10 Prinsip Dasar Akuntansi dalam Membuat Laporan Keuangan | Ekonomi Kelas 12
Di Artikel ekonomi kelas 12 ini, kita akan mempelajari prinsip-prinsip dasar akuntansi, yang harus dipenuhi saat membuat laporan keuangan. Yuk kita belajar!
Apakah kamu bertugas menjadi bendahara di kelas? Terlepas iya atau tidak, kita sudah pasti mengerti bukan, bahwa bendahara akan bertugas untuk mengurus hal-hal keuangan termasuk membuat laporan keuangan.
Nah, membuat laporan keuangan tentunya harus sesuai dengan kaidah informasi di akuntansi, guys! Ada beberapa prinsip dasar akuntansi, akuntansi pakai “n” ya guys, bukan prinsip dasar akutansi. Prinsip dasar akuntansi yang harus kamu jadikan pedoman, lho. Prinsip-prinsip ini berguna supaya laporan keuangan yang kamu buat tersusun sesuai dengan prosedur akuntansi.
Kira-kira, apa saja ya prinsip dasar akuntansi itu? Yuk kita pelajari secara lengkap di artikel ini!
Baca juga: Mengenal Konsep Persamaan Dasar Akuntansi
Prinsip Dasar Akuntansi
Berdasarkan materi ajar Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XII, dijelaskan bahwa akuntansi memiliki 10 prinsip dasar sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan yang sesuai standar akuntansi. Berikut adalah daftarnya prinsip akuntansi:
1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle)
Prinsip ini mengharuskan kita untuk melakukan pencatatan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan suatu barang.
Nah, jadi dalam memahami prinsip ini, kita harus menghitung seluruh transaksi keuangan, baik itu nilai barang, jasa, atau hal-hal lainnya yang diperlukan untuk memperoleh barang tersebut, sampai siap untuk dipakai.
Contohnya nih, saat kamu beli AC, jangan dihitung harga AC-nya aja, tetapi kamu juga harus memperhitungkan biaya lainnya, seperti biaya angkut dan biaya pemasangan AC.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue Recognition Principle)
Pendapatan adalah aliran harta yang masuk (aktiva) yang didapat dari penyerahan barang/jasa. Aliran yang terjadi akibat transaksi unit usaha tersebut, dihitung pada suatu periode tertentu.
Nah, prinsip akuntansi ini mengharuskan kita mencatat “harta” itu sebagai pendapatan. Contohnya yaitu jika perusahaan kita mendapatkan 1 juta rupiah dari hasil penjualan mobil. Itu artinya, selain diakui sebagai “harta”, 1 juta rupiah tersebut juga harus dimasukkan ke dalam “pendapatan”.
Baca juga: Analisis Transaksi dan Pencatatannya dalam Persamaan Dasar Akuntansi
3. Prinsip Mencocokkan (Matching Principle)
Setelah kita memahami prinsip biaya historis dan pengakuan pendapatan, kita bahas prinsip ketiga, yakni prinsip pencocokan atau matching principle. Sesuai dengan namanya yakni matching artinya mempertemukan atau mencocokkan. Prinsip dasar akuntansi ini berkaitan dengan prinsip kedua yakni mempertemukan pendapatan.
Nah bedanya, pendapatan tersebut kita cocokkan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat bertransaksi. Tujuannya, untuk agar kita dapat mengetahui, apakah sebuah perusahaan yang dihitung laporan keuangannya, dalam situasi untung atau rugi.
Jika pendapatan lebih besar dari beban, artinya perusahaan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, jika pendapatan lebih kecil dari beban, berarti perusahaan menderita kerugian.
Baca juga: 5 Macam Penggolongan Akun dalam Akuntansi Jasa
4. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Siapa nih yang suka sebel kalo baca laporan keuangan, tapi formatnya berubah-ubah dari periode satu, ke yang lainnya? Karna laporan keuangan akan diserahkan ke orang lain, maka penting untuk menulis laporan keuangan yang mudah dipahami oleh pembaca ya.
Salah satu hal penting yang harus diterapkan dalam membuat laporan keuangan yakni konsistensi, yakni dalam hal metode dan standar yang digunakan dalam proses akuntansi.
Metode dan standar yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten. Misalnya, perusahaan kamu menggunakan sistem accrual basis. Nah, seharusnya, sistem ini tidak boleh bergonta-ganti dengan sistem lain seenaknya karena jika tidak konsisten, ini akan menyulitkan para pengguna informasi akuntansi untuk membandingkan laporan keuangan pada periode yang berbeda.
5. Prinsip Pengungkapan Secara Lengkap (Full Disclosure)
Kenapa kita membuat laporan keuangan? Ya, sudah pasti agar orang lain bisa menilai bahwa transaksi keuangan kita transparan dan bisa dinilai seutuhnya dengan objektif.
Prinsip ini mengharuskan penyajian informasi di laporan keuangan secara lengkap. Kenapa? Karena para pemakai informasi akuntansi akan mengambil keputusan berdasarkan laporan keuangan yang lengkap. Membuat laporan keuangan secara lengkap sangat penting, karena bila tidak lengkap, akan timbul banyak pertanyaan terkait kondisi keuangan perusahaan.
Baca juga: Mengetahui Daftar Pemakai Informasi Akuntansi
—
Intermezo! Bagi kamu yang lagi fokus berjuang mempersiapkan diri hadapi UTBK, yuk gabung program #PelatnasUTBK dari Ruangguru. Dengan bergabung di dalam #PelatnasUTBK, kamu juga bisa menerima program harian yang dirancang khusus oleh tim Ruangguru untuk membantu persiapanmu, lho!
6. Prinsip Entitas Ekonomi (Economic Entity Principle)
Oke kita lanjut ke prinsip berikutnya, yakni prinsip entitas ekonomi. Maksud dari entitas itu apa? Dalam bidang ekonomi, Entitas artinya sebuah badan atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha atau finansial untuk kepentingan diri sendiri.
Prinsip entitas ekonomi adalah sistem informasi ekonomi dari suatu perusahaan, harus berdiri sendiri. Kita tidak boleh mencampurkan laporan keuangan akuntansi antara perusahaan dengan pribadi maupun pihak lain.
Misalnya begini, Pak Tono memiliki sebuah perusahaan, dan usahanya tersebut memiliki arus kas dengan transaksi keuangan tertentu. Sebagai pemilik perusahaan tersebut, Pak Tono ingin mengetahui status keuangan perusahaannya melalui laporan keuangan.
Maka dari itu, laporan keuangan tersebut, harus disusun secara terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan transaksi pribadi milik Pak Tono, yang tidak berkaitan dengan kegiatan usaha. Lalu, dari contoh ini, kira-kira apa manfaat prinsip entitas ekonomi bagi akuntansi? Tujuan utamanya adalah agar kekayaan milik perusahaan, tidak tercampur dengan kekayaan pribadi pemilik perusahaan tersebut.
7. Prinsip Periode Akuntansi
Untuk membuat laporan keuangan yang rapi, diperlukan juga pembatas penghitungan yakni berupa jangka waktu aktivitas akuntansi. Jangka waktu pelaporan keuangan perusahaan harus dibatasi oleh periode tertentu.
Prinsip periode akuntansi dibutuhkan, agar laporan keuangan menjadi jelas kurun waktunya. Jangka waktu periode akuntansi ini juga bermacam-macam, bergantung pada kesepakatan dan konsistensi antara laporan keuangan sebelumnya.
Satu periode pencatatan laporan keuangan bisa terjadi dalam kurun waktu satu bulan, tiga bulan, 4 bulan, enam bulan, atau satu tahun. Misalnya, perusahaan yang menggunakan periode akuntansi satu bulan, berarti dihitung saat menjalankan usaha mulai dari 1 Januari sampai 1 Februari.
Baca juga: 7 Karakteristik Yang Mempengaruhi Kualitas Sistem Informasi Akuntansi
8. Prinsip Satuan Moneter
Prinsip dasar akuntansi selanjutnya, yakni prinsip satuan moneter. Sesuai dengan peraturan keuangan yang berlaku pada suatu negara, setiap transaksi yang akan dicatat dalam akuntansi harus menggunakan satuan moneter, guys!
Maksudnya dari satuan moneter adalah, satuan uang atau mata uang yang digunakan dalam penghitungan laporan keuangan. Apakah menggunakan rupiah, dollar, atau mata uang lainnya. segala bentuk pencatatan transaksi harus dinyatakan dalam bentuk satuan mata uang. Misalnya, mata uang rupiah.
9. Prinsip Kesinambungan Usaha (Going Concern)
Saat kita mendirikan usaha, sudah pasti kita menginginkan agar usaha tersebut terus berjalan dan mendapatkan keuntungan, bukan? Sama halnya dengan akuntansi, salah satu prinsip akuntansi yang harus dipegang yakni suatu entitas ekonomi tersebut harus terus berjalan.
Prinsip ini menganggap bahwa sebuah usaha ekonomi akan terus berjalan secara berkesinambungan, kecuali ada peristiwa khusus yang bisa menghentikannya.
Baca juga: Tahapan Pengikhtisaran Akuntansi pada Perusahaan Jasa
10. Prinsip Materialitas
Nah, sekarang kita sudah sampai ke prinsip akuntansi terakhir, yakni prinsip materialitas. Hal utama dalam prinsip materialitas adalah mengakui adanya pengukuran dan pencatatan akuntansi secara material atau bernilai. Artinya, suatu informasi akuntansi punya nominal dan bisa dijual.
Informasi tertentu, apabila memiliki nilai nominal atau dapat memengaruhi para penggunanya dalam pengambilan keputusan, maka informasi tersebut memiliki nilai materialitas.
Baca juga: Apa Saja Tahap Pencatatan Akuntansi Perusahaan Jasa?
Nah, itu tadi 10 prinsip dasar akuntansi yang harus kamu ketahui dalam sistem informasi akuntansi. Prinsip akuntansi ini tentunya penting dan harus diperhatikan demi menjaga standar dan kualitas informasi akuntansi itu sendiri.
Gimana, sudah siap untuk membuat laporan keuangan-mu sendiri? Kalau masih belum yakin, bisa banget nih cek-cek materi tentang akuntansi lainnya di bagian Ekonomi Kelas 12 di aplikasi Ruangguru! Ada ribuan video belajar beranimasi yang bisa kamu simak penjelasannya di ruangbelajar!
Referensi:
Alam S. 2016. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Tedy Rizkha Heryansyah, diperbarui oleh Leo Bisma tanggal 17 Maret 2022.