18 Contoh Esai Singkat berdasarkan Jenisnya | Bahasa Indonesia Kelas 12
Apa itu esai dan seperti apa contohnya? Yuk, baca materi berikut ini di artikel Bahasa Indonesia kelas 12!
—
Beberapa program beasiswa masuk perguruan tinggi menetapkan syarat kepada para pelamar untuk membuat esai. Namun, ternyata tidak sedikit para pelamar yang kesulitan membuat esai sehingga tidak lolos program beasiswa tersebut. Sebenarnya, apa itu esai? Yuk, simak ulasan mengenai esai dan contohnya berikut agar kamu tidak kesulitan membuat esai. Sangat mudah, lho!
Apa itu Teks Esai?
Berdasarkan Buku Sekolah Elektronik Bahasa Indonesia Kelas 12 Kemendikbud, pengertian esai adalah tulisan yang memuat cara pandang seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa.
Dalam esai terdapat subjektivitas penulis terhadap suatu topik dan tidak selalu penilaian terhadap karya. Kamu bisa menulis perihal fenomena alam, climate change, tren busana masa kini, dan sebagainya berdasarkan sudut pandang pribadi kamu. Maka, tulisan tersebut disebut esai.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), esai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulis.
Secara umum, esai akan menyajikan informasi, ide, argumen, ungkapan emosional penulis terhadap suatu objek. Tak jarang, esai akan memancing perdebatan atau diskusi para pembaca. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, esai memang bersifat individual dan bergantung pada sudut pandang penulis.
Baca Juga: Dongeng: Pengertian, Jenis, Ciri-ciri, Fungsi, Unsur dan Contohnya
Sementara itu, topik dan tema yang dibahas dalam esai tidak terbatas pada satu bidang saja. Kamu bisa menulis esai berdasarkan berbagai bidang ilmu tertentu, seperti pendidikan, kesehatan, politik, dan lain-lain.
Saat menulis esai, penulis biasanya akan menyatakan fakta perihal topik yang dibahas terlebih dahulu. Selanjutnya, penulis dapat memaparkan pendapat secara pribadi dengan bahasa yang mudah dipahami.
Contoh Esai berdasarkan Jenisnya
Selanjutnya, yuk kita bahas contoh esai singkat berdasarkan jenis-jenisnya!
1. Esai Deskriptif
Apa itu esai deskriptif? Esai deskriptif merupakan esai yang membahas deskripsi tentang suatu subjek atau hal dengan melibatkan panca indera. Dalam esai deskriptif, penulis akan mendeskripsikan suatu topik secara lengkap dan detail sehingga pembaca akan lebih mudah memahami. Berikut adalah contoh esai deskriptif.
Contoh esai deskriptif berjudul “Gerr”
Gerr
Oleh: Goenawan Mohamad
Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater Mandiri.
Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian dari cerita pembangunan “bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan cara yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata.
Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya volume di sebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang fisik yang menggebrak persepsi kita. Ia tak mengklaim satu makna. Ia tak berarti: tak punya isi kognitif atau tak punya manfaat yang besar.
Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri akan dikenang sebagai contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok dan benda yang tak berarti dihadirkan. Mungkin sosok itu (umumnya tak bernama) si sakit yang tak jelas sakitnya. Mungkin benda itu sekaleng kecil balsem. Atau selimut—hal-hal yang dalam kisah-kisah besar dianggap sepele. Dalam teater Putu Wijaya, justru itu bisa jadi fokus.
Bagi saya, teater ini adalah “teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita tentang kalangan miskin, Putu Wijaya tak tertarik untuk berbicara tentang lapisan-lapisan sosial. Teater Mandiri adalah “teater miskin” karena ia, sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang ada”.
Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja sebagai salah satu redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung tua bertingkat dua dengan lantai yang goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta. Siang hari ia akan bertugas sebagai wartawan. Malam hari, ketika kantor sepi, ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk latihan teater. Dan ia akan mengajak siapa saja: seorang tukang kayu muda yang di waktu siang memperbaiki bangunan kantor, seorang gelandangan tua yang tiap malam istirahat di pojok jalan itu, seorang calon fotografer yang gagap. Ia tak menuntut mereka untuk berakting dan mengucapkan dialog yang cakap. Ia membuat mereka jadi bagian teater sebagai peristiwa, bukan hanya cerita.
Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-orang yang hanya bagian komposisi panggung, antara kata sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda tersendiri. Juga teater yang hidup dari tarik-menarik antara patos dan humor, antara suasana yang terbangun utuh dan disintegrasi yang segera mengubah keutuhan itu.
Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan dibangunkan) oleh teater Putu Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Indonesia didirikan dan diatur oleh sebuah lapisan elite yang berpandangan bahwa yang dibangun haruslah sebuah “bangunan”, sebuah tata, bahkan tata yang permanen. Elite itu juga menganggap bahwa kebangunan adalah kebangkitan dari ketidaksadaran. Ketika Putu Wijaya memilih kata “teror” dalam hubungan dengan karya kreatifnya, bagi saya ia menampik pandangan seperti itu. Pentasnya menunjukkan bahwa pada tiap tata selalu tersembunyi chaos, dan pada tiap ucapan yang transparan selalu tersembunyi ketidaksadaran.
Sartre pernah mengatakan, salah satu motif menciptakan seni adalah “memperkenalkan tata di mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Saya kira ia salah. Ia mungkin berpikir tentang keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata amat penting. Bagi saya Teater Mandiri justru menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana tradisi dan anti tradisi berbenturan (tapi juga sering berkelindan), bukan pengertian klasik itu yang berlaku.
Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata adalah aksi”. Prosa, menurut Sartre, “terlibat” dalam pembebasan manusia karena memakai kata sebagai alat mengkomunikasikan ide, sedangkan puisi tidak. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat, prosa dan puisi bisa bertaut—dan itu bertaut dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi dalam teater ini muncul ketika keharusan berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana dalam puisi, dalam sajak Chairil Anwar apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri, yang hadir dalam pentas Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini penting, di zaman ketika komunikasi hanya dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja, yang tak lagi akrab dengan diri, hanya hasil kesepakatan orang lain yang kian asing.
Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang ada di bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup yang dijalani, le vecu. Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia pasti melihat bahwa pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya daya “teror” ketika, seperti Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang tak terkomunikasikan dalam hidup.
Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari “yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak.
Contoh esai deskriptif berjudul “Zaman Keemasan”
Zaman Keemasan
Mereka mengatakan usia 20 adalah usia dewasa. Tidak mungkin lagi bergantung pada orang tua. Dia bukan lagi remaja yang masih punya waktu untuk bercanda dan bermain. Usia itu harus melihat ke masa depan. Beberapa dari mereka harus memihak keluarga pada usia yang lebih matang.
Pada dasarnya setiap manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain, tetapi individu yang membangun dirinya juga bukan manusia. Bayi lahir dari rahim dengan bantuan orang lain, dokter atau bidan, misalnya. Tumbuh manusia membutuhkan lebih banyak orang tua yang bertanggung jawab untuk mereka, belum lagi perbuatan buruk yang diterima orang lain.
Suka atau tidak suka, suka atau tidak, cepat atau lambat, dengan persiapan atau tanpa persiapan, momen itu akan datang. Masa kompilasi tidak lagi tergantung pada orang tua, teman, dan orang-orang di sekitar. Selama kompilasi saya, Anda dan Anda semua harus berjuang untuk kita masing-masing.
Baca Juga: Kritik Sastra dan Esai: Ciri, Struktur & Contohnya
Contoh esai deskriptif berjudul “Dari Auditorium Sarsito Mangoenkusumo”
Dari Auditorium Sarsito Mangoenkusumo
Oleh: Bre Redana
Ke Solo bulan lalu saya beruntung berkesempatan menyaksikan pertunjukan seni rakyat yang saya gemari, ketoprak, di RRI Surakarta yang punya jadwal pentas setiap Selasa malam minggu keempat.
Di mata saya ketoprak RRI Surakarta merupakan salah satu ketoprak terbaik saat ini. Ia memodernisasi diri dengan teknologi digital, lighting modern, tanpa meninggalkan unsur klasik pertunjukan ketoprak. Para pemain menguasai tembang, tari, dan akrobatik bela diri, selain tentu saja akting.
Pertunjukan berlangsung di auditorium dari gedung berkategori cagar budaya yang ada bau-bau art deco. Gratis pula.
Penonton umumnya para sepuh, lelaki ataupun perempuan. Terharu melihat pasangan sepuh saling tuntun masuk auditorium yang di beberapa bagian lantainya berundak.
Pembawa acara mengenakan pakaian tradisional Jawa. Ia memberi pengantar dalam bahasa Jawa halus. Lalu dimulailah pertunjukan dengan gema suara penuh kebanggaan untuk acara yang disiarkan secara langsung melalui radio: “Dari auditorium Sarsito Mangoenkusumo RRI Surakarta.”
Saya tergetar, ikut merasakan kebanggaan tersebut.
RRI merupakan bagian hidup generasi kami.
Bangsa-bangsa maju di dunia umumnya memperhatikan pembangunan manusia melalui proses edukasi publik dan kebudayaan. Untuk membangun bangsa besar (maksudnya tidak sekadar besar mulut) pada rakyat harus ditanamkan rasa bangga, memiliki harga diri, tangan di atas tidak diajari mengemis meminta-minta tangan di bawah.
Ke mana pun pergi yang saya cari adalah ekspresi-ekspresi kultural dari masyarakat setempat terutama melalui karya-karya seni. Di Tiongkok dikenal luas karya sutradara film kenamaan Zhang Yimou yang membikin pertunjukan panggung di beberapa kota di berbagai provinsi dengan tajuk “Impression”, diikuti nama daerah di mana pertunjukan tersebut digelar.
Misalnya Impression Sanjie Liu di kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu. Di kota itu Zhang Yimou dan timnya memanfaatkan Sungai Li yang merupakan urat nadi kehidupan setempat sebagai tempat pertunjukan spektakulernya. Di atas sungai diapit gunung-gunung pertunjukan berlangsung, menceritakan hikayat Sanjie Liu yang oleh masyarakat setempat dipercaya lahir dari alam.
Yang hendak ditunjukkan dari pertunjukan ini adalah situasi kehidupan masyarakatnya, kebiasaan-kebiasaan dan tradisinya, dan lain-lain yang berhubungan dengan relasi mereka dengan alam, terutama sungai dan gunung.
Kawasan sungai dan gunung malam itu seketika berubah menjadi seperti sinema. Melibatkan 600 pemain yang semuanya adalah penduduk petani dan nelayan setempat, mereka menari, menyanyi, disertai permainan cahaya dan efek digital yang tidak terbayangkan ongkos produksinya. Hanya negeri yang banyak duit dan paham akan signifikansi kebudayaan sanggup menggelar panggung seperti ini setiap malam.
Lain lagi Impression Lijiang, berlangsung di kota Lijiang, Provinsi Yunnan. Mengambil lokasi di ketinggian Gunung Salju Naga Giok, didukung penduduk yang di situ merupakan etnis Naxi, Yi, dan Bai, pertunjukan menggambarkan bagaimana etnis-etnis ini berhubungan dengan gunung.
“Kami aktor, kami petani, kami para bintang,” demikian seruan ratusan pemain membuka pertunjukan yang berlangsung siang hari, tanpa tata cahaya. Prop panggung semata-mata alam dan gunung. Begitu pun komposisi warna, semua adalah warna alam seperti biru indigo. Jadi teringat sahabat-sahabat saya dari Komunitas Lima Gunung di Jawa Tengah—para petani seniman yang memiliki gengsi dan harga diri.
Orang yang dekat dengan alam, seperti para petani, mengenal ritus tubuh, bahwa tubuh adalah bagian dari kosmis, bentuk kecil dari jagat besar. Mereka yang sadar mengenai pekerti tersebut akan memelihara martabat tubuh (dan tentu saja termasuk pikiran dan roh) dengan menjaga ucapan, tindak tanduk, serta pikiran.
Menjaga harmonisasi diri, salah satu yang saya kenang dari karya Zhang Yimou yang lain lagi, yakni Hero, film kungfu tahun 2002. Ketika padepokannya dihujani anak panah, si pendekar (diperankan aktor Tony Leung) mengontemplasikan diri dengan menulis kaligrafi. Ribuan anak panah menghajar segenap penjuru kecuali tubuh dia.
Pedang dan pena sejatinya sama saja, sama-sama untuk mengawal kesadaran.
Ketoprak yang saya tonton malam itu bercerita tentang adipati yang sewenang-wenang. Dia pun dikalahkan oleh ksatria yang suka bertapa, senantiasa menjaga kesadaran diri.
Tidak ada wilayah abu-abu dalam teater rakyat: salah ya salah. Lengserkan.
2. Esai Kritik
Melalui esai kritik, penulis akan membahas suatu hal yang berkaitan dengan karya. Adapun karya yang dibahas dapat berupa karya sastra, musik, seni, dan lain-lain. Dalam esai kritik, penulis memiliki tujuan membuat masyarakat sadar dan terbuka dengan adanya karya tersebut. Hal ini pun menjadikan karya yang dikritik penting untuk dipelajari oleh masyarakat. Salah satu jenis esai kritik dalam kesusastraan adalah kritik sastra. Berikut adalah contoh esai kritik.
Contoh esai kritik berjudul “Batman”
Batman
Oleh: Goenawan Mohamad
Batman tak pernah satu, maka ia tak berhenti. Apa yang disajikan Christopher Nolan sejak ”Batman Begins” (2005) sampai dengan ”The Dark Knight Rises” (2012) berbeda jauh dari asal-muasalnya, tokoh cerita bergambar karya Bob Kane dan Bill Finger dari tahun 1939. Bahkan tiap film dalam trilogi Nolan sebenarnya tak menampilkan sosok yang sama, meskipun Christian Bale memegang peran utama dalam ketiga-tiganya.
Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga. Tapi setiap kali ia dilahirkan kembali sebagai sebuah jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan hal-ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman penjahat besar The Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda.
Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tetapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan cuma sebuah fotokopi dari yang pertama. Tak ada yang–sama yang jadi model. Yang ada adalah simulakra—yang masing-masing justru menegaskan yang–beda dan yang–banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat yang singularis, tak bisa dibandingkan. Mana yang ”asli” tak serta-merta mesti dihargai lebih tinggi.
Sebab kreativitas berbeda dari orisinalitas. Kreativitas berangkat ke masa depan. Orisinalitas mengacu ke masa lalu. Masa yang telah silam itu tentu saja baru ada setelah ditemukan kembali. Akan tetapi, arkeologi yang menggali dan menelaah petilasan tua, perlu dilihat sebagai bagian dari proses mengenali masa lalu yang tak mungkin dikenali. Pada titik ketika masa lalu mengelak, ketika kita tak merasa terkait dengan petilasan tua, ketika itulah kreativitas lahir.
Saya kira bukan kebetulan ketika dalam komik “Night on Earth” karya Warren Ellis dan John Cassaday (2003), Planetary, sebuah organisasi rahasia, menyebut diri archeologists of the impossible.
Para awalnya datang ke Kota Gotham, untuk mencari seorang anak yang bisa membuat kenyataan di sekitarnya berganti-ganti seperti ketika ia dengan remote control menukar saluran televisi. Kota Gotham pun berubah dari satu kemungkinan ke kemungkinan lain, dan Batman, penyelamat kota itu, bergerak dalam pelbagai penjelmaannya. Ada Batman sang penuntut balas yang digambarkan Bob Kane; ada Batman yang muncul dari serial televisi tahun 1966, yang dibintangi oleh Adam West sebagai Batman yang lunak; ada juga Batman yang suram menakutkan dalam cerita bergambar Frank Miller. Semua itu terjadi di gang tempat ayah Bruce Wayne dibunuh penjahat—yang membuat si anak jadi pelawan laku kriminal.
Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang banyak itu. Namun, sintesis itu berbeda dengan penyatuan. Ia tak menghasilkan identitas yang satu dan pasti. Hal yang lebih penting lagi, sintesis itu tak meletakkan semua varian dalam sebuah norma yang baku. Tak dapat ditentukan mana yang terbaik, tepatnya: mana yang terbaik untuk selama-lamanya.
Sebab itu Kota Gotham dalam “Night on Earth” bisa jadi sebuah alegori. Ia bisa mengajarkan kepada kita tentang aneka perubahan yang tak bisa dielakkan dan sering tak terduga. Ia bisa mengasyikkan tapi sekaligus membingungkan. Ia paduan antara sesuatu yang ”utuh” dan sesuatu yang kacau.
Dengan alegori itu tak bisa kita katakan, mengikuti Leibniz, bahwa inilah ”dunia terbaik dari semua dunia yang mungkin”, le meilleur des mondes possibles. Bukan saja optimisme itu berlebihan. Voltaire pernah mencemoohnya dalam novelnya yang kocak, Candide, sebab di dunia ini kita tetap saja akan menghadapi bermacam-macam kejahatan dan bencana, 1.001 inkarnasi The Joker dengan segala mala yang diakibatkannya. Kesalahan Leibniz—yang hendak menunjukkan sifat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih— justru telah memandang Tuhan sebagai kekuasaan yang tak murah hati: Tuhan yang hanya menganggap kehidupan kita sebagai yang terbaik dan dengan begitu dunia yang bukan dunia kita tak patut ada dan diakui. Kesalahan Leibniz juga karena ia terpaku kepada sebuah pengalaman yang seakan-akan tak akan berubah. Padahal, seperti Kota Gotham dalam ”Night on Earth”, dunia mirip ribuan gambar yang berganti-ganti di layar dan berganti-ganti pula cara kita memandangnya.
Penyair Wallace Stevens menulis sebuah sajak, “Thirteen Ways of Looking at a Blackbird”. Salah satu bait dari yang 13 itu mengatakan,
But I know, too,
That the blackbird is involved
In what I know
Memandang seekor burung-hitam bukan hanya bisa dilakukan dengan lebih dari satu cara. Juga ada keterpautan antara yang kita pandang dan ”yang aku ketahui”. ”Yang aku ketahui” tak pernah ”aku ketahui semuanya”. Dengan kata lain, dunia—seperti halnya Kota Gotham—selamanya adalah dunia yang tak bisa seketika disimpulkan.
Tak berarti pengalaman adalah sebuah proses yang tak pernah tampak wujud dan ujungnya. Pengalaman bukanlah arus sungai yang tak punya tebing. Meskipun demikian, wujud, ujung, dan tebing itu juga tak terpisah dari ”yang aku ketahui”. Dunia di luarku selamanya terlibat dengan tafsir yang aku bangun dari pengalamanku—tafsir yang tak akan bisa stabil sepanjang masa.
Walhasil, akhirnya selalu harus ada kesadaran akan batas tafsir. Akan selalu ada yang tak akan terungkap—dan bersama itu, akan selalu ada Gotham yang terancam kekacauan dan keambrukan. Itu sebabnya dalam “The Dark Knight Rises”, Inspektur Gordon tetap mau menjaga misteri Batman, biarpun dikabarkan Bruce Wayne sudah mati. Dengan demikian bahkan penjahat yang tecerdik sekalipun tak akan bisa mengklaim ”aku tahu”.
Contoh esai kritik berjudul “Soe Hok Gie”
Soe Hok Gie
Film ini merupakan sebuah karya tulisan autobiografi yang kemudian difilmkan. Film ini menceritakan tentang petualangan dari Gie yang ingin mencapai tujuannya untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno. Ia ingin melakukan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.
Film Gie ini berhasil memberikan perspektif baru bagi orang-orang dalam melihat nasionalisme etnis China di Indonesia. Bagi orang-orang yang tidak mengikuti sejarah masa dulu, cukup sulit memahami latar dan kisah cerita ini. Melalui cerita Soe Hok Gie yang difilmkan, Indonesia belajar bahwa etnis China sebagai bagian dari masyarakat Indonesia juga punya rasa nasionalisme yang sama dengan kelompok masyarakat lainnya. Tidak perlu lagi ada yang namanya diskriminasi kelompok.
Film ini dibuat dengan gaya klasik yang pas sehingga penikmat sastra akan takjub melihat karya ini difilmkan. Walaupun pada akhirnya, seseorang yang ingin merasakan kenikmatan seni harus punya wawasan tentang latar dari cerita ini.
Contoh esai kritik berjudul “Captain Marvel: Kemajuan Superhero Feminis Setelah Wonder Woman”
Captain Marvel: Kemajuan Superhero Feminis Setelah Wonder Woman
Oleh: Akhmad Muawal Hasan
Di era kebangkitan gerakan perempuan melalui #MeToo, dua tahun silam DC Entertainment membawa Wonder Woman ke layar lebar. Hasilnya menggembirakan, sampai-sampai dianggap film terbaik DC (sejauh ini).
Marvel Studios tak mau kalah. Mulai awal Maret 2019 warga dunia disuguhi Captain Marvel, film superhero perempuan pertama Marvel Cinematic Universe (MCU).
Brie Larson terpilih memerankan Carol Danvers. Pada permulaan film ia belum mengetahui nama asli tersebut, juga asal-usulnya sebagai warga bumi. Ia justru tampil sebagai seorang prajurit perempuan bernama Vers yang menghuni Kerajaan Kree, ibukota planet Hala.
Vers sering melihat kilasan-kilasan masa lalunya sebagai seorang pilot di dalam mimpi. Saat terbangun ia mesti menjalankan rutinitas latihan bela diri dengan mentornya, Yon-Rogg (Jude Law). Yon-Rogg pula yang memimpin misi kru untuk menyelamatkan satu prajurit yang sedang ditawan oleh bangsa Skrull.
Permusuhan antara Kree dan Skrull telah berlangsung sejak lama. Orang-orang Skrull sering menjadi korban perburuan otoritas Kree. Misi mula-mula berjalan lancar, hingga kemudian diketahui bahwa penawanan anggota Kree hanyalah jebakan untuk menculik Vers.
Skrull membawa Vers ke pesawat mereka untuk diekstrak memorinya. Lagi-lagi yang keluar adalah ingatan sebagai pilot di bumi. Ia mampu kabur berkat kekuatan sinar foton yang tersimpan di kedua tangannya. Kapsul yang ia gunakan untuk kabur meledak, lalu ia jatuh ke permukaan bumi.
Captain Marvel memenuhi standar film laga yang cukup menyenangkan untuk ditonton penonton kalangan usia remaja hingga dewasa (ratingnya PG-13 alias untuk 13 tahun ke atas). Kualitasnya tengah-tengah. Tidak buruk, tapi juga belum ke level spesial.
Potensi terbesarnya memang bukan pada efek visual atau koreografi bela diri. Captain Marvel justru bisa jadi pancingan untuk memulai perbincangan seputar superhero feminis karena menyajikan progres yang belum nampak dalam Wonder Woman.
Salah satu kritik terbesar yang menghampiri industri komik Amerika adalah representasi superhero perempuan yang tampilannya dibuat untuk memanjakan mata penonton laki-laki.
Eksistensi superhero perempuan memang upaya yang penting untuk mengimbangi dominasi superhero laki-laki. Tapi masalah lain muncul karena mereka digambarkan berkostum ketat, dan lain sebagainya.
Karakter Wonder Woman muncul pertama kali dalam konsep yang demikian. Popularitasnya dalam waktu singkat memicu kemunculan superhero perempuan lain dengan penampilan serupa—baik oleh DC maupun Marvel. Di layar lebar, kostum Wonder Woman tidak jauh berbeda dengan yang dipakai di komiknya. Tone warnanya hanya dibuat lebih gelap, khas film DC Extended Universe (DCEU).
Ada yang mengatakan tampilan tersebut menandakan DCEU berusaha untuk setia dengan sumber orisinalnya. Masalahnya, saat belum atau tidak memakai kostum perang, Diana (Gal Gadot) tetap tampil dalam gaun yang feminin plus riasan wajah yang cukup tebal. Kehadirannya dalam beberapa adegan otomatis memancing perhatian dari para pemeran laki-laki (maskulin-heteroseksual)—termasuk pasangannya Steve Trevor (Chris Pine).
Carol Danvers dalam Captain Marvel mematahkan itu semua. Bukan karena kostum perangnya tidak seterbuka kostum perang Diana. Tapi karena Danvers memilih kaos band rock Nine Inch Nails, kemeja flanel, jaket kulit, dan celana jeans saat mencoba berbaur dengan penduduk Los Angeles.
Dengan demikian Danvers tidak hanya menjauhi standar feminin ala superhero perempuan dari segi pakaian saja, tapi juga perilaku.
*dengan penyesuaian
3. Esai Argumentatif
Esai argumentatif berfungsi meyakinkan para pembaca tentang suatu topik. Adanya argumen yang telah disusun dalam esai ini bertujuan agar pembaca dapat menerima pandangan, sikap, dan kepercayaan penulis terhadap suatu isu yang dibahas. Yuk, simak contoh esai argumentatif berikut ini!
Contoh esai argumentatif berjudul “Harapan Bangsa”
Harapan Bangsa
Akhir-akhir ini narkoba telah merajalela di semua kalangan dimulai dari masyarakat bawah hingga masyarakat kelas atas. Lebih parahnya lagi, narkoba juga telah menjangkiti para penegak hukum di negeri ini. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah korban barang haram tersebut meningkat hingga dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Oleh sebab itu, penulis sangat yakin masa depan bangsa ini akan hancur dalam beberapa tahun yang akan datang jika pemerintah tidak mengambil angkah nyata. Ada beberapa alasan narkoba dapat menghancurkan kehidupan bangsa. Alasan pertama karena narkoba dapat menghancurkan masa depan anak muda karena anakmuda seharusnya menjadi calon penerus bangsa. Ironinya, jika masuk dalam lingkaran narkoba, masa depan mereka akan lenyap begitu saja.
Alasan yang kedua, yaitu narkoba dapat mematikan kreativitas anak bangsa. Mereka akan kehilangan itu akibat narkoba yang perlahan-lahan mematikan sel-sel otak sehingga mereka tidak mampu lagi berkreasi.
Akibat terakhir dari adanya narkoba, yakni terciptanya generasi kriminal. Ketika para remaja telah terjerat ke dalam lingkaran setan ini, mereka akan terus dipaksa untuk memenuhi nafsu terhadap narkoba. Akibatnya, mereka akan melakukan apa saja demi mendapatkan narkoba, termasuk dengan melakukan perbuatan yang melanggar hukum, seperti mencuri, menipu, membunuh, dan lainnya.
Oleh sebab itu, narkoba sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup anak muda. Hal ini karena narkoba dapat menghancurkan masa depan anak muda. Narkoba dapat menghancurkan daya kreativitas anak muda dan menciptakan generasi pelanggar hukum. Seluruh akibat tersebut dapat merusak masa depan bangsa sehingga. Pemerintah harus melakukan tindakan nyata untuk menghentikan peredaran narkoba.
Contoh esai argumentatif berjudul “Manfaat Media Sosial untuk Berbisnis”
Manfaat Media Sosial untuk Berbisnis
Media sosial atau disebut juga dengan jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan masih banyak lagi ternyata tidak hanya digunakan sebagai tempat berkumpul atau berbagi di dunia maya. Namun, media sosial kini juga bisa dimanfaatkan sebagai media untuk mengembangkan sebuah bisnis. Saat ini telah banyak para pengusaha yang beralih ke media sosial dalam memasarkan produk mereka baik barang ataupun jasa. Beralihnya para pelaku bisnis ke media ini dikarenakan jejaring sosial memiliki manfaat yang sangat banyak bagi usaha bisnis. Berikut ini adalah alasan mengapa jejaring sosial bisa menjadi alat promosi yang paling efektif.
Alasan yang pertama adalah aksesnya cepat dan mudah, sehingga memungkinkan produk yang dipasarkan melalui media sosial akan cepat dikenali oleh masyarakat. Orang – orang yang yang ingin memasarkan usahanya tidak perlu lagi membutuhkan waktu yang lama. Mereka hanya tinggal memasukan gambar dan deskripsi produk mereka di media sosial. Di samping itu, iklan – iklan yang mereka pasang di situs – situs tersebut mudah diakses kapanpun dan di manapun.
Alasan yang kedua adalah jaringannya luas. Jaringan sosial yang sangat luas dan tidak terbatas ini dapat juga dimanfaatkan untuk sarana promosi produk lintas Negara. Pada jaman dahulu, untuk memasarkan produk hingga ke luar negeri sangatlah susah dan juga membutuhkan biaya yang sangat mahal. Namun, dengan menggunakan media sosial, kini para pelaku bisnis tidak perlu lagi merasa sulit karena dengan memasang iklan mereka di media sosial, produk mereka bisa dikenal hingga ke luar negeri, sehingga dapat memperlebar pemasaran produk tersebut.
Alasan yang terakhir adalah alasan yang paling utama, yaitu gratis. Penggunaan media sosial sebagai sarana promosi tidak dikenakan biaya apapun, sehingga para pengusaha bisa mengalihkan biaya promosi yang mestinya mereka keluarkan untuk keperluan lainnya. Dengan begitu, mereka bisa mengembangkan usaha mereka tanpa terbebani masalah biaya pemasaran.
Oleh karena itu, menggunakan media sosial sebagai sarana promosi untuk produk sangatlah tepat karena ada beberapa macam alasan mengapa media sosial untuk sarana promosi, diantaranya adalah aksesnya mudah dan cepat, jaringannya luas, dan tidak dikenakan biaya sedikit pun.
Contoh esai argumentatif berjudul “Memilih dengan Hati Nurani”
Memilih dengan Hati Nurani
Oleh: PC Siswantoko
Hari pemungutan suara semakin dekat, masyarakat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sudah selayaknya berdiskresi agar mandat yang akan diberikan dalam bilik suara tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Bangsa ini masih sarat dengan berbagai masalah berat dan rumit, jangan sampai para pemimpin yang terpilih justru menjadi sumber persoalan, memperberat beban bangsa, dan menghambat kemajuan.
Mengambil jarak dari hiruk pikuk kampanye dan masuk dalam ruang batin yang dalam sebelum menentukan pilihan merupakan langkah bijak dan penting. Pemilihan umum (pemilu) bukan hanya ritual politik lima tahunan, melainkan juga tonggak sejarah bangsa sekaligus ujian terhadap kedewasaan dalam hidup berdemokrasi. Oleh karena itu, pemilu bukan adu kekayaan, melainkan gagasan; bukan jualan penampilan, melainkan kemampuan; bukan hanya mengagumi janji-janji, melainkan memilih pribadi-pribadi yang mau berbakti untuk negeri.
Rakyat sebagai subyek demokrasi harus memainkan peran secara cerdas, tepat, dan benar sehingga pemilu yang menelan biaya triliunan rupiah dan telah menguras energi bangsa ini benar-benar bermuara pada semangat dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pemilih yang bermartabat
Setiap orang, meskipun berbeda agama, kepercayaan, suku, budaya, bahasa, dan golongan, mempunyai martabat yang sama. Martabat manusia yang berupa akal budi, hati nurani, dan kebebasan merupakan anugerah Ilahi dan karena itu siapa pun dan dengan alasan apa pun tidak boleh direndahkan, dicederai, apalagi dirusak. Untuk melahirkan para pemimpin yang berkualitas lewat pemilu yang sehat, para pemilih harus memberdayakan dimensi-dimensi martabat tersebut.
Dengan akal budi, kita akan mampu menilai program-program yang ditawarkan oleh para calon pemimpin itu masuk akal atau tidak, melihat rekam jejak para kandidat dan berimajinasi ketika mereka diberi kekuasaan dan wewenang akan mampu menjadi nakhoda yang baik bagi bangsa yang besar dan beragam ini atau tidak. Negeri ini sangat membutuhkan para pemimpin yang lahir dari para pemilih yang rasional dan bukan emosional, berpola pikir integral dan bukan primordial.
Dengan hati nurani, kita akan dapat melihat secara jernih calon pemimpin mana yang selalu mengedepankan nilai agama, moral, etika, dan budaya, dan mana yang hanya dikendalikan oleh hawa nafsu untuk mendesakkan kepentingan pribadi dan golongannya.
Ketajaman hati nurani juga mampu menilai mana kandidat yang benar-benar tulus dan murni untuk menjadi abdi masyarakat dan mana yang hanya bersandiwara untuk mendulang suara. Apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga selama kampanye belum tentu benar. Oleh karena itu, kita perlu masuk ke dalam diri kita untuk mendengarkan suara hati.
Sementara dengan kebebasan, kita menjadi pribadi yang otonom dan merdeka dalam memilih para calon pemimpin. Meskipun ada anjuran, imbauan, tawaran, bahkan tekanan, di bilik suara pilihan politik kita tetap hasil dari keputusan pribadi yang bebas. Hak konstitusi adalah milik kita. Oleh karena itu, siapa pun dan dengan alasan apa pun tidak berhak untuk mengintervensi kita.
Martabat manusia amat luhur dan tak ternilai harganya. Oleh karena itu, martabat diri ini jangan sampai digadaikan dengan lembaran uang serangan fajar, tidak boleh kalah oleh narasi-narasi picisan yang mempropaganda kebencian, adu domba, dan kebohongan, dan harus tetap tegak berdiri di tengah aneka intimidasi. Memilih bukan hanya sekadar mencoblos kertas suara, melainkan juga sebuah aktualisasi diri yang melibatkan pikiran, hati nurani, dan kebebasan yang asasi.
*dengan penyesuaian
—
Untuk kamu yang lebih suka belajar secara privat, langsung aja yuk cari guru terbaiknya di Ruangguru Privat. Bisa bebas pilih guru dan atur sendiri jadwal belajarmu, lho!
4. Esai Tajuk
Esai tajuk merupakan esai yang membahas topik hangat yang sedang terjadi di masyarakat. Esai jenis ini biasanya terdapat di surat kabar atau majalah. Penulis membuat esai tajuk dengan tujuan mengungkapkan opini dari surat kabar tersebut kepada pembaca sehingga terbentuk opini pembaca. Dalam penulisannya, penulis tidak selalu mencantumkan identitasnya. Berikut adalah contoh esai tajuk.
Contoh esai tajuk berjudul “Pendidikan Tatap Muka pada Masa New Normal”
Pendidikan Tatap Muka pada Masa New Normal
Tahun ajaran baru sudah dimulai. Setelah hampir dua tahun dilaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui berbagai media seperti Zoom dan Google Meets, sekarang murid dan pengajar akan bertemu kembali dalam pendidikan tatap muka di sekolah. Dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan tatap muka di sekolah, ada beberapa saran mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pengajar supaya tidak terjadi penularan virus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pengajar dan pihak sekolah antara lain adalah diterapkannya protokol kesehatan secara ketat dalam proses belajar mengajar. Murid-murid dan guru harus tetap memakai masker saat berada di lingkungan sekolah. Selain itu, di lingkungan sekolah juga perlu disediakan fasilitas mencuci tangan dan pada setiap kelas disediakan hand-sanitizer. Sangat penting bagi guru untuk menanamkan pentingnya menjaga kebersihan pada masa new normal kepada para murid.
Mengingat belum semua murid mendapatkan vaksin Covid-19, sebaiknya pendidikan tatap muka diprioritaskan kepada sekolah yang murid-muridnya sudah mendapatkan vaksin untuk mencegah penularan kepada anak-anak, seperti jenjang SMP dan SMA. Untuk SD kelas kecil, seperti kelas 1, 2, 3, 4, tetap dilakukan kegiatan belajar mengajar bauran. Pendidikan Tatap Muka diprioritaskan pada kelas besar yang murid-muridnya sudah mendapatkan vaksin, seperti kelas 5–6.
Demikian saran mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan tatap muka di sekolah. Hal ini hendaknya diperhatikan para guru, pengurus sekolah, dan orang tua demi keberlangsungan pendidikan tatap muka yang lancar dan aman untuk para murid.
Contoh esai tajuk berjudul “Permasalahan Lingkungan di Indonesia”
Permasalahan Lingkungan di Indonesia
Sampah sudah menjadi masalah yang klasik bagi setiap negara di seluruh dunia ini. Hampir semua negara memiliki masalah dalam mengatasi timbunan sampah yang jumlahnya terus meningkat setiap hari. Masalah ini menjadi fokus utama karena berkaitan dengan kondisi lingkungan suatu negara. Oleh karena itu, saat ini banyak negara yang telah memulai program reuse dan recycle atas sampah – sampah yang ada untuk menanggulangi masalah ini.
Di negeri kita sendiri, sampah adalah permasalahan yang tak kunjung menemukan penyelesaian. Meskipun pemerintah kita juga melaksanakan program reuse dan recycle, namun permasalahan lingkungan dan sampah di negeri kita ini belum juga terselesaikan. Bahkan permasalahan di negeri kita ini menjadi komplek dan menjalar ke berbagai segi lainnya sehingga memperparah kerusakan lingkungan. Berikut ini adalah permasalahan – permasalahan yang memperparah kerusakan lingkungan di Indonesia.
Permasalahan yang pertama adalah penebangan kayu liar. Indonesia memang terkenal dengan industri berbahan kayu yang bahkan kepopulerannya telah sampai ke tingkat dunia. Namun sayangnya bahan – bahan kayu tersebut diambil dari hutan tanpa memperhatikan kelestariannya sehingga banyak hutan yang habis ditebangi. Akibatnya, hutan menjadi gundul dan kehilangan fungsi – fungsinya.
Permasalahan yang kedua adalah polusi. Indonesia dituduh sebagai salah satu Negara yang bertanggung jawab dalam terjadinya global warming. Hal ini dikarenakan negeri kita memiliki tingkat polusi udara yang tinggi akibat dari banyaknya asap pabrik, kendaraan bermotor dan lain masih banyak lagi yang dihasilkan.
Permasalahan yang ketiga adalah kurangnya ketersediaan tempat pembuangan sampah. TPA saat ini sudah tidak bisa lagi menampung jumlah sampah yang ada. Selain itu keberadaan TPA ini sering sekali menimbulkan permasalahan karena banyak warga setempat yang menuntut untuk memindahkan TPA dari tempat mereka karena mengganggu.
Permasalahan yang keempat adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya sampah yang beserakan karena mereka malas dalam membuang sampah pada tempatnya. Mereka lebih memilih membuang sampah di sungai daripada di tempat sampah yang telah disediakan. Akibatnya, sungai jadi tercemar dan dapat mengakibatkan banjir.
Berdasarkan penjabaran – penjabaran yang telah dibahas di atas, dapat kita simpulkan bahwa masalah lingkungan di negeri kita ini belum bisa terselesaikan bahkan semakin komplek dengan permasalahan-permasalahan seperti yang disebutkan di atas.
Contoh esai tajuk berjudul “Hormati Masa Tenang”
Hormati Masa Tenang
Masa kampanye Pemilu 2024 telah berakhir. Saatnya memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menimbang lebih dalam kandidat yang akan dipilih pada 14 Februari nanti.
Guna mewujudkan hal itu, sejumlah ketentuan telah dibuat sepanjang masa tenang yang berlangsung tiga hari dan telah dimulai pada Minggu (11/2/2024).
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, misalnya, melarang tim kampanye menjanjikan atau memberikan imbalan kepada pemilih untuk memilih calon tertentu selama masa tenang. Media massa dilarang menyiarkan berita, iklan, atau rekam jejak peserta pemilu yang mengarah pada keuntungan/kerugian peserta pemilu. Netralitas aparat juga amat ditekankan pada periode ini.
Tantangan saat ini adalah memastikan semua aturan itu berjalan seperti seharusnya. Hal ini disebabkan bagi sebagian kandidat dan pihak lain yang berkepentingan, masa tenang merupakan saat terakhir dan menentukan untuk meraih suara pemilih. Terlebih, ada sebagian pemilih yang baru menentukan pilihannya di saat-saat akhir menjelang pemungutan suara.
Kondisi itu membuat selama masa tenang ini ada dugaan bahwa politik uang akan marak dilakukan, berita bohong dan kampanye hitam banyak dijumpai, hingga kemungkinan adanya intimidasi atau mobilisasi pemilih.
Kedewasaan berpolitik dari para elite amat dibutuhkan agar berbagai kekhawatiran itu tak mewujud selama masa tenang hingga semua tahapan Pemilu 2024 berakhir. Pasalnya, apa yang terjadi pada masyarakat selama tahapan pemilu sebagian besar merupakan dampak dari sikap dan langkah elite politik.
Di saat yang sama, ketegasan dari aparat dan penyelenggara pemilu untuk menindak dengan tegas semua pelanggaran pada masa tenang ini juga amat dibutuhkan.
Bagi penyelenggara pemilu, masa tenang ini juga menjadi saat terakhir untuk memastikan bahwa pemungutan suara akan berjalan dengan lancar dan aman. Terkait hal itu, penting memastikan logistik pemilu sudah terdistribusi sesuai target.
Pengecekan kesehatan petugas pemungutan suara di lapangan juga mesti dipastikan berjalan efektif. Meninggalnya 894 petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara pada Pemilu 2019 jangan sampai terulang kembali.
Sejumlah problem yang muncul dalam pemungutan suara di luar negeri, seperti membeludaknya pemilih dan pengiriman surat suara yang salah alamat, tidak hanya mendesak untuk dituntaskan. Namun, hal itu juga menjadi peringatan awal agar hal serupa tak terjadi di pemungutan suara pada 14 Februari mendatang.
Akhirnya, apa yang terjadi pada masa tenang ini menjadi salah satu penentu kesuksesan Pemilu 2024. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada calon pemilih untuk menimbang tanpa tekanan apa pun akan membantu mereka menggunakan haknya dengan penuh kesadaran di Pemilu 2024.
Jika ditambah dengan teknis penyelenggaraan pemilu yang berjalan lancar, apa pun hasil Pemilu 2024 akan lebih mudah diterima oleh semua pihak dengan jiwa besar. Semoga.
Editor: Marcellus Hernowo
5. Esai Reflektif
Penulis menulis esai reflektif dengan penuh kesungguhan dan diutarakan dengan bahasa yang formal, penuh kehati-hatian, dan amat mendalam. Oleh karena itu, esai reflektif kerap dikatakan sebagai jenis tulisan yang serius. Pada umumnya, jenis tulisan esai reflektif berkaitan dengan topik politik, pendidikan, dan sebagainya. Tulisan ini juga ditujukan kepada akademisi atau cendekiawan yang memiliki latar belakang yang berkaitan. Berikut adalah contoh esai reflektif.
Contoh esai reflektif berjudul “Ada Apa dengan Pendidikan?”
Ada Apa Dengan Pendidikan?
Saat ini, kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan juga penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia semakin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menduduki urutan ke-102 pada tahun 1996, ke-99 pada tahun 1997, ke-105 pada tahun 1998, dan ke-109 pada tahun 1999.
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia tentu tak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan yang ada di Indonesia adalah pendidikan yang dilakukan demi kepentingan bangsa Indonesia. Namun, saat ini standar dan kompetensi dalam sebuah pendidikan formal maupun informal seolah hanya keranjingan pada standar dan kompetensi yang ada.
Dengan demikian, kami menawarkan solusi sistemik, yakni solusi yangmengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti yang diketahui, sistem pendidikan sangat erat kaitannya dengan sistem ekonomi yang diterapkan.
Sistem kapitalisme salah satunya berprinsip meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Contoh esai reflektif berjudul “Karakter Pancasila”
Karakter Pancasila
Dengan berlalunya waktu, nilai-nilai mulia yang terkandung dalam Pancasila secara bertahap memudar. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang lahir karena memiliki perbedaan dan perbedaan yang disatukan oleh kesadaran bersama untuk hidup sebagai bangsa yang mandiri dan berdaulat.
Belajar dari sejarah, orang Indonesia lahir dari berbagai suku, budaya, ras, agama, adat istiadat dan banyak lainnya. Perbedaannya adalah masalah besar atau rusaknya ikatan teman-teman Indonesia, tetapi itu adalah kekayaan rakyat Indonesia.
Anehnya sekarang, siswa tidak lagi akrab dengan makna Pancasila yang sebenarnya. Efek global semakin merajalela, dengan semakin berkembangnya karakter Pancasila dalam generasi termuda bangsa semakin memudar. Namun, pendidikan karakter belum mencerminkan identitas Indonesia.
Pendidikan untuk karakter Pancasila sangat diperlukan bagi generasi muda bangsa. Mereka adalah penerus bangsa Indonesia, pewaris semua kekayaan negara ini. Menanamkan jiwa dan karakter Pancasila akan membuatnya mudah untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila nanti. Di setiap tingkat pendidikan, pendidikan karakter Pancasila harus disediakan untuk mendukung karakter Pancasila yang sebenarnya.
Dinamika yang semakin kompleks berarti bahwa orang Indonesia mendidik sesuai dengan karakter nasional mereka. Pancasila terutama dirumuskan oleh kaum muda, yang berarti bahwa tujuan Pancasila sangat jelas, yang bertujuan untuk memberikan arahan bagi generasi baru.
Dengan Pendidikan Karakter Pancasila di tahun yang mulia tahun 2045, Indonesia siap menyambut 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Bibit muda siap diproduksi sesuai dengan cita-cita bangsa yang disusun 100 tahun lalu. Generasi emas tidak lagi menjadi impian seluruh bangsa Indonesia, ketika itu menjadi kenyataan dengan kemerdekaan sejati.
Contoh esai reflektif berjudul “Krisis Pembiayaan Pendidikan”
Krisis Pembiayaan Pendidikan
Di level pendidikan tinggi, keluhan kian tak terjangkaunya uang kuliah terus disuarakan mahasiswa dan orangtua tiap tahun. Dukungan pemerintah yang mengecil karena keterbatasan kemampuan APBN membuat perguruan tinggi dituntut mandiri. Hal ini menuntun pada komersialisasi yang membuat biaya pendidikan kian melambung serta sulit dijangkau kelompok menengah ke bawah.
Kondisi ini memperlebar ketimpangan, membatasi mobilitas vertikal sosial-ekonomi masyarakat bawah. Dengan rasio penduduk berpendidikan S-2 dan S-3 terhadap populasi produktif 0,45 persen, sulit bagi kita bicara transformasi menuju Indonesia Emas. Upaya mengatasi ketertinggalan terus dilakukan, termasuk memperbanyak program beasiswa dan hibah, serta pengiriman mahasiswa belajar di dalam dan luar negeri. Namun, jumlahnya masih jauh dari mencukupi.
Tahun 2018, Presiden Jokowi mendorong perbankan lebih banyak lagi menyalurkan kredit pendidikan, termasuk menjajaki skema student loan, seperti diterapkan di AS. Namun, wacana student loan itu tak jelas perkembangannya. Yang muncul justru solusi pragmatis kerja sama perguruan tinggi dengan lembaga pinjaman daring, yang kemudian memicu polemik dan aksi protes mahasiswa karena memberatkan dan tak etis, atau berpotensi memunculkan problem baru.
Penyaluran pinjaman pendidikan sebenarnya sudah dilakukan segelintir bank besar, tetapi masih terbatas. Keengganan terhadap skema student loan, selain karena belum ada payung hukum, juga ada kekhawatiran apa yang berlangsung di AS akan terjadi di Indonesia. Hal itu ialah tingginya gagal bayar atau kredit macet yang bisa mengancam perekonomian. Pemerintah pun dipaksa melakukan penghapusan, penangguhan, atau keringanan utang pendidikan bermasalah ratusan miliar dollar AS.
Kita tak tahu student loan—dengan pembayaran kembali baru dilakukan setelah mahasiswa lulus dan bekerja—pilihan paling tepat. Jika iya, kita perlu memastikan payung hukum yang kuat dan bagaimana implementasi serta mitigasi risikonya agar pengalaman buruk AS tak terjadi di Indonesia.
Sebanyak 44 juta lebih warga AS terjebak dalam pinjaman pendidikan senilai total 1,74 triliun dollar AS per September 2023. Sekitar 70 persen mahasiswa bergantung pada student loan, yang baru bisa mereka lunasi dalam puluhan tahun.
Pinjaman pendidikan bisa dikatakan tak memberatkan jika skemanya sederhana, syaratnya mudah, bunga rendah, dan tenor panjang. Swedia, Jerman, Finlandia, Norwegia, Denmark, dan Perancis adalah contoh negara yang mengenakan bunga rendah, bahkan nol persen, untuk utang pendidikan.
Pendidikan adalah public goods dan bagian penting dari investasi pembangunan masa depan. Perlu komitmen kuat pemangku kepentingan untuk mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkeadilan. Termasuk komitmen anggaran yang cukup dan keberpihakan. Jangan sampai komersialisasi pendidikan memakan lebih banyak lagi korban anak bangsa.
Editor: Antonius Tomy Trinugroho
6. Esai Pribadi
Esai ini ditulis berdasarkan pribadi penulis sehingga banyak menceritakan pandangan, sikap, dan pengalaman penulis. Esai pribadi mirip dengan jenis esai cukilan watak. Perbedaannya terletak pada siapa yang dibahas dalam jenis tulisan ini. Berikut adalah contoh esai pengalaman pribadi.
Contoh esai pribadi berjudul “Menjaga Kesehatan di Masa Pandemi”
Menjaga Kesehatan di Masa Pandemi
Pandemi Covid-19 yang menyebar secara cepat dan luas menyebabkan masyarakat harus membatasi aktivitasnya di luar rumah. Selain membatasi aktivitas, masyarakat juga harus menjaga kesehatan diri dengan berbagai cara. Cara menjaga kesehatan diri pada masa pandemi Covid-19 akan dijelaskan sebagai berikut.
Gejala Covid-19 antara lain adalah sesak napas, batuk kering, demam dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celcius, sakit kepala, dan hilangnya kemampuan mencium bau. Penularan Covid-19 dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti kontak fisik, droplets, benda yang terkontaminasi, dan tempat yang ramai. Oleh karena itu, supaya tidak tertular, cara menjaga diri agar tidak tertular antara lain adalah dengan memakai masker saat keluar rumah, selalu mencuci tangan saat masuk dan keluar ruangan, usahakan menghindari keramaian ketika keluar rumah, dan biasakan pula mengonsumsi vitamin agar daya tahan tubuh bertambah kuat.
Itulah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan pada masa pandemi. Ingat, tetap bepergian dengan menggunakan masker dan selalu cuci tangan.jangan sampai tertular. Semoga kita sehat selalu di masa pandemi ini. Selain menjaga diri, jangan lupa menjaga kesehatan keluarga kita.
Contoh esai pribadi berjudul “Lingkungan Hidup dan Kemajuan Ekonomi”
Lingkungan Hidup dan Kemajuan Ekonomi
Lingkungan hidup yang sehat tentu sangat diperlukan bagi kesehatan kita dan keluarga. Alam dan lingkungan ini ada untuk digunakan semaksimal mungkin kesejahteraan kita bersama. Kita bisa memanfaatkan lingkungan untuk menunjang perekonomian kita. Pada kesempatan ini kita akan bahas tentang hubungan antara pemanfaatan alam untuk kepentingan ekonomi dan kerusakan alam yang ditimbulkan.
Tuhan menciptakan manusia dan alam untuk hidup berdampingan. Manusia dan alam harus menyatu.Tanpa alam yang sehat maka manusia tidak bisa hidup dengan baik. Kita diberi Tuhan alam untuk dimanfaatkan sebanyak banyaknya bagi kemakmuran kita. Kita bisa menggunakan semua sumber daya alam untuk kepentingan ekonomi kita.
Namun demikian eksploitasi alam yang berlebih member dampak negatif terhadap alam itu sendiri. Hutan gundul, banjir di mana-mana. Kerusakan lingkungan sudah sangat parah. Ini disebabkan karena eksploitasi alam yang berlebih. Memang benar kita bisa menggunakan alam untuk kita ambil manfaatnya. Tapi kita juga harus memperhatikan kesehatan lingkungan kita. Bila lingkungan rusak kita dan anak cucu kita akan mengalami bencana besar di bumi ini.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan alam dengan baik dan benar harus dilakukan. Pemanfaatan alam harus dibarengi dengan konservasi alam yang memadai. Sebelum alam dan lingkungan rusak maka harus dipikirkan cara untuk merehabilitasinya secara cepat.
Contoh esai pribadi berjudul “Menuju Indonesia Emas 2045”
Menuju Indonesia Emas 2045
Sejak saya masih kecil, saya selalu memelihara mimpi besar untuk menjadi agen perubahan dalam membangun Indonesia Emas 2045. Mimpi ini tidak hanya menjadi bagian dari impian pribadi saya, tetapi juga sebuah visi yang saya ingin wujudkan bersama-sama dengan seluruh bangsa.
Tumbuh dalam lingkungan di mana banyak rintangan dan ketidakpastian, saya menyaksikan begitu banyak potensi yang terbuang percuma, begitu banyak bakat yang tak terasah, hanya karena kurangnya akses dan kesempatan. Itu tidak seharusnya terjadi.
Saya tergerak untuk menjadi pionir yang membuka pintu-pintu baru bagi generasi mendatang, memberikan akses yang lebih luas dan kesempatan yang lebih adil bagi setiap anak Indonesia untuk mewujudkan impian mereka, tidak peduli dari latar belakang mana mereka berasal.
Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membuka pintu menuju masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, saya telah berkomitmen untuk terlibat aktif dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan yang setara dan berkualitas bagi semua warga negara.
Saya sadar bahwa perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 tidak akan mudah. Ini akan membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan ketekunan yang tak kenal lelah. Namun, saya yakin bahwa dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara, kita semua bisa meraih mimpi kita dan mewujudkan potensi terbesar bangsa ini.
Saya siap untuk berjuang bersama dengan seluruh rakyat Indonesia, untuk merajut mimpi-mimpi menjadi kenyataan, dan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu kebanggaan dunia. Bersama, kita bisa membuat perubahan yang berarti dan mewariskan masa depan gemilang bagi generasi mendatang.
Setelah membaca pengertian dan contoh esai berdasarkan jenisnya di atas, tentu kamu sudah bisa kan membuat esai? Jika kurang jelas, kamu bisa membaca struktur esai dan cara mudah membuat esai. Jangan khawatir, kamu juga bisa langsung membaca materi esai di ruangbelajar. Yuk!
Referensi:
13 Contoh Esai Beserta Tips Menulisnya (Lengkap) [daring]. Tautan: √ 13 Contoh Esai Beserta Tips Menulisnya (Lengkap) (rahasiabelajar.com) diakses pada 14 Maret 2022.
Captain Marvel: Kemajuan Superhero Feminis Setelah Wonder Woman [daring]. https://tirto.id/captain-marvel-kemajuan-superhero-feminis-setelah-wonder-woman-diWR diakses pada 12 Februari 2024.
Dari Auditorium Sarsito Mangoenkusumo [daring]. Tautan: https://www.kompas.id/baca/opini/2024/02/02/dari-auditorium-sarsito-mangoenkusumo?open_from=Kolom_Page diakses pada 12 Februari 2024.
Esai: Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, Struktur, dan Contoh Lengkap [daring]. Tautan: Esai: Pengertian, Ciri-ciri, Jenis, Struktur, dan Contoh Lengkap (penerbitdeepublish.com) diakses pada 27 Februari 2022.
Hormati Masa Tenang [daring]. Tautan: https://www.kompas.id/baca/opini/2024/02/11/hormati-masa-tenang?open_from=Tajuk_Rencana_Page diakses pada 12 Februari 2024.
Krisis Pembiayaan Pendidikan [daring]. Tautan: https://www.kompas.id/baca/opini/2024/02/11/krisis-pembiayaan-pendidikan?open_from=Tajuk_Rencana_Page diakses pada 12 Februari 2024.
Memilih dengan Hati Nurani [daring]. Tautan: https://www.kompas.id/baca/opini/2024/02/11/memilih-dengan-hati-nurani?open_from=Section_Artikel_Lainnya diakses pada 12 Februari 2024.
Pengertian Esai dan Contoh Esai Pendidikan Singkat [daring]. Tautan: Pengertian Esai dan Contoh Esai Pendidikan Singkat | kumparan.com diakses pada 27 Februari 2022.
Struktur dan Contoh Esai Singkat Tentang Menjaga Kesehatan di masa Pandemi [daring]. Tautan: Struktur dan Contoh Esai Singkat Tentang Menjaga Kesehatan di masa Pandemi | kumparan.com diakses pada 27 Februari 2022.
Suryaman, Maman dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII – Kurikulum 2013 – Edisi revisi 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Artikel ini telah diperbarui oleh Adya Rosyada Yonas pada 23 November 2022, kemudian diperbarui lagi pada 12 Februari 2024.