upaya untuk melakukan sebuah pembuktian baru atas peristiwa yang sama.
e. Praktis
Data yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan atau sumber daya yang dimiliki peneliti.
2. Heuristik
Pada tahap heuristik, para peneliti sejarah mencari dan menemukan sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan. Berdasarkan sifatnya, sumber yang bisa digunakan dalam melakukan penelitian sejarah terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sumber Primer
Sumber primer adalah data utama yang diperoleh langsung dari pelaku, saksi, maupun benda sejarah. Dengan demikian Sumber primer berasal dari kesaksian orang yang mengalami, menyaksikan, dan mendengar sendiri suatu peristiwa sejarah.
Sumber primer juga bisa berasal dari informasi pada benda sejarah. Fungsi sumber primer dapat dijadikan rujukan utama dalam penelitian sejarah. Contoh sumber primer misalnya naskah, prasasti, artefak, dokumen-dokumen, foto, bangunan, catatan harian, hasil wawancara, video, dll.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder berasal dari pihak yang bukan pelaku sejarah, melainkan pihak lain di luar para pelaku sejarah (peneliti misalnya). Benda-benda yang termasuk sumber sekunder antara lain laporan penelitian, ensiklopedia, catatan lapangan peneliti, buku, dll.
Misalnya, kamu ingin meneliti satu candi. Kamu harus mencari sumber-sumber sejarah sebanyak-banyaknya tentang candi yang ingin kamu teliti. Tujuannya untuk mengetahui sejarah tentang candi tersebut melalui laporan penelitian ataupun buku.
Kemudian untuk mendapatkan ukuran, foto, gambar yang dipahat sebagai relief, dan hal-hal lain yang aktual, kamu perlu mendapatkan data primer sehingga kamu harus mengunjungi candi tersebut secara langsung.
Meski begitu, terdapat beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mengumpulkan sumber-sumber sejarah, seperti;
- Bahasa: bahasa yang digunakan dalam sumber sejarah bukanlah bahasa yang dipakai saat ini, sehingga sulit dipahami. Misalnya, bahasa Sanskerta atau bahasa Kawi.
- Usia sumber sejarah: banyak sumber sejarah yang usianya sudah tua, sehingga sangat rapuh jika disentuh/digunakan.
- Akses sumber sejarah: tidak semua orang bisa mengakses sumber sejarah yang dibutuhkan.
- Sulit dipahami: ada beberapa catatan sejarah yang menggunakan tulisan tangan dan terkadang sulit dipahami.
Baca Juga: Jenis-Jenis Sumber Sejarah Berdasarkan Sifat dan Bentuknya
3. Kritik (Verifikasi)
Setelah melakukan metode penelitian sejarah heuristik, langkah selanjutnya adalah kritik atau disebut juga dengan verifikasi. Ini adalah metode untuk autentikasi (membuktikan sumber sejarah yang bersangkutan adalah asli) dan kredibilitas sumber sejarah.
Ada dua macam kritik yang dilakukan, yakni:
a. Kritik Eksternal (Otentisitas)
Kritik eksternal adalah kritik terhadap keakuratan dan keaslian sumber, seperti materi sumber sejarah (dokumen dengan tulisannya) dan para pelaku sejarahnya. Aspek yang dikaji adalah waktu (penanggalan), bahan pembuat sumber, dan pembuktian keaslian.
Contohnya, dalam meneliti Kerajaan Tarumanagara, seorang peneliti menemukan sebuah prasasti. Nah, cara melakukan kritik eksternalnya adalah dengan memastikan, apakah prasasti Kebon Kopi yang merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanagara asli atau tidak? Sudah berumur berapakah tulisan pada batu prasasti tersebut? Apakah huruf yang ada di sana memang dibuat pada masa Kerajaan Tarumanagara berdiri ataukah baru dibuat? Apa bahan yang digunakan dalam pembuatan prasasti tersebut? Seperti itulah cara melakukan kritik eksternal mengacu pada bentuk fisik dari sumber sejarah.
b. Kritik Internal (Kredibilitas)
Kritik internal adalah kritik terhadap kredibilitas sumber. Hal yang diverifikasi adalah, apakah isi informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak. Dengan kata lain, yang diuji adalah kredibilitas dari sumber sejarah tersebut.
Dalam hal ini, seorang peneliti harus bersikap objektif dan netral dalam menggunakan data yang telah diperoleh, sehingga peristiwa sejarah itu terjamin kebenarannya.
Contohnya, masih tentang meneliti prasasti Kerajaan Tarumanagara. Anggap ternyata prasasti yang ditemukan adalah prasasti asli, selanjutnya, dalam kritik internal, peneliti harus memastikan, apakah isi yang terkandung di prasasti tersebut? Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan isi prasasti atau sumber sejarah lainnya, apakah sejalan atau bertolak belakang? Seperti itulah cara melakukan kritik internal mengacu pada informasi yang terdapat dalam sumber sejarah tersebut.
4. Interpretasi (Eksplanasi)
Metode penelitian sejarah yang ketiga adalah interpretasi. Di sini, peneliti melakukan penafsiran akan makna atas fakta-fakta yang ada, serta hubungan antara berbagai fakta yang harus dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun membutuhkan sikap subjektif, haruslah subjektif rasional.
Rekonstruksi peristiwa sejarah disampaikan secara deskriptif dan harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. Ada dua cara melakukan interpretasi, yaitu analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan).
Pada metode ketiga ini, peneliti dituntut untuk berimajinasi yang terbatas. Terbatas di sini maksudnya fakta-fakta sejarah yang ada tidak boleh menyimpang. Selain itu, peneliti harus sangat berhati-hati karena di sini sangat rentan bagi peneliti untuk memasukkan sisi subjektifnya.
Nah, setelah peneliti melakukan interpretasi, hasilnya kemudian diuji dan dianalisis sekali lagi, sampai akhirnya peneliti siap menyampaikan hasil penelitiannya secara tertulis. Jadi, pada tahap akhir interpretasi, peneliti sudah mempunyai konstruksi atau sudut pandang sendiri tentang topik yang diteliti.
5. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Langkah penelitian sejarah yang terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah. Penulisan sejarah merupakan upaya peneliti dalam melakukan rekonstruksi sumber-sumber yang telah ditemukan, diseleksi, dan dikritisi. Pada tahap ini, peneliti perlu memperhatikan beberapa kaidah penulisan, seperti;
- Bahasa dan format penulisan yang digunakan harus baik dan benar menurut tata bahasa.
- Memperhatikan konsistensi, misalnya penggunaan tanda baca, penggunaan istilah, dan rujukan sumber.
- Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai konteks permasalahannya.
Baca Juga: Memahami 4 Jenis Historiografi dalam Sejarah
—
Itu dia, guys, langkah-langkah penelitian sejarah yang harus dilakukan berurutan. Jangan terbalik-balik, ya. Kalau kamu masih ragu dalam melakukan metode-metode di atas, kamu bisa tanyakan ke guru les kamu melalui Ruangguru Privat Sejarah.
Sebab, di Ruangguru Privat, para pengajarnya sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!
Referensi:
Hapsari, Ratna. (2017). Sejarah untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Supriyadi, Marwan. (2009) Sejarah Indonesia Kelas X Untuk SMA/MA. KTSP. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sumber Foto:
Foto Prasasti Kebon Kopi. [daring]. Tautan: https://moeseum.blogspot.com/2019/04/prasasti-kebon-kopi-jawa-barat.html (Diakses: 25 April 2018)
Artikel ini diperbarui oleh Laras Sekar Seruni.