Apakah Menonton Tayangan Berita Itu Baik untuk Anak-anak?
Apakah menonton tayangan berita itu baik untuk anak? Yuk, simak penjelasannya secara ringkas di artikel ini!
—
Ayah/Bunda, berapa banyak dari anak Anda yang suka menonton tayangan berita? Pasti jarang sekali. Well, anak-anak pada umumnya tidak terbiasa dengan tayangan berita. Bagi mereka, meskipun banyak mengandung info terkini dan pengetahuan, berita adalah tayangan yang sangat membosankan. Bahkan, penelitian membuktikan, anak-anak menganggap berita lebih menyeramkan dibanding adegan kekerasan yang ada di TV dan film. Hal ini memicu pertanyaan, apa sebenarnya tayangan berita aman untuk dikonsumsi anak-anak?
Foto: wisegeek.com
Sekelompok peneliti dari University of Michigan melakukan survei terhadap 600 anak berusia 8 hingga 12 tahun. Mereka mempertontonkan gambar kekerasan, seperti peperangan, kebakaran, penembakan, kecelakaan pesawat, dan lainnya. Gambar tersebut dideskripsikan sebagai berita, dan sebagian lagi fiksi. Anak yang menganggap tayangan tersebut sebagai berita, mengaku sangat ketakutan.
“Kami menemukan bahwa anak-anak yang melihatnya sebagai kejadian nyata, menunjukkan respons ketakutan yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang melihatnya sebagai kejadian fiksi.”, kata Brad Bushman. Beliau adalah profesor Psikologi dan Komunikasi di University of Michigan. Beliau menambahkan, orangtua acapkali menyepelekan bahaya anak menonton berita. Padahal, hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan dan masalah lain, salah satunya sulit tidur.
Baca juga: Apakah Memberikan Hukuman dan Penghargaan Masih Efektif untuk Anak?
Sebanyak 37 persen anak usia 8 hingga 12 tahun lebih takut terhadap cerita di dalam berita. Fakta ini berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wisconsin. Semakin dewasa anak-anak, maka semakin besar pula respons mereka terhadap kekerasan yang ada di berita.
Kesadaran sosial memang dibutuhkan untuk anak-anak. Oleh sebab itu, mereka perlu tahu apa saja yang terjadi di sekitar mereka. Namun, tidak semua berita tidak dapat ditonton oleh anak-anak. Alangkah baiknya berita-berita seperti kriminal, kekerasan, dan narkoba tidak diperlihatkan ke anak. Jika anak sempat mengonsumsi semua jenis kejahatan tersebut, dapat mengakibatkan depresi dan pesimisme pada diri mereka. Lebih parah lagi, bisa memberi pengaruh sifat kejam pada anak.
Oleh sebab itu, banyak ahli yang memberi saran agar menjauhkan anak usia 6 tahun ke bawah dari tayangan berita. Jika ingin menonton, lebih disarankan untuk menunggu anak mencapai usia 8 hingga 10 tahun. Ayah/Bunda selaku orangtua harus lebih memperhatikan setiap respons yang terjadi pada anak. Orangtua berperan besar dalam mengawasi serta memantau berita yang dikonsumsi anak. Juga, harus bisa memberikan penjelasan terhadap pertanyaan maupun kecemasan yang mungkin timbul.
Jane Katch, seorang ahli perkembangan anak, mengatakan bahwa tanda-tanda dari seorang anak siap terhadap berita adalah pada saat anak mulai bertanya mengenai berita yang ia dengar di sekolah. Bisa juga, si anak langsung meminta untuk menonton berita di rumah. “Tunggu anak-anak Anda menunjukkan ketertarikannya sendiri terhadap berita. Setelah itu, Anda bisa mendampinginya untuk memberikan penjelasan yang membuatnya tenang,” papar Katch. Hal seperti ini menandakan anak telah siap untuk menghadapi berita dengan exposure yang terbatas.
Baca juga: Gaya Mendidik Kekinian yang Disukai Orang Tua Generasi Milenial
Sebaiknya, anak usia pra sekolah lebih baik dijauhkan dari berita. Ini ditujukan untuk mencegah kebingungan mengenai fantasi dan rasa takut. Jika mereka secara tidak sengaja mengetahui berita yang ada, bijaklah memberi penjelasan. Pastikan penjelasan dari Ayah/Bunda menumbuhkan rasa aman dalam diri mereka.
Untuk anak berusia 8 tahun ke atas, sudah boleh menonton tayangan berita. Namun, tetap harus dalam pengawasan dari Ayah/Bunda. Untuk usia remaja, umumnya mereka sudah lebih bisa mengerti mengenai berita yang ada. Rajin-rajinlah berdiskusi dengan anak Anda yang remaja untuk tahu sudut pandang mereka terhadap sebuah peristiwa. Selain itu, mengoreksi jika terdapat respons yang kurang tepat dari mereka.
Berapa pun usia anak Ayah/Bunda, jangan pernah abaikan respons mereka. Terkadang, orangtua saja masih sulit mengerti berita, apalagi mereka yang masih berproses untuk mengerti hal-hal di dunia? Ayah/Bunda bisa mengalihkan kebiasaan menonton anak dengan video belajar yang seru dengan ruangbelajar. Memahami materi pelajaran jadi lebih mudah dengan mengikuti misi bersama Master Teacher.