Pengendalian Sosial: Pengertian, Tujuan, Cara, Bentuk, dan Contohnya | Sosiologi Kelas 10

Pengendalian Sosial

Artikel Sosiologi Kelas X ini akan membahas tentang pengendalian sosial mulai dari macam-macam pengendalian sosial, fungsi, sifat, hingga contoh-contohnya. 

 

Siapa disini yang suka menonton serial televisi yang berhubungan dengan polisi? Banyak sekali kan adegan penangkapan para kriminal yang berkeliaran di dalam masyarakat?

Sebenarnya itu semua salah satu contoh dari pengendalian sosial nih teman-teman. Kok bisa sih? Tentu bisa, karena penangkapan oleh polisi di scene tersebut bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keharmonisan masyarakat.

Yups benar! pengendalian sosial adalah sebuah konsep yang penting dalam memahami ilmu sosiologi. Pengendalian sosial adalah upaya dari masyarakat untuk dapat menjaga ketertiban dan keharmonisan di suatu kelompok masyarakat tertentu.

Ibarat sebuah panggung orkestra, pengendalian sosial adalah konduktor yang mengarahkan perilaku individu atau kelompok agar selaras dengan norma dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.

Lantas apa sih pengertian pengendalian sosial yang lebih rinci dari para ahli? Terus, kamu penasaran bagaimana pengertian pengendalian sosial, tujuan, sifat, jenis, hingga contohnya? Mari simak lebih dalam tentang pengendalian sosial!

 

Pengertian Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial adalah proses yang biasa dilakukan oleh kelompok, individu, atau lembaga masyarakat untuk memastikan kepatuhan mereka kepada nilai dan norma yang berlaku di suatu masyarakat tertentu. Proses tersebut memiliki tujuan untuk dapat mencegah terjadinya penyimpangan sosial di dalam masyarakat dan menjaga stabilitas sosial.

Beberapa ahli berpendapat tentang bagaimana pengendalian sosial itu diartikan di dalam  masyarakat. Pendapat tersebut sebagai berikut.

 

1. Peter Ludwig Berger dan Thomas Luckmann (1966)

Pengendalian sosial adalah cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang atau yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Biasanya akan diberlakukan sanksi untuk masyarakat yang membangkang tersebut.

 

2. Selo Soemardjan dan Soedarmadi (1964)

Pengendalian sosial adalah proses yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk menghasilkan konformitas terhadap norma-norma sosial yang berlaku.

 

3. Kingsley Davis (1966)

Pengendalian sosial adalah segala proses yang digunakan oleh kelompok atau masyarakat untuk memelihara ketertiban di dalam batas-batasnya, dengan cara menekan penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-normanya.

 

4. George A. Theodorson dan Achilles G. Theodorson (1969)

Pengendalian sosial adalah proses yang digunakan oleh sistem sosial untuk mengatur tingkah laku para anggota dan memastikan konformitas terhadap norma dan nilai-nilai yang berlaku.

 

5. Robert M.Z. Lawang (2007)

Pengendalian sosial adalah serangkaian mekanisme yang diciptakan dan digunakan oleh masyarakat untuk mengendalikan perilaku individu dan kelompok agar sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang berlaku.

 

Definisi-definisi pengendalian sosial barusan memberikan pemahaman yang bervariasi tentang fenomena tersebut. Setiap definisi menekankan aspek yang berbeda-beda, tapi secara umum menunjukkan bahwa pengendalian sosial memiliki peran sentral dalam mempertahankan stabilitas dan harmoni dalam masyarakat. 

Baca Juga: Lembaga Sosial: Pengertian, Fungsi, Ciri & Jenisnya

 

Tujuan Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial, seperti kompas, membimbing perilaku individu dan kelompok agar sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Fungsinya utama adalah menjaga ketertiban dan harmoni masyarakat. Berikut beberapa tujuan penting dari pengendalian sosial:

 

1. Mempertahankan Ketertiban dan Keamanan Masyarakat

Pengendalian sosial bertujuan untuk mencegah kejahatan, kerusuhan, dan perilaku antisosial lainnya guna menciptakan lingkungan yang aman bagi semua warga masyarakat.

 

2. Melestarikan Nilai dan Norma Sosial

Tujuan pengendalian sosial adalah menjaga kelestarian nilai dan norma sosial yang menjadi pedoman perilaku, serta membantu menjaga stabilitas sosial.

 

3. Memperkuat Solidaritas dan Kesatuan Sosial

Pengendalian sosial membantu memperkuat rasa persatuan dan kesatuan di antara anggota masyarakat untuk membangun kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

 

4. Mendukung Perubahan Sosial yang Positif

Pengendalian sosial mendukung perubahan sosial yang positif dengan mendorong ketaatan terhadap norma dan nilai baru yang mendukung perubahan tersebut.

 

5. Perlindungan terhadap Kaum Minoritas

Tujuan pengendalian sosial juga melibatkan perlindungan kaum minoritas dari diskriminasi dan kekerasan dengan menegakkan nilai-nilai toleransi dan kesetaraan.

 

6. Fasilitasi Integrasi Sosial

Pengendalian sosial memfasilitasi integrasi sosial dengan mendorong saling menghormati dan menerima perbedaan antara individu dan kelompok.

 

7. Pencegahan Konflik Sosial

Pengendalian sosial berperan dalam mencegah konflik sosial dengan mendorong penyelesaian masalah secara damai dan konstruktif.

 

8. Dukungan terhadap Pembangunan Ekonomi

Pengendalian sosial mendukung pembangunan ekonomi dengan menciptakan lingkungan yang stabil dan kondusif bagi investasi dan aktivitas ekonomi.

 

9.Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat

Tujuan lainnya adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang aman, tertib, dan harmonis.

Pengendalian sosial memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang sejahtera, adil, dan berkelanjutan. Dengan memahami tujuan-tujuan ini, kita dapat lebih mengapresiasi peran pengendalian sosial dalam kehidupan bersama.

 

Kamu punya PR yang bikin mumet? Coba aja tanya ke Roboguru! Kamu tinggal foto soal atau ketik soal yang kamu mau tanyakan, dan dalam hitungan detik, kamu akan langsung  mendapatkan jawaban yang sudah terverifikasi dari Master Teacher Ruangguru. Mantep gak tuh.

CTA Roboguru

 

Jenis Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial dapat dikelompokkan berdasarkan tiga jenis, yaitu berdasarkan formalitas, berdasarkan tujuan, dan berdasarkan cara penerapan.

 

1. Berdasarkan Formalitas

a) Pengendalian sosial formal

Dilakukan oleh lembaga resmi seperti pemerintah, kepolisian, dan sistem peradilan. Contohnya termasuk penegakan hukum pidana, penalti atas pelanggaran lalu lintas, dan pembubaran organisasi yang melanggar hukum.

b) Pengendalian sosial informal

Dilakukan oleh individu, kelompok informal, dan norma sosial yang tidak tertulis. Contohnya meliputi teguran orang tua kepada anak, sanksi adat, dan tekanan sosial dari teman sebaya.

 

2. Berdasarkan Tujuan

a) Pengendalian sosial preventif

Bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial. Contohnya adalah pendidikan moral, penyuluhan kesehatan, dan kampanye anti-narkoba.

b) Pengendalian sosial represif

Bertujuan untuk menghentikan dan memberikan sanksi atas penyimpangan sosial yang telah terjadi. Contohnya meliputi penangkapan pelaku kejahatan, penalti atas pelanggaran, dan rehabilitasi bagi pecandu narkoba.

Baca Juga: Proses Integrasi Sosial dan Faktor-Faktor Pendorongnya

 

3. Berdasarkan Cara Penerapan

a) Pengendalian sosial melalui internalisasi

Mendorong individu untuk menginternalisasi nilai dan norma sosial sehingga menjadi bagian dari karakter mereka. Contohnya meliputi pendidikan agama dan penanaman nilai moral sejak dini.

b) Pengendalian sosial melalui sugesti

Menggunakan sugesti untuk mempengaruhi individu agar mematuhi norma dan nilai sosial. Contohnya adalah pidato persuasif, propaganda, dan iklan sosial.

c)Pengendalian sosial melalui paksaan

Memaksa individu untuk mematuhi norma dan nilai sosial melalui ancaman sanksi atau hukuman. Contohnya mencakup penegakan hukum pidana, penalti, dan penahanan.

 

Bentuk Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial di dalam masyarakat memiliki banyak sekali bentuk, salah satu pengendalian sosial di dalam masyarakat adalah sebagai berikut.

 

1. Berdasarkan Lembaga yang Melakukan

a) Pengaturan sosial oleh badan negara

Diarahkan oleh lembaga resmi seperti pemerintah, kepolisian, dan pengadilan. Misalnya: pelaksanaan hukum pidana, denda atas pelanggaran lalu lintas, dan pembubaran organisasi yang melanggar hukum.

b) Pengaturan sosial oleh badan swasta

Dilakukan oleh organisasi non-pemerintah, lembaga pendidikan, dan media massa. Misalnya: kampanye anti-narkoba oleh LSM, penyuluhan kesehatan oleh organisasi profesi, dan liputan tentang risiko pelanggaran hukum oleh media massa.

c) Pengaturan sosial oleh masyarakat

Ditangani oleh individu, kelompok informal, dan norma sosial yang tidak tertulis. Misalnya: teguran orang tua terhadap anak-anak, sanksi adat istiadat, dan tekanan sosial dari kelompok sebaya.

Bentuk Pengendalian Sosial

 

2. Berdasarkan Cara Penerapan

a) Pengaturan sosial persuasif

Dilakukan melalui upaya membujuk, memberi saran, dan memberikan pendidikan kepada individu untuk mematuhi norma dan nilai sosial. Misalnya: kampanye anti-narkoba, penyuluhan kesehatan, dan pendidikan moral.

b) Pengaturan sosial koersif

Dilakukan dengan memaksa individu untuk mematuhi norma dan nilai sosial melalui sanksi atau hukuman. Misalnya: penerapan hukum pidana, denda, dan penahanan.

c) Pengaturan sosial preventif

Dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial. Misalnya: pendidikan moral, penyuluhan kesehatan, dan kampanye anti-narkoba.

d) Pengaturan sosial represif

Dilakukan untuk menghentikan dan memberikan sanksi atas penyimpangan sosial yang telah terjadi. Misalnya: penahanan pelaku kriminal, denda atas pelanggaran, dan rehabilitasi bagi pecandu narkoba.

 

Cara Pengendalian Sosial

Ada beberapa strategi yang umumnya digunakan untuk menjaga stabilitas sosial dalam masyarakat, meliputi:

1. Sosialisasi

Proses sosialisasi dimulai sejak dini, di mana nilai dan norma sosial ditanamkan kepada individu melalui pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial. Ini bertujuan untuk membentuk kesadaran akan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

2. Internalisasi

Langkah penting selanjutnya adalah mendorong internalisasi nilai dan norma sosial ke dalam kepribadian individu. Hal ini mengharuskan individu untuk memahami dan menerima nilai-nilai tersebut sehingga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas mereka.

3. Penerapan Sanksi

Situasi di mana individu melanggar norma sosial, diperlukan penerapan sanksi sebagai respons. Sanksi ini bisa berupa teguran, denda, atau hukuman, yang bertujuan untuk menegakkan aturan dan mendorong kepatuhan terhadap norma sosial.

4. Pengaruh Informal

Selain itu, pengaruh informal dari tokoh masyarakat atau pemimpin kelompok juga dapat berperan penting dalam menjaga kepatuhan terhadap norma sosial. Mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perilaku dan sikap anggota masyarakat, sehingga dapat digunakan untuk memperkuat atau memperbaiki kesesuaian dengan norma sosial.

Pengendalian sosial melalui berbagai strategi ini memainkan peran penting dalam memelihara kohesi sosial dan stabilitas masyarakat secara keseluruhan. Dengan memastikan bahwa individu-individu mengikuti aturan dan norma yang telah ditetapkan, masyarakat dapat berfungsi dengan lebih efektif dan harmonis.

Baca Juga: Upaya Pemecahan Konflik dengan Integrasi dan Reintegrasi Sosial

 

Fungsi Pengendalian Sosial

1. Membangun Integrasi Sosial: Mencegah Perpecahan dan Konflik

Pengendalian sosial berperan sebagai faktor penyatu yang menjaga kesatuan dan harmoni di dalam masyarakat. Ia tidak hanya mencegah terjadinya perpecahan dan konflik, tetapi juga membentuk fondasi saling menghargai dan toleransi antar individu serta kelompok.

Analoginya, pengendalian sosial seperti membangun tembok kokoh, satu batu bata demi batu bata, yang melindungi masyarakat dari ancaman konflik dan disintegrasi.

 

2. Menjaga Stabilitas Sosial: Melindungi dari Gangguan dan Kekacauan

Pengendalian sosial berperan sebagai pagar yang menjaga stabilitas dan ketertiban dalam masyarakat. Ia mencegah timbulnya kekacauan dan gangguan serta menciptakan lingkungan yang aman dan teratur bagi seluruh anggota masyarakat. Metaforanya, pengendalian sosial seperti api pemadam, yang mematikan api sebelum menjadi besar, untuk mencegah kerusakan dan tragedi yang mungkin terjadi.

 

3. Mendukung Perubahan Sosial: Membimbing Transformasi Positif dan Terarah

Pengendalian sosial berperan sebagai penunjuk arah yang membantu masyarakat menuju perubahan yang positif dan terarah. Ia memfasilitasi transisi yang lancar dan terkendali serta mencegah terjadinya gejolak yang dapat menghambat kemajuan. Analoginya, pengendalian sosial seperti latihan bagi tanaman untuk tumbuh ke arah yang tepat, menghasilkan buah yang bergizi bagi seluruh masyarakat.

 

4. Melestarikan Budaya: Menjaga Tradisi dan Kearifan Lokal

Pengendalian sosial berperan sebagai penjaga kekayaan budaya, melindungi tradisi dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ia memastikan keberlangsungan budaya dan identitas lokal serta mencegah terkikisnya warisan budaya yang berharga. Seperti merawat museum yang berisi harta karun sejarah, pengendalian sosial memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati dan mewarisi kekayaan budaya bangsa.

Fungsi-fungsi pengendalian sosial ini adalah pondasi kuat yang mendukung keharmonisan dan kesejahteraan masyarakat. Dengan memahami dan menerapkannya dengan bijak, kita dapat membangun masyarakat yang stabil, sejahtera, dan berpegang teguh pada nilai-nilai luhur.

 

Lembaga Pengendalian Sosial

Lembaga Pengendalian Sosial

 

Lembaga sosial, bagaikan tiang kokoh, memegang peran sentral dalam menjaga ketertiban dan keselarasan masyarakat. Melalui berbagai fungsi yang mereka emban, lembaga-lembaga ini bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai, menyebarkan pengetahuan, serta menegakkan aturan, sehingga norma dan moralitas sosial dapat menjadi bagian integral dari kehidupan individu dan komunitas.

Berikut adalah peran dari beberapa lembaga di dalam masyarakat.

 

1. Lembaga Keluarga

Sebagai pangkalan pertama dalam pembentukan karakter, keluarga memainkan peran krusial dalam menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial sejak usia dini. Orang tua dan anggota keluarga lainnya memiliki tanggung jawab untuk membimbing anak-anak dalam memahami dan menghormati nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat.

 

2. Lembaga Pendidikan

Melengkapi peran keluarga, sekolah memberikan pendidikan formal mengenai nilai-nilai dan norma sosial. Melalui kurikulumnya, sekolah bertugas untuk mengajarkan siswa tentang moralitas, etika, dan tanggung jawab kewarganegaraan, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berperan serta aktif dalam mematuhi norma-norma sosial.

 

3. Lembaga Agama

Sebagai penjaga moralitas dan spiritualitas, lembaga agama memberikan ajaran-ajaran yang mendukung kepatuhan terhadap nilai-nilai sosial. Melalui ajarannya, lembaga agama mendorong umatnya untuk hidup dengan jujur, berbuat baik, dan saling menghormati, sehingga tercipta fondasi moral yang kuat dalam kehidupan individu dan masyarakat.

 

4. Media Massa

Memegang peran penting dalam menyebarkan informasi dan pengetahuan mengenai nilai-nilai sosial. Dengan berbagai program dan publikasi, media massa bertugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma dan moralitas sosial, serta mendorong mereka untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

5. Lembaga Penegak Hukum

Bertindak sebagai penegak aturan dan penegak hukum, lembaga-lembaga ini memastikan bahwa pelanggaran terhadap norma sosial mendapatkan sanksi yang sesuai. Dengan menegakkan hukum, lembaga-lembaga ini tidak hanya memberikan efek jera, tetapi juga memastikan terciptanya lingkungan yang aman dan tertib bagi masyarakat.

Keberhasilan dalam menjaga ketertiban sosial membutuhkan kerjasama yang erat antara semua lembaga terkait. Meskipun masing-masing memiliki peran dan tanggung jawabnya sendiri, namun sinergi antar lembaga tersebut membentuk harmoni yang menyeluruh, menciptakan masyarakat yang stabil, teratur, dan menghargai nilai-nilai sosial.

Lembaga-lembaga sosial memiliki peranan yang vital dalam menjaga ketertiban dan keselarasan masyarakat. Dengan menanamkan nilai-nilai, menyebarkan pengetahuan, dan menegakkan aturan, mereka memastikan agar norma dan moralitas sosial tidak hanya dihargai, tetapi juga diamalkan oleh individu dan komunitas. Kolaborasi antar lembaga tersebut menjadi kunci dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan.

 

Sifat Pengendalian Sosial

Pengendalian Sosial memiliki sifat yang beragam. Dinamikanya mencerminkan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan nilai-nilai sosial yang berkembang. Seperti mata uang dengan dua sisi, pengendalian sosial hadir dalam dua bentuk yang saling melengkapi, yaitu formal dan informal, berkolaborasi dalam menjaga stabilitas sosial.

Lebih menariknya, pengendalian sosial tidak hanya terpaku pada struktur formal, melainkan juga tertanam dalam norma dan nilai sosial yang tidak tertulis, menjadikannya fleksibel dan mampu menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berikut adalah penjelasan sifat pengendalian sosial:

 

1. Universalitas

Pengendalian sosial merupakan kebutuhan universal bagi semua masyarakat. Setiap komunitas, tanpa memandang latar belakangnya, membutuhkan mekanisme untuk memelihara ketertiban dan keharmonisan. Sifat universal ini menegaskan pentingnya pengendalian sosial dalam kehidupan sosial manusia.

 

2. Dinamika

Pengendalian sosial tidaklah statis; ia terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman dan nilai-nilai sosial. Ini tercermin dalam munculnya norma dan aturan baru yang merespons perubahan sosial. Sifat dinamis ini menjamin bahwa pengendalian sosial tetap relevan dan efektif dalam menjaga stabilitas sosial.

 

3. Formal dan Informal

Pengendalian sosial ada dalam dua bentuk: formal dan informal. Pengendalian sosial informal berasal dari norma dan nilai sosial yang tidak tertulis, seperti nasihat orang tua kepada anak-anak mereka. Sementara itu, pengendalian sosial formal dijalankan oleh institusi resmi seperti hukum dan kepolisian. Kombinasi dari dua bentuk ini menciptakan sistem pengendalian sosial yang komprehensif dan efektif.

 

4. Terstruktur dan Tidak Terstruktur

Pengendalian sosial bisa terjadi secara terstruktur melalui institusi resmi seperti hukum dan pendidikan. Di sisi lain, pengendalian sosial juga bisa terjadi secara tidak terstruktur melalui norma dan nilai sosial yang tidak tertulis, seperti sanksi adat istiadat. Sifat terstruktur dan tidak terstruktur ini menunjukkan fleksibilitas pengendalian sosial dalam menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Sifat-sifat pengendalian sosial, seperti universalitas, dinamika, dualitas formal dan informal, serta terstruktur dan tidak terstruktur, menunjukkan kompleksitas dan pentingnya peran pengendalian sosial dalam menjaga stabilitas dan harmoni masyarakat. Memahami sifat-sifat ini membantu kita melihat pengendalian sosial sebagai alat yang fleksibel dan adaptif untuk memelihara keseimbangan sosial, bukan hanya sebagai mekanisme represif.

Baca Juga: Integrasi Sosial: Pengertian, Faktor & Bentuk-Bentuknya

 

Contoh Pengendalian Sosial

Pengendalian sosial merupakan aspek yang mendekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Setiap ranah, baik itu di dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun dalam struktur sistem yang lainnya, pengendalian sosial hadir sebagai instrumen penting dalam menjaga stabilitas sosial yang terjaga.

Mari kita telaah beberapa contoh konkret untuk lebih memahami peran serta keberadaan pengendalian sosial dalam memelihara keselarasan sosial.

 

1. Pengarahan Orang Tua terhadap Perilaku Anak

Di lingkup keluarga, peran orang tua tak tergantikan sebagai pemberi arahan dan contoh bagi anak-anak mereka. Melalui interaksi sehari-hari, orang tua tidak hanya menanamkan nilai-nilai moral, tapi juga membentuk pola perilaku yang diinginkan. Ketika anak melakukan kesalahan, teguran dari orang tua menjadi bentuk pengendalian sosial informal yang bersifat persuasif, mengandalkan proses internalisasi nilai.

 

2. Penegakan Aturan Lalu Lintas

Dalam konteks lalu lintas, aturan dan tata tertib menjadi landasan bagi pengguna jalan untuk menjaga keamanan dan kelancaran arus kendaraan. Adanya sanksi denda bagi pelanggar lalu lintas oleh pihak berwenang, seperti kepolisian, menunjukkan adanya pengendalian sosial formal yang bertujuan untuk menegakkan ketaatan terhadap aturan dan meminimalisir pelanggaran di masa mendatang.

 

3. Kampanye Anti-Narkoba

Perang melawan narkoba memerlukan dukungan dan kesadaran bersama dari seluruh masyarakat. Kampanye anti-narkoba yang diprakarsai oleh pemerintah adalah contoh konkret dari upaya preventif pengendalian sosial. Melalui edukasi dan sosialisasi, masyarakat diarahkan untuk memahami bahaya narkoba dan menghindari penyalahgunaannya, terutama di kalangan generasi muda.

 

4. Penegakan Hukum terhadap Pelaku Kejahatan

Ketika terjadi pelanggaran hukum yang serius, contohnya seperti melakukan korupsi, tindakan penegakan hukum menjadi langkah penting untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Penahanan pelaku kejahatan oleh aparat kepolisian merupakan contoh dari pengendalian sosial represif yang dilakukan dengan cara paksaan. Hal ini bertujuan untuk menghentikan perilaku kriminal dan memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan. 

 

5. Norma Sosial yang Menentang Kebohongan

Dalam lingkungan sosial, nilai-nilai moral dan norma-norma sosial berfungsi sebagai pedoman perilaku yang dijunjung bersama. Norma sosial yang mengecam kebohongan adalah contoh dari pengendalian sosial informal yang bergantung pada proses internalisasi dan sosialisasi. Dengan mempertahankan nilai kejujuran, norma ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan antarindividu dan memelihara harmoni dalam hubungan sosial.

 

Pengendalian sosial muncul dalam berbagai bentuk dan diterapkan dalam berbagai konteks kehidupan. Memahami contoh-contoh ini membantu kita untuk menyadari peran serta pentingnya dalam menjaga ketertiban, harmoni, dan stabilitas dalam kehidupan masyarakat. Kesuksesan pengendalian sosial terletak pada keseimbangan dalam penggunaan berbagai jenis pendekatan, yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya masyarakat yang bersangkutan.

Pengendalian sosial merupakan aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memahami pengertian, tujuan, jenis, cara, fungsi, lembaga, sifat, dan contohnya, kita dapat lebih menghargai lingkungan sekitar kita agar integrasi sosial di dalam masyarakat bisa terbangun dan berjalan dengan baik.

Nah, itu adalah pembahasan seputar pengendalian sosial, mulai dari pengertian, fungsi, karakteristik, hingga contoh pengendalian sosial yang ada di sekitar kita. Semoga kamu semua bisa lebih paham ya tentang materi pengendalian sosial. Kalau kamu mau lebih paham tentang materi sosiologi yang lainnya, kamu bisa banget nih belajar di Ruangguru Privat Sosiologi dengan Master Teacher yang mantap banget!

Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!

CTA Ruangguru Privat

Ringgana Wandy Wiguna