Di Balik Layar Indonesia Teacher Prize: Kak Inug, Guru Dongeng dengan Mimpi Besarnya
Artikel ini berisi kisah balik layar Kak Inug, peserta Indonesia Teacher Prize, seorang guru dongeng yang punya mimpi besar untuk pendidikan Indonesia
—
Albert Einstein, ilmuwan fisika terkemuka yang tentunya sangat akrab di telinga kita, pernah berpesan.
“Jika kamu ingin anak-anakmu menjadi cerdas, bacakanlah dongeng untuk mereka. Jika kamu ingin anak-anakmu menjadi pintar, bacakanlah dongeng untuk mereka.”
Yap dongeng. Menurut Einstein dongeng adalah cara yang tepat agar anak tumbuh menjadi pribadi yang cerdas dan bermoral.
Kisah-kisah seperti Cinderella, Gadis Kerudung Merah, Si Kancil, Bawang Merah dan Bawang Putih, Malin Kundang, dan banyak lainnya, nyatanya mampu membentuk karakter, mengajarkan nilai-nilai kehidupan, dan juga pesan moral kepada anak-anak.
Tapi, ya seperti yang kita lihat sekarang, eksistensi dongeng semakin tahun kian meredup. Anak-anak tidak lagi saling bercerita ingin menjadi apa dan seperti apa, tidak lagi saling mengingatkan untuk tidak menjadi apa dan seperti apa.
Oke, sekarang kita lihat sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Jamie Tehrani, seorang associate profesor di Departemen Antropologi Universitas Durham. Jamie melakukan penelitian pada tahun 2013 pada sebuah cerita dongeng berjudul Gadis Berkerudung Merak.
Apa yang ditemukan oleh Jamie? Ia menemukan 58 jalan cerita yang berbeda pada dongeng dengan judul tersebut. Dongeng memang tidak pernah diam, ia terus bergerak dan berkembang. Akan tetapi, pesan moral yang terkandung di dalamnya tetap sama “PATUHILAH NASIHAT IBU”.
Eksistensi yang kian meredup, Apakah kita akan benar-benar kehilangan dongeng? Saya bisa katakan tidak, setelah saya bertemu dengan Kak Inug di ajang Indonesia Teacher Prize. Sebuah ajang pencarian bakat untuk para pendidik yang diselenggarakan oleh Ruangguru.
Ia adalah seorang ayah yang juga seorang pendongeng. Dengan ciri khas bicaranya yang antusias dan gerak tubuhnya yang begitu ekspresif, beliau bercerita kepada saya.
Berawal dari kenangan masa kecilnya, Slamet Nugroho yang sejak kecil akrab dipanggil Inug, menceritakan awal mula dirinya mengenal dongeng. Neneknya adalah orang pertama yang membuat Kak Inug senang mendengarkan cerita dongeng.
Sesekali di malam hari, Kak Inug diminta Si Mbah (neneknya) untuk memijat dengan cara menginjak-injak bagian punggung sampai kaki. Saat momen ini, Si Mbah yang sedang menikmati pijatan cucunya itu, selalu menceritakan kisah-kisah dongeng yang membuat Kak Inug merasa senang.
Selain Si Mbah, Ibunya juga suka sering bercerita tentang berbagai hal. Kemudian sang Ayah, beberapa kali membawakan buku dongeng pemberian bosnya ketika pulang kerja.
“Bapak saya cuma lulusan SMP, bekerja jadi pesuruh di kantor, tapi Bapak punya keinginan yang besar, ingin anaknya mengenyam pendidikan setinggi mungkin melebihi dirinya. Makanya seneng banget kalau Bapak pulang bawa buku cerita.”
Kak Inug, saat di panggung grand final Indonesia Teacher Prize
Kesenangannya pada buku, membuat Inug kecil tumbuh bersama imajinasi-imajinasi yang muncul dari kisah-kisah buku cerita yang ia baca, juga cerita-cerita dari Si Mbah dan Ibu. Semua itu membuat dirinya menjadi pribadi yang riang, gemar bercerita, percaya diri, dan sangat menghormati orang tua maupun orang yang lebih tua lainnya.
Sampai suatu ketika, ia diminta Ayahnya untuk masuk ke Sekolah Teknik Menengah (STM), tempat yang ia sendiri tidak suka. Semasa sekolah, ia benar-benar tidak menikmati, meskipun ia selesaikan sampai lulus.
Suatu ketika, saat ia masih sekolah di STM, ada momen Kak Inug berbicara kepada Ayahnya, menguatarakan isi hatinya bahwa Ia benar-benar tidak menikmati sekolah di STM.
Sang Ayahpun mulai mengerti, mengerti bakat sebenarnya anak laki-laki gagahnya itu. Akhirnya, oleh sang Ayah, Kak Inug dititipkan pada kelompok kesenian tradisional ketoprak yang berada di dekat rumahnya.
“Kebetulan saat itu tetangga punya sanggar seni pertunjukan ketoprak. Bapak bilang gini ke tetangga saya, saya titip anakku, latihlah dia, dijadikan prajurit atau apa saja ndak papa. Begitu kata Bapak,” ucap Kak Inug menirukan gaya almarhum Ayahnya ketika berbicara dengan logat Jawa.
Semenjak saat itulah Kak Inug aktif dalam seni peran ketoprak, hal yang memang Ia rasa adalah passionnya. Ketika masuk ke perguruan tinggi, ia pun masih tetap menggeluti hobinya itu. Ia bergabung dengan kelompok teater kampus.
Kemudian, kelulusannya dari perguruan tinggi, menjadi awal mula ia masuk ke dalam dunia pendidikan, menjadi pengajar, sekaligus pendongen. Pada tahun 2000-2001-an, pasca lulus kuliah, Ia mendapat informasi sebuah lowongan kerja menjadi guru dongeng di Taman Kanak-kanak. Sebuah tantangan baru yang ingin segera ia ambil. Setelah mendaftar, akhirnya Kak Inug diterima di sekolah tersebut.
“Mungkin saya ini jadi laki-laki pertama yang jadi guru TK di Solo, hmm mungkin juga di Jawa Tengah saat itu. Sebuah tantangan buat saya, karena diminta untuk menjadi guru kelas sekaligus pendongeng di TK itu, dan ternyata bener-bener asik mendongeng itu, senang sekali saya bisa dekat dengan anak-anak,” kata Kak Inug.
Selama menjadi pengajar, Kak Inug beberapa kali mengikuti ajang perlombaan dongeng, dan beberapa kali juga ia mendapat penghargaan, mulai dari tingkat kota, sampai tingkat Provinsi. Prestasi-prestasinya di dunia dongeng dan pengajaran anak, membuat karir Kak Inug terus meningkat.
Baca juga: Agga Dywika Robbiantama dan Keputusan yang Mengubah Segalanya
Pada tahun 2005, Ia memulai petualangannya dan singgah di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Sejumlah prestasi yang ia miliki, membuat Kak Inug diterima menjadi pendongeng dan guru caracter building, di TK dan di SD.
“Saya nggak punya saudara sama sekali di Palembang, bener-bener sendiri, babat hutan di kota orang untuk mengenalkan dongeng. Seiring waktu, saya mengajar di sana dengan seorang partner. Ia sering memerhatikan saya dan tertarik dengan dongeng saya. Lama-lama, Ia juga tertarik dengan personality dan semua yang ada di diri saya. Akhirnya timbulah perasaan suka di antara kami. Kemudian tahun 2007 saya menikah dengan partner saya yang juga guru TK ini,” ceritanya, sambil membayangkan momen-momen indahnya itu.
Petualangan Kak Inug di Palembang, membuat karirnya terus meningkat. Melalui kemampuannya dalam mendongeng, Kak Inug mendapat banyak penghargaan, dari sejumlah ajang yang ia ikuti.
Tapi, ada hal yang membuat Kak Inug masih merasa belum puas. Karena dirinya ingin dongeng kembali eksis di masyarakat, menjadi medium pendidikan di sekolah-sekolah maupun di rumah.
Sebagai pendongeng, Kak Inug tahu persis kalau dongeng bisa jadi media yang baik dan efektif digunakan oleh guru, khususnya TK dan SD. Seorang guru harus mampu bercerita dengan baik, membangun imajinasi sang anak. Selain melalui buku yang dibaca, imajinasi anak juga bisa dibangun melalui cerita-cerita yang dibawa oleh sang guru secara ekspresif.
Dengan mengikuti ajang Indonesia Teacher Prize, Kak Inug ingin mewujudkan mimpi besarnya. Ia ingin dongeng bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat di segala lapisan wilayah Indonesia, tidak hanya Jawa.
Ia juga berharap, jika ia bisa bekerjasama dengan Ruangguru, banyak guru-guru, orang tua, dan anak-anak yang mulai kembali bisa menikmati dongeng. Menurutnya, saat ini banyak orang tua yang sudah jauh dari anaknya. Tidak lagi mampu berbagi cerita di ruang keluarga, tidak lagi bisa saling berkeluh kesah. Akan tetapi, melalui dongeng, Kak Inug percaya, kalau kedekatan orang tua dengan anak, bisa segera kembali.
“Saya harap bisa segera bersinergi dengan Ruangguru. Melalui teknologi dan aplikasinya, pemerataan pendidikan di Indonesia bisa segera terwujud. Saya juga punya mimpi kalau dongeng itu akhirnya bisa dinikmati juga oleh anak-anak berkebutuhan khusus, juga anak-anak yang memiliki keterbatasan fisik, seperti anak pertama saya,” ucap Kak Inug.
Anak pertama Kak Inug memiliki keterbatasan pada pendengarannya. Saat sampai di Jakarta, Ia mendapat pesan whatsapp dari anaknya. Telaga Bening Desraya, nama anak pertama Kak Inug.
Bening berusaha menyemangati perjuangan ayahnya yang ingin mewujudkan mimpi besarnya. Dengan mengirim emoticon pesawat, lambaian tangan, juga telapak tangan yang terbuka, Bening berharap Ayahnya selalu dalam keadaan baik, dan doanya bisa memberi semangat kepada sang Ayah.
Tentang Indonesia Teacher Prize
Indonesia Teacher Prize adalah ajang pencarian guru terbaik dan berbakat di seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Ruangguru.
Adapun para pemenangnya akan bekerjasama dengan Ruangguru untuk membuat konten pendidikan berkualitas yang dapat kamu tonton di ruangbelajar. Siapa saja guru terbaik dan paling berbakat yang terpilih sebagai juara Indonesia Teacher Prize tahun 2019? Saksikan langsung di saluran televisi kesayangan kamu pada Sabtu, 20 Juli 2019.